Minggu siang, Atha akan mengunjungi rumah Rival. Bukan tanpa alasan, semua anggota inti Graventas memang lebih suka nongkrong di rumah sederhana Rival dibanding markas mereka. Selain itu mereka juga akan belajar bersama sebelum menghadapi ujian kelulusan.Atha keluar dari kamarnya dengan ransel yang tersampir di bahu. Namun langkah cowok itu terhenti di ambang pintu saat merasa ada yang tertinggal.
Ia berbalik dan mengambil sebuah kotak besar di samping lemari pakaian yang tidak berat sama sekali. "Hampir lupa lagi," gumam cowok itu kemudian berlalu keluar dari kamar.
Sesampainya di lantai utama cowok itu mencari keberadaan Umma Nadia. Biasanya minggu siang wanita kesayangannya itu duduk santai di taman belakang seraya membaca buku. Tapi sebelum itu Atha memasukkan kotak yang di bawanya ke dalam mobil.
"Udah rapi aja, Abang mau ke mana?" Belum sempat ia melangkah menuju taman belakang, Umma Nadia sudah lebih dulu datang. "Mau belajar?" tanyanya lagi saat melihat ransel yang tersampir di bahu putranya.
"Iya, Umma. Abang izin ke rumah Rival ya? Pulangnya malam, paling lama jam sepuluh," jelas Atha sedetail mungkin. Ia hanya tidak mau Ummanya khawatir.
Umma Nadia tersenyum hangat mendengar penuturan putranya yang sangat detail itu. "Bawain kue yang tadi Umma bikin buat Rival sama temen-temen yang lain, ya? Sebentar, Umma siapin dulu."
Atha mengikuti langkah Umma Nadia memuju dapur. Wanita empat puluhan tahun itu langsung menyiapkan kue basah yang tadi pagi ia buat. Tidak hanya kue basah, ada kue kering dan potongan buah juga yang di masukkan ke dalam kotak.
"Ini." Atha mengambil paper bag yang berisi tiga kotak makanan tersebut. "Harus di habisin. Kotaknya harus kosong pas pulang nanti. Oke ganteng?"
Atha mengangguk patuh. "Iya, nanti Abang bilang ke anak-anak. Makasih ya Umma."
"Sama-sama ganteng. Theea ikut belajar juga gak?"
"Gak tau. Mungkin iya, di ajak Rival. Kenapa Umma?"
Umma Nadia menggeleng pelan. "Kalo Theea ikut, titip salam ya. Bilangin juga, sering-sering main ke rumah," ujarnya seraya menyunggingkan senyum yang tidak biasa menurut Atha.
Cowok itu berdehem pelan. "Nanti Abang sampein, kalo dia ikut. Abang udah boleh pergi?" Umma Nadia mengangguk seraya terkekeh kecil. Atha mencium punggung tangan Umma Nadia sebelum berlalu pergi.
"Pinter banget nutupin ekspresinya," gumam Umma Nadia geleng-geleng kepala.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Met You [TERBIT]
Teen FictionJudul lama : ATHAZIO Awalnya Theea hanya tertarik pada ketua geng nomor satu di sekolahnya dan bertekad untuk menjadikan cowok itu sebagai kekasihnya karena penasaran dengan sifat pendiam dan tenangnya. Namun, Theea tidak menyadari jika rasa tertar...