Judul lama : ATHAZIO
Awalnya Theea hanya tertarik pada ketua geng nomor satu di sekolahnya dan bertekad untuk menjadikan cowok itu sebagai kekasihnya karena penasaran dengan sifat pendiam dan tenangnya.
Namun, Theea tidak menyadari jika rasa tertar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Kepala Lo yang bener dikit kenapa, Ya!”
“Ini udah bener, kok.”
“Ck! Kapan sih Lo mau nyisir rambut sendiri?”
Theea menoleh pada Vava yang tengah menyisir rambut pirang bergelombangnya dengan tampang polos. Cewek itu kembali menatap ke depan tanpa menjawab pertanyaan Vava yang mana membuat cewek imut dengan bando pink itu mencebik.
Satu kebiasaan buruk Theea adalah tidak bisa menyisir rambutnya sendiri. Kalau tidak ada Vava, Kalista dan Zia yang membantunya menyisir rambutnya, cewek itu akan membiarkan rambut indahnya kusut begitu saja. Dulu Theea terbiasa dimanja oleh sang mama. Hingga kejadian menyakitkan merenggut kebahagiaannya dua tahun lalu, Theea tidak bisa lagi bermanja-manja.
“Nih karet buat ngepang rambut nih bocah.” Zia dan Kalista datang membawa berbagai camilan di tangan mereka. Vava menerima karet gelang dari Zia lalu mulai mengepang rambut Theea. Sementara sang empunya rambut malah mengunyah cilok yang tadi ia titip pada Kalista. Theea pasrah saja saat Vava mengepang dua rambut pirangnya.
“Selesai!” seru cewek itu dengan senyum bangganya. Theea menyentuh rambutnya kemudian mengambil kaca untuk melihat hasil karya Vava. Dengan mulut penuh Theea berkaca kemudian berdecak kagum. Cantik. Kepangan Vava di rambutnya sangat rapi.
“Gue keliatan kayak bocil SD di kepang begini,” celetuknya membuat ketiga sahabatnya tertawa geli.
“Anak SD aja bisa nyisir rambutnya sendiri,” balas Zia dengan sindiran pedasnya mendapat delikan dari Theea. “Mau gue les privatin nyisir rambut gak, Ya?” lanjutnya yang tentu saja hanya bercanda. Theea mendengus mendengar cibiran cewek itu lalu mengacungkan jari tengahnya lengkap dengan tatapan sinis. Zia memecahkan tawanya melihat itu.
“Gimana keadaan Tante Windi? Belum ada kemajuan?” tanya Kalista yang sedari tadi hanya diam.
Theea menghela napasnya berat kemudian menggeleng. Raut wajahnya berubah sendu. “Belum,” jawabnya singkat.
Zia, Vava dan Kalista saling pandang sebelum memeluk sahabatnya itu. Pergerakan mendadak ketiga cewek itu membuat Theea terkejut. Namun setelahnya ia tersenyum senang.
“Lo harus sabar, dan terus berdoa. Kita bertiga akan selalu ada di samping lo.” Theea tersenyum mengangguk menanggapi ucapan Vava.
Mereka melepas pelukan kemudian tertawa kecil.
Sementara itu di waktu yang sama Atha dan kelima sahabatnya duduk melingkar di pojok kantin yang tidak terlalu bising. Para cowok pentolan sekolah itu tampak fokus pada makanan mereka masing-masing hingga Kavin yang lebih dulu selesai mulai mengeluarkan suaranya.
“Gue masih gak nyangka, ternyata Lo tetanggaan sama Theea, Val,” celetuk cowok itu menatap Rival.
Rival mengerutkan keningnya bingung. “Emang kenapa kalo Theea tetangga gue?” tanya cowok itu heran. Apa salahnya dengan bertetangga dengan cewek bersurai pirang itu?