WIMY - 02

33.5K 2.4K 145
                                    

Theea memasuki rumah kontrakan dua petak yang telah menjadi tempat tinggalnya selama dua tahun terakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Theea memasuki rumah kontrakan dua petak yang telah menjadi tempat tinggalnya selama dua tahun terakhir. Raut wajah cewek itu berubah menjadi sendu memperhatikan ruangan yang hanya diisi oleh lemari kecil di sudut ruangan, lalu ada sofa usang berwarna cokelat tua dan meja kaca kecil di depannya. Cat yang melapisi dinding banyak yang terkelupas.

Theeaa duduk di sofa lalu menyenderkan kepalanya. "Bisa gak ya, semuanya kembali kayak dulu?" tanya cewek itu pelan, pada dirinya sendiri. Theea menatap langit-langit kontrakannya. Perlahan matanya berkaca-kaca, dadanya terasa sesak memikirkan pertanyaannya sendiri. Sedetik kemudian Theea tertawa getir. "Mikir apa sih, Theea! Ya gak mungkin lah! Semua yang udah hancur gak akan bisa kembali kayak semula!"

Cewek itu mendengus lirih kemudian bangkit dari duduknya lalu setelah itu masuk ke dalam kamar. Belum sampai langkahnya mencapai pintu, suara ketukan dari luar membuat Theea mengernyit heran.

Siapa yang datang? batin cewek itu penasaran.

Tok tok tok

Tidak ada yang mengetahui alamat kontrakannya selain para sahabatnya, Dr. Joe, dan ... seketika mata Theea melebar mengingat satu orang yang tahu alamatnya tanpa ia beritahu. Aditya Faurent. Nama itu terlintas begitu saja di kepalanya.

Tok tok tok

Ketukan itu terdengar lagi membuat Theea berdecak. Cewek itu melangkah menuju pintu utama kemudian membukanya dengan malas. Tepat sekali. Tebakannya tidak pernah salah. Sosok yang berdiri di hadapan Theea sekarang adalah Aditya Faurent. Pria paruh baya yang saat ini mengenakan setelan jas kantor berwarna hitam menatapnya dengan senyum hangat. Ayah kandungnya.

"Theea," sapa pria itu.

Sementara Theea memasang raut wajah datar. "Ngapain Anda ke sini lagi?"
Hati Aditya berdenyut sakit mendengar nada tidak suka dari putrinya tersebut, tapi ia tetap menampilkan senyum hangatnya. "Papa kangen sama Theea. Ayo, pulang sama Papa."

Mendengar ajakan itu membuat Theea lantas berdecih. "Kalau cuman mau ngomong gak penting, silakan pergi dari sini! Saya mau istirahat!" sahutnya tanpa perasaan lalu menutup pintu dengan kasar.

Aditya menatap nanar pintu yang tertutup di depannya. Bulir bening terjatuh begitu saja dari pelupuk mata pria itu. Dadanya sesak saat putri kesayangannya menatapnya dengan tatapan kebencian. "Maafkan Papa, nak. Papa sayang sekali sama Theea." Setelah mengatakan kalimat penuh kerinduan itu Aditya meninggalkan kontrakan putrinya tersebut dengan langkah berat.

Sementara itu di dalam, Theea bersandar di pintu dengan tangan yang mengepal. "Kalo papa sayang sama Theea, kenapa menghancurkan keluarga kita?" tanyanya dengan lirih. Ia dengan sangat jelas mendengar ucapan Aditya tadi.

When I Met You [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang