Judul lama : ATHAZIO
Awalnya Theea hanya tertarik pada ketua geng nomor satu di sekolahnya dan bertekad untuk menjadikan cowok itu sebagai kekasihnya karena penasaran dengan sifat pendiam dan tenangnya.
Namun, Theea tidak menyadari jika rasa tertar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Maafkan typo...
***
Sebuah gelang manik berwarna biru laut seukuran tangan anak kecil jatuh saat Atha mengambil baju di dlm lemari. Cowok yang hanya mengenakan celana santai selutut itu tertegun melihat gelang yang sudah tergeletak di lantai sebelum tersadar untuk mengambilnya.
"Gelang ini," gumam Atha nyaris berbisik. Di usapnya dengan sangat lembut satu persatu butir manik gelang tersebut hingga terhenti di manik yang menunjukkan tiga huruf abjad, 'ATF'.
Ingatan Atha langsung terlempar pada kejadian tujuh tahun lalu, saat usianya nenginjak sepuluh tahun.
Saat itu Atha kecil tengah menunggu jemputan rumah di pos satpam sendirian. Teman-temannya sudah pulang lebih dulu karena jemputan mereka sudah datang.
"Ayah ke mana ya? Kok belum dateng juga?" gumam anak kecil itu seraya menatap jalanan dari arah rumahnya. Ia menghela napasnya sabar. Kaki kecil yang terbalut sepatu itu menendang kerikil kecil di sekitarnya.
Karena bosan menunggu, Atha kecil pun memilih untuk jajan di minimarket seberang jalan depan sekolah. Tenang saja, Atha sudah diajari cara menyebrang dengan benar oleh kedua orang tuanya. Anak laki-laki itu melihat ke kiri dan ke kanan beberapa kali, dan mulai menyeberang setelah memastikan tidak ada kendaraan yang lewat.
Ia menghembuskan napasnya lega saat kakinya sudah menginjak kawasan minimarket. Atha kecil tersenyum senang lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam minimarket sebelum suara seorang anak perempuan yang menangis menginterupsinya.
"Papa, aku gak mau wafer! Aku maunya permen yang tadi! Ayo balik lagi!"
Atha mencari sumber suara hingga tatapannya jatuh pada seorang pria dewasa dan anak perempuan yang berdiri di samping mobil hitam yang Atha tebak adalah milik mereka.
"Sayang, hari ini makan permennya udah dulu ya? Putri kecil gak mau kan dimarahin mama lagi kebanyakan makan permen." Papa anak perempuan itu menekuk lututnya membujuk putrinya yang terus merengek dan menangis.
"Tapi kemarin aku gak makan permen kok. Mama bilang hari ini boleh makan permen," balas anak perempuan itu keras kepala. "Ayo Papa, kita beli permen lagi!" Tangan kecil anak perempuan itu menarik-narik tangan papanya.
Pria dewasa itu terlihat menghela napasnya panjang hingga tatapannya tak sengaja bertemu dengan Atha kecil. "Tuh, putri kecil di liatin sama cowok tuh." Atha membelalak saat ketahuan menguping pembicaraan ayah dan anak perempuan tersebut. Ia gelagapan saat sepasang ayah dan anak itu menatap ke arahnya.
"Dia siapa, Papa?" tanya anak perempuan itu penasaran. "Kayaknya dia sekolah di sekolah yang di depan itu kan?"
Papanya mengangguk. "Iya, sayang. Putri kecil mau nyamperin dia gak?" tawar sang ayah. "Kayaknya dia mau temenan sama putri kecil." Atha mendengar ucapan pria dewasa itu meski dia terlihat seperti berbisik. Atha kecil melirik dari ekor matanya. Ingin pergi menjauh tapi kaki kecilnya terasa kaku untuk digerakkan.