Judul lama : ATHAZIO
Awalnya Theea hanya tertarik pada ketua geng nomor satu di sekolahnya dan bertekad untuk menjadikan cowok itu sebagai kekasihnya karena penasaran dengan sifat pendiam dan tenangnya.
Namun, Theea tidak menyadari jika rasa tertar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Tha, lo pernah gak sih di kejar-kejar cewek selain gue?"
"Lupa."
Jawaban singkat Atha membuat Theea mencebik pelan. "Masa lupa sih? Satu pun lo gak inget?" tanya gadis itu lagi berusaha mendesak Atha.
"Emang gak inget. Gak penting juga."
Theea mendesah kesal. Memang percuma bertanya pada cowok itu. Gadis yang memeluk boneka koala pemberian Atha itu pun memilih diam seraya memperhatikan Atha yang fokus pada buku paket di depannya. Sudut bibir Theea tertarik ke atas melihat pemandangan manis di dekatnya. Ekspresi serius Atha sangat menyenangkan untuk di lihat, dan Theea tidak pernah bosan melihat pemandangan itu.
Tiba-tiba sebuah buku menutupi wajahnya membuat Theea terkesiap. Pelakunya tentu saja objek yang Theea perhatikan. Atha. "Jaga mata lo. Jangan liatin gue mulu!" tegur cowok yang mengenakan hoodie berwarna hitam tersebut. Theea terkekeh kemudian menjauhkan buku tersebut dari wajahnya.
"Ya gimana, mata gue tuh gak bisa berpaling dari lo kalo lo ada di sekitar gue." Theea senyum-senyum sendiri dengan ucapannya. Sementara Atha tidak tahan untuk tidak mengeluarkan dengusan gelinya. Gadis ini lancar sekali kalau masalah menggodanya. "Apalagi hati gue, maunya sama lo terus. Deket-deket lo terus. Jadi kapan kita nikah?"
Mendengar itu Atha memijit pelipisnya frustrasi. "Theea, please. Gue gak bisa fokus kalo lo ngoceh terus."
"Ya gimana, mata gue gak bisa berpaling dari lo kalo lo ada di sekitar gue. Lo tuh ciptahan Tuhan yang nyaris sempurna di mata gue. Makin sempurna lagi kalo lo jadi suami gue."
"Suami-suami. Belajar dulu yang bener. Lo udah janji sama Pak Didi nilai ujian lo harus tiga besar tertinggi di jurusan." Mendengar itu Theea memanyunkan bibirnya kemudian memilih bungkam membuat Atha meliriknya sejenak. "Gue mau numpang sholat bentar," ujar cowok itu melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul delapan malam.
Tadi sehabis magrib ia dan Gabriel langsung berangkat menuju ke rumah Theea untuk belajar bersama. Tak lama setelah kedatangan Atha dan Gabriel, Rival datang. Sekarang Gabriel dan Rival tengah berada di ruang TV yang jaraknya tidak jauh dari tempat mereka belajar. Dua cowok itu bermain game di ponsel masing-masing.
"Mau pake sarung?" tanya Theea yang dibalas anggukan oleh Atha. Theea segera bangkit dari duduknya. "Bentar ya, gue ambilin sarung sama pecinya sekalian. Tadi habis di cuci belum sempat di taroh di mushola. Lo ambil wudhu dulu aja, nanti gue susulin ke mushola."
Atha mengangguk kemudian berlalu menuju mushola kecil di rumah Theea yang sudah tersedia tempat wudhunya. Sebelum berlalu, cowok itu tak lupa mengajak dua sahabatnya.
Theea datang bertepatan setelah Atha selesai berwudhu. Gadis itu sempat terpana melihat ketampanan Atha semakin bertambah saat terkena air wudhu. Wajahnya tampak bercahaya. Jantung gadis itu berdebar kencang ketika Atha menangkap kehadirannya. Tatapan Atha yang tenang itu melemahkan persendiannya. Theea meremas kain sarung di tangannya ketika Atha menghampirinya.