WIMY - 27

23.1K 1.7K 113
                                    

Jangan lupa tandain typonya ya, terima kasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa tandain typonya ya, terima kasih..

***

"Mau ke mana, Bang? Rapi amat."

Atha yang baru saja sampai di lantai dasar menoleh pada Umma Nadia yang duduk di sofa menatapnya dari atas hingga bawah. Cowok itu langsung menghampiri sang umma dan duduk di sebelahnya. "Abang mau izin keluar ya, Umma. Gak lama, paling jam sepuluh-an udah pulang," jawabnya.

"Ada acara apa emangnya? Tumben banget kamu pake kemeja, biasanya juga pake kaos oblong sama jaket doang. Mau kencan sama cewek ya? Mana wangi banget lagi," goda wanita itu mencolek lengan Atha.

Mendengar godaan yang dilempar sang umma membuat Atha geleng-geleng kepala saja. "Belum nemu cewek yang bisa diajak kencan, Umma."

"Mau Umma rekomendasiin gak, Bang?" Ternyata Umma Nadia semakin gencar menggodanya. "Umma punya dua rekomendasi buat dideketin sama Abang, lho."

"Gak mau ah! Abang masih belum puas manja-manja sama Umma, masa disuruh ngencanin cewek sih? Kalo Ayah denger, beliau pasti langsung ngomel." Umma Nadia terkekeh mendengarnya. "Abang mau ke rumah Theea, dia ngadain kayak syukuran gitu di rumahnya, jadi dia ngundang Abang sama temen-temen lain buat ke sana."

Umma Nadia membulatkan mulutnya mengerti. "Oh iya, kasus Lily tadi gimana kelanjutnya? Pihak sekolah ngasih hukuman apa buat laki-laki itu? Umma gak tega liat kondisi Lily, dia nangis terus dari tadi, gak mau makan dan gak mau diajak ngobrol," ujar Umma Nadia dengan tatapan kasihan. Tidak tega dengan keadaan gadis remaja itu. "Orang tuanya bawa Lily ke sini dengan harapan gak ada kejadian buruk di sekolah lamanya terulang, tapi ternyata kejadiannya lebih buruk dari bully."

Mendengar ucapan Umma Nadia membuat Atha menghembuskan napasnya. "Pihak sekolah mutusin buat ngeluarin cowok itu dari sekolah karena ternyata tindakannya itu udah berkali-kali dia lakuin ke siswi-siswi lain, tapi gak ada yang berani ngelapor ke guru karena mereka diancam." Umma Nadia menggeleng-geleng miris mendengar penjelasan Atha.

Zaman sekarang adalah zaman yang sangat mengkhawatirkan. Tingkat keamanan dan ketenangan di suatu lingkungan sudah rendah sekali. Kadang tak ayal pelaku melakukan aksinya di tempat umum yang ramai orang tanpa rasa malu.

"Yaudah, Abang berangkat ya Umma, anak-anak udah nungguin." Atha bangkit kemudian mencium punggung tangan ummanya, tak lupa menyelipkan ciuman di pipi wanita itu. "Umma mau dibeliin apa nanti?"

"Gak usah, Abang pulang Umma udah tidur paling. Umma pesen hati-hati aja, titip salam buat Theea. Oh iya, hampir aja Umma lupa. Abang tolong kasih gelang yang kemarin Ayah bilang ke Theea ya? Bentar, Umma ambilin dulu gelangnya."

Atha tidak bisa menolak. Cowok itu menghembuskan napasnya begitu Umma Nadia berlalu ke kamarnya. Tak lama wanita itu kembali membawa sebuah kotak kecil yang di dalamnya berisi gelang yang Ayah Fathur katakan. "Ini, jangan lupa dikasih ya? Kalo bisa difotoin buat jadi bukti kalo gelang itu sampe ke tangan Theea."

When I Met You [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang