JANGAN LUPA VOTE YA...
"Eh, si berlian baru datang, " ujar Otak menyambut kedatangan Mawar. Mawar yang mendengar kata Berlian mendelik, tapi ia mencoba untuk acuh saja.
Kenzi mendesah pelan, melihat gadis cantik yang ada disampingnya itu. "Orang udah siap makan, eh dianya baru dateng, " ujar Kenzi dengan wajah tak berekspresi.
Mawar mengerucutkan bibirnya, ia menghela nafas berat, wajahnya terlihat letih. "Tadi keruangan osis dulu, ada urusan, " jawab Mawar dengan bahu yang ia turunkan.
"Eh Mawar, lo dibilang kayak berlian sama Gibran, " ujar Rio diiringi dengan senyuman jahilnya, Gibran yang merunduk kini mendongak dan mendelik.
Mawar menyerngit, tersenyum samar ke Gibran. "Kenapa? Kenapa, Bran? "
Gibran terlihat acuh, Gibran hanya membalas dengan gelengan, membuat alis Mawar terangkat.
"Aduh...Kakak Gibran gemes banget!! Pengen jitak kepalanya." Otak melihat Gibran dengan gigi yang ia rapatkan, tangan pria itu terasa gatal ingin menjitak kepala Gibran. Tapi sayang rasanya pemuda sekalem itu disakiti, bisa-bisa ia manangis dan mengadu ke sang Mama.
"Kalau gue cool kayak Gibran jijik nggak kesannya? " tanya Rio dengan raut wajah serius, terpesona begitu saja melihat gaya cool Gibran.
"Mawar, kenapa nggak suka sama Kakak Gibran aja? Dia 'kan lebih ganteng dari." Otak melihat Kenzi dengan sinis, suksek membuat Mawar terkekeh dengan tangan menutupi mulut.
Rio mengangguk mengiyakan. "Udah ganteng imut-imut lagi. " Rio menekan-nekan pipi Gibran gemes, Gibran yang diperlakukan seperti itu langsung menepis tangan Rio. Sedangkan Mawar yang melihat itu tertawa terbahak-bahak.
Melihat Kenzi yang kesal membuat Otak semakin semangat untuk memanasi. "Tinggalin aja deh yang nggak ngasih kepastian itu."
Rio mengangguk semangat. "Sama yang pasti-pasti aja, sama Gibran contohnya, " ujar Rio sedikit menggoda Gibran.
Gibran berdecak keras, sedikit menjauh dari Rio. "Kenapa gue sih? " tanya pria itu sinis.
Kenzi mengumpat lambat, merasa kesal teman-teman yang menggoda Mawar. "Kalian udah selesai 'kan makannya?" tanya Kenzi gemes, entah kenapa tangannya terasa gatal ingin meremas-remas kepala teman-temannya itu. Apasalah mereka pergi? Membiarkan Kenzi dan Mawar berdua.
Gibran yang seakan mengerti, langsung berdiri lalu beranjang pergi.
"Noh, cuman aa Gibran yang ngerti, " ujar Kenzi mengarahkan dagunya ke Gibran yang tengah berjalan menjauh.
"Ntar kalau dikelas gue nggak kenal lagi sama lo, ya, " ujar Rio, menarik Otak yang sebenarnya masih tidak mau beranjak, tapi mau tidak mau Otak menurut begitu saja.
"Pergi juga tuh bocil-bocil." Kenzi mendumel, dengan wajah yang ditekuk.
Mawar terkekeh. "Mereka lucu. "
Kenzi mencibir. "Iya, mereka 'kan badut. "
"Capek, ya Buk waketos? " lanjut Kenzi bertanya, menyadari ketika jam pelajaran Mawar izin untuk urusan Osis, dan jam istirahatnya juga terpotong kerena itu.Mawar menghela nafas berat, menciutkan bibir. "Enggaklah biasa aja, " jawab gadis itu memain-mainkan bibir. "Gue pesan makan dulu, ya? "
Kenzi membalas dengan anggukan. Pria itu menatap punggung Mawar, ia tersenyum miris. Merasa heran kepada dirinya, kenapa ia tidak bisa jatuh cinta ke gadis secantik Mawar?
Mata Kenzi beralih, ia sedikit tersentak, menyadari gadis itu masih berada didalam kantin. Ia tampak tertawa terbahak-bahak memandangi ponselnya, membuat dunia Kenzi seakan berhenti. Kenzi terpana begitu saja, melihat gadis itu kini dengan mudahnya tertawa. Hati Kenzi memberontak, meminta Kenzi agar mengenal gadis itu lebih jauh.
"Liatin apa? "
Kenzi tersentak, mendengar suara lembut dari Mawar. Kenzi tersenyum gugup, menggaruk-garuk kepalanya. "Enggak." jelas sekali Kenzi salah tingkah, matanya masih mencuri-curi agar bisa melirik gadis itu tanpa sepengetahuan Mawar.
"Eh Mawar, gue kesitu dulu, ya. " tunjuk Kenzi kearah gadis itu, tanpa menunggu persetujuan dari Mawar Kenzi langsung beranjak pergi.
