WIMY - 23

20.8K 1.6K 46
                                    

"Mama gak keberatan tinggal di kontrakan kan sama Theea?" tanya Theea sembari mendorong kursi roda yang diduduki sang Mama menuju lobi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Mama gak keberatan tinggal di kontrakan kan sama Theea?" tanya Theea sembari mendorong kursi roda yang diduduki sang Mama menuju lobi.

"Theea udah pesen taksi, bentar lagi dateng. Mama tunggu sebentar ya?" pintanya lalu duduk di kursi tunggu depan pintu lobi. Hatinya teramat senang dengan kabar kepulangan sang Mama setelah dua tahun lebih terbaring di rumah sakit ini hingga tak sadar dengan raut wajah Windi yang terlihat sendu.

Dalam hatinya Windi sangat berharap  saat ia pulang dari rumah sakit, ada anak dan suaminya yang menjemput lalu mengajaknya bercerita sepanjang jalan di dalam mobil menuju rumah mereka, kemudian makan bersama dalam rangka merayakan kepulangannya. Namun ia tahu itu hanya sekedar harapan sebab sang putri tercinta masih dengan keras kepalanya tidak mau memaafkan papanya.

"Theea masih marah banget ya sama Papa? Marahnya gak bisa dikurangin dikit buat dengerin penjelasan Papa sebentar?" Theea spontan menoleh pada Windi. "Mama gak mau Theea nyesel sayang."

"Kenapa Theea harus nyesel? Yang ngerasain penyesalan itu cuma orang yang bersalah, Ma. Theea rasa Theea gak salah hanya karena gak mau maafin orang itu," jelasnya dengan nada tak suka. Lalu ia menghela napas dan menggenggam kedua tangan mamanya. "Buat sekarang, Mama jangan pikirin hal-hal gak penting dulu, ya? Mama harus banyak istirahat, biar cepat sembuh total."

Windi mengalah, ia mengangguk. Mungkin nanti usahanya membuat Theea mau mendengar penjelasan Aditya tentang kesalahpahaman dua tahun lalu akan terwujud. Ia akan terus berusaha dan berdoa.

Tak lama kemudian sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan lobi membuat ibu dan anak itu menoleh. Tanpa melihat siapa yang berada di dalam mobil itu baik Theea maupun Windi sudah dapat menebaknya. Sosok Aditya keluar dari dalam mobil dan langsung menangkap kehadiran istri dan putrinya membuatnya melengkungkan senyum. Pria itu mengambil sebuah buket bunga mawar merah dari jok belakang kemudian menghampiri Windi yang membalas senyumnya. Sementara itu Theea hanya bisa diam dengan pandangan tak sukanya. 

"Mas gak telat kan?" tanya Aditya menyapa hangat Windi, lalu menoleh pada Theea yang langsung mengalihkan pandangan. Aditya menghela napasnya pelan dengan senyum yang sedikit surut. Sedetik kemudian ia kembali menoleh pada Windi yang tersenyum seolah menguatkannya. "Mas bawakan bunga ini buat istri Mas yang cantiknya gak pernah hilang," celetuk Aditya dengan senyum lebarnya dibalas oleh kekehan kecil oleh Windi. 

Windi menerima bunga tersebut lalu meletakkan di pangkuannya. "Makasih, Mas."

"Sama-sama, sayang. Kita pulang sekarang?"

"Gak perlu sok baik, saya bisa bawa pulang Mama saya sendiri tanpa bantuan Anda!" tolak Theea dengan tatapan tajamnya. 

Windi menggenggam tangan Theea, menyadarkan putrinya itu bahwa yang ia tatap dengan tajam itu adalah ayahnya. "Theea, gak sopan natap Papa begitu, Nak!" tegur Windi. 

"Dia bukan Papa Theea, Ma."

"Theea!" Theea menelan salivanya mendengar suara tegas dan tatapan tajam Windi. Tenggorokannya tercekat, lalu dengan pelan ia melepaskan genggaman tangan Windi dan mengalihkan tatapannya membuat mamanya itu menghela napasnya pelan lalu menoleh pada Aditya yang menatap putri mereka dengan senyum getirnya. "Mas, aku pulangnya sama Theea aja ya, Mas pulang gih, habis itu istirahat, ya?"

When I Met You [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang