Sejatinya, sekuat dan setangguh apapun seorang perempuan yang terlihat dari luar, ia tetap seorang perempuan yang memiliki sisi lembut yang mudah rapuh dan terluka.
Begitu juga dengan Theea. Gadis periang, konyol dan sering bertingkah kekanak-kanakan itu tidak sekuat itu. Ia hanya gadis lemah yang mengenakan topeng agar terlihat kuat. Jika di tanya apa tindakan bodoh yang paling ia sesali sampai sekarang adalah menerima Edri menjadi kekasihnya. Mengingat kejadian menjijikkan yang cowok bertindik itu lakukan padanya membuat kebencian di dada Theea semakin besar pada cowok itu.
Theea tidak bisa menerima perlakuan tidak senonoh Edri kepadanya. Benar-benar tidak terima. Sifat tempramen dan kasarnya sangat merugikan Theea.
"Udah puas nangisnya?" Seseorang duduk di samping Theea. Tanpa menoleh Theea tahu siapa itu. "Kita pulang yuk! Udah mau malem."
Theea menghapus air matanya yang membasahi pipinya yang merah. "Gue masih mau di sini, Va."
Vava menghela napasnya pelan dan hampir menangis lagi melihat kondisi wajah sahabatnya itu. Sudut bibir Theea terluka, kedua pipinya memerah karena bekas tamparan si brengsek Edri dan matanya bengkak karena menangis tanpa henti. Mengingat betapa kacaunya Theea saat ia, Zia dan Kalista menemukan gadis itu tadi Vava merasakan dadanya kembali sesak. Sahabatnya di lecehkan dan tidak ada yang menolong.
Sesaat setelah berhasil menemukan Theea, mereka bertiga membawa sahabatnya itu pergi dari sekolah dan meninggalkan pelajaran di jam terakhir. Mereka juga sepakat menonaktifkan ponsel mereka masing-masing agar tidak ada yang menghubungi dan menganggu.
Kalista membawa Theea ke pantai. Katanya pantai adalah tempat yang paling tepat untuk menenagkan diri. Deburan ombak dan desiran anginnya mampu membawa ketenangan. Theea di tinggalkan seorang diri di tepi pantai oleh ketiga sahabatnya dengan maksud agar gadis itu bisa menumpahkan semua isi hatinya terhadap musibah yang menimpanya tadi. Tidak benar-benar meninggalkan, mereka memantau dari jauh.
"Lo belum makan. Kalista ngajak makan, habis itu kita nonton. Lo mau kan?"
"Gue mau di sini aja, Va. Gue gak mau ke mana-mana." Theea menjawab pelan. "Kalian aja yang makan, gue gak laper."
Vava menggigit bibirnya putus asa. "Ya, lo jangan gini dong, gue sedih liat lo begini," keluh Vava lirih. Kedua matanya berembun. Theea tidak merespon apa-apa.
"Kasih gue waktu sepuluh menit lagi," ujar gadis itu setelah terdiam cukup lama. Ia tidak boleh egois.
"Sepuluh menit. Habis itu kita pulang. Oke?" Theea mengangguk pelan. Vava akhirnya beranjak dari sana menghampiri Kalista dan Zia yang menunggu informasi darinya. "Tunggu sepuluh menit lagi, dia masih butuh waktu," beritahu Vava pada kedua sahabatnya.Zia dan Kalista mengangguk pasrah.
Setelah sepuluh menit berakhir Theea benar-benar beranjak dari tempat duduknya menghampiri ketiga sahabatnya yang langsung bangkit begitu melihat kehadirannya. "Ayo pulang!" ajak Theea tersenyum tipis. "Maaf, kalian jadi pulang malem karena gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Met You [TERBIT]
Teen FictionJudul lama : ATHAZIO Awalnya Theea hanya tertarik pada ketua geng nomor satu di sekolahnya dan bertekad untuk menjadikan cowok itu sebagai kekasihnya karena penasaran dengan sifat pendiam dan tenangnya. Namun, Theea tidak menyadari jika rasa tertar...