Awalnya gadis itu acuh saja melihat Kenzi, karena beranggapan Kenzi tidak menuju ke mejanya. Tapi dirinya salah, Kenzi benar-benar mendekat ke mejanya, membuat matanya sedikit melebar.
"Hai, " sapa Kenzi. "Gue boleh duduk disini bentar nggak? "
Gadis itu menyerngit, tidak biasanya Kenzi seperti ini. "Ngapain lo? Ngerjain gue? " tanya gadis itu, jauh dari kata baik.
Kenzi terkekeh, lalu mendudukan bokongnya dikursi yang berada didepan gadis itu. "Lo nggak mau bilang makasi sama gue? " tanya Kenzi dengan raut wajah menggoda gadis itu.
Gadis itu mendelik. "Gue nggak m--" ucapan gadis itu terhenti, menyadari Kenzi melihat dimana sang Ayah memukulinya malam itu. Gadis itu jadi agak menciut. "Eh, lo jangan bilang sama siapa-siapa soal malam itu, ya, " gadis itu berujar dengan suara yang sengaja ia pelankan.
Alis Kenzi terangkat, pria itu mengangguk-ngangguk kecil. "Emang masalah lo apasih? " Kenzi bertanya dengan raut wajah serius. "Ngeri juga gue ngeliat bokap lo. "
Tiba-tiba gadis itu terlihat murung, membuat Kenzi merasa bersalah karena bertanya seperti itu. "Nggak, nggak, sorry, gue nggak maksud buat ikut campur, " ujar Kenzi diiringi dengan tawaan gugup.
Gadis itu mengangguk kecil. "Lo ngapain kesini? Tuh cewek lo ngeliatin tuh, " ujar gadis itu dengan wajah merunduk ke ponsel, seakan-akan tidak berani melihat Mawar.
Kenzi menoleh ke Mawar, Mawar terlihat memperhatikan dirinya. Kenzi menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal sembari berpaling dari Mawar. "Dia bukan cewek gue, dia teman gue. "
"Eh, nama lo siapa? " lanjut Kenzi bertanya dengan cepat.Gadis itu tertegun, tidak menyangka seorang Kenzi menanyakan namanya. "Eung...Melati. "
Kenzi menyerngit. "Melati? " entah kenapa Kenzi jadi tersenyum. "Bunga dong, " ujar Jeffry dengan kekehan.
Melati mendelik, tidak mengerti. Sedikit tidak menyangka, ternyata selera Mawar manusia tidak jelas seperti Kenzi. "Iya, salah emang? "
Kenzi menggeleng diiringi dengan senyuman. "Gue Kenzi. "
"Gue udah tau. "
"O iya, gue 'kan terkenal, " ujar Kenzi santai, membuat Melati mengumpat kecil.
Kenzi beranjak pergi, mata pria itu melihat Mawar yang tengah menikmati makannya. Sedikit tidak menyangka, kenapa dirinya bisa seberani ini meninggalkan Mawar demi berkenalan dengan gadis itu. Biasanya Kenzi tidak berani dan tidak akan mau melakukan ini, karena takut Mawar terluka. Tapi kali ini entah kenapa ia seperti itu.
"Ngapain tadi? " Mawar menyambut kedatangan Kenzi dengan melontarkan pertanyaan itu.
"Lo kenal sama Melati? " bukannya menjawab, Kenzi malah bertanya balik ke Mawar. Kenzi mengarahkan dagunya ke gadis yang ternyata bernama Melati itu.
Alis Mawar terangkat. "Cuman tau aja, " jawab Mawar tenang, dengan pendangan mengarah ke Melati. "Dia anak IPS dua 'kan? "
Reflek Kenzi menoleh ke Mawar. "Oh ya? " jawab pria itu semangat, beberapa detik kemudian ia tersenyum kecil.
Mawar menyuap mie goreng miliknya, sebelum berkata. "Kenapa emang? Kok lo semangat gitu?" tanya Mawar, diiringi dengan kekehan hambar.
Kenzi menggeleng kecil, lalu kembali memandangi Melati dengan lekat, mengabaikan Mawar begitu saja.
Mawar yang menyadari itu, mencoba untuk tenang. Mawar mencoba untuk menepis pikiran negatif yang ada diotaknya. Dengan tegas Mawar mengatakan ke dirinya, kalau Kenzi kini tengah berjuang untuk dirinya, Kenzi kini tengah berjuang untuk mencintainya.
TERIMA KASIH BANYAK UDAH NGEBACA SAMPAI AKHIR:)
JANGAN LUPA REKOMENDASIIN CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KAMU, YA...
LUV💜

KAMU SEDANG MEMBACA
KENZI (END)
Teen FictionCover by: grapicvii "Tapi gue sukanya sama Melati, bukan sama lo, Mawar." -- Kisah cinta remaja itu rumit, tidak tertebak, namun begitu indah. Saking indahnya, perjalanan dari kisah cinta itu tidak segan-segan mengukir luka pada hati kita. Terkadang...