WIMY - 50

24.6K 1.8K 233
                                    

Theea yang sedari tadi menatap kosong lantai di depannya hanya diam tanpa mengatakan sepatah kata pun semenjak kedua orang tuanya di makamkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Theea yang sedari tadi menatap kosong lantai di depannya hanya diam tanpa mengatakan sepatah kata pun semenjak kedua orang tuanya di makamkan.

Bahkan sedari tadi ia tidak memakan dan minum apa pun. Yang ia lakukan hanya diam dan menangis tanpa suara.

"Theea."

Panggilan itu dapat Theea dengar namun untuk menatap siapa yang memanggil, ia tidak bisa.

Tak lama kemudian usapan di bahunya terasa. "Makan dulu, yuk! Dari tadi lo belum makan apa pun." Gadis yang berkata pelan dan lembut itu adalah Vava. Ia membawa sepiring nasi dan segelas air putih.

"Gue gak laper."

Vava menghela napasnya menatap Theea iba. Sahabatnya itu sangat terpukul dan menyedihkan. Tanpa sadar mata Vava memanas, ia menggigit bibir bawahnya.

"Ya, jangan gini dong! Lo harus makan. Nanti lo sakit, kita semua khawatir," bujuk Vava dengan suara bergetar.

"Kalau bisa gue mau langsung mati, Va. Biar gue bisa nyusul Mama sama Papa," jawab gadis itu enteng membuat Vava menelan ludahnya. Air matanya mulai menetes mendengar suara dengan nada putus asa itu.

"Jangan ngomong gitu! Orang tua lo pasti marah kalo lo ngomong gini, Theea!" sentak Vava memeluk Theea.

Theea tersenyum getir. "Lo makan aja, Va. Gue gak laper!" Theea melepas pelukannya lalu bangkit menaiki tangga menuju kamarnya.

Melihat itu Vava menangis. Sahabatnya sangat terluka dengan kepergian orang tuanya. Sahabatnya sangat rapuh. Sahabatnya sangat menyedihkan. Tapi Vava tidak tahu harus berbuat apa untuk menghibur Theea.

Di dalam kamarnya, Theea menangis lagi. Tidak peduli matanya akan bengkak, ia hanya ingin mengeluarkan emosi di dadanya.

Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka membuat Theea menoleh dengan linangan air mata.

"Umma?" lirihnya. Orang yang di panggil menampilkan senyum hangatnya.

Umma Nadia membawa nampan berisi makanan yang sama seperti Vava tadi. Setelah meletakkan nampan tersebut ke atas nakas, Umma Nadia duduk di tepi ranjang di samping Theea.

Tangan hangatnya menggenggam tangan Theea. "Mau peluk?" tawar wanita itu membuat Theea langsung menghambur dalam pelukannya.

Di sana, Theea kembali menangis dan Umma Nadia dengan sabar. "Keluarin semuanya, sayang, jangan di pendam. Umma gak akan larang Theea nangis. Jadi nangis aja sepuas Theea."

When I Met You [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang