JANGAN LUPA VOTE DULU, HEHEHE
Tampak empat remaja tengah berdiri didepan meja piket. Mereka berempat tampak memelas agar anak osis yang piket sekarang memberikannya surat izin untuk masuk kelas. Walau Mawar dan Edgar--teman sekelas mereka, yang bertugas sekarang, tapi tidak semudah itu.
"Lo." Edgar menunjuk Gibran dengan pena yang ada ditangannya, membuat Gibran menekuk dagu ke dalam. "Kemarin juga telat. "
Otak mencibir. "Lo kalau disini songong, ya. Dikelas lo diem-diem bae." cerocos Otak sewot.
Kenzi mengangguk mengiyakan. "Kita telat karena ditilang bokap lo, gila, " ujar Kenzi kesal, jadi mengumpat. Mengungkit kejadian tiga puluh menit yang lalu, ayah Edgar menilang mereka karena tidak memakai helm. Karena mereka anak sekolah, alhasil mereka disuruh menyanyikan lagu indonesia raya, dan melafalkan pancasila. Tapi sayang, mereka tidak afal sila ke empat, membuat mereka diceramahi panjang lebar oleh ayah Edgar yang bekerja sebagai polisi.
Mawar yang mendengar itu mendelik. "Kalian ditilang bokap Edgar? " tanya Mawar, sedikit terkejut.
"Iya, bokapnya nggak bersahabat banget, " Rio pun ikut menyerang Edgar.
"Kasih aja deh, kita surat izin masuk," ujar Kenzi dengan wajah memelas ke Mawar.
"Ntar gue cuciin lo foto Lisa Blacpink deh, Gar, " Otak membujuk Edgar.
Edgar itu anak paskib. Anak polisi juga. Wajah tegas ayahnya tampak menurun kepada Edgar. Tapi itu tidak menutup kemungkinan Edgar tidak menyukai idol-idol korea, terlebih Lisa Blackpink. Edgar itu aneh, ia punya wajah tegas layaknya tentara. Tapi hobinya joget-joget ala-ala girlband korea dikelas. Singkatnya wajah Edgar yang maco berbanding terbalik dengan kelakuannya yang cucok.
Keempat remaja itu langsung menunduk ketika menyadari kedatangan Buk Ida, seorang guru Bk.
Buk Ida melihat keempat remaja itu dengan tangan yang ia lipat didada, alis guru itu terangkat, ketika melihat Gibran. "Gibran Mahendra, anak Buk Rose, guru kimia, " ucap Buk Ida menyebut nama orang tua Gibran. Iya, Mama Gibran bekerja sebagai guru disekolah ini. Ketika Gibran melanggar peraturan, nama sang Mama pasti dibawa-bawa.
Kenzi menahan tawa, sedikit menyikut siku Gibran. Sedangkan Mawar juga ikut menahan tawa, karena memperharhatikan tingkah Kenzi yang menyikut-nyikut siku Gibran, sedangakan Gibran ia terlihat begitu kesal.
"Mama kamu datangnya pagi, kenapa nggak sama dia aja berangkat? Kenapa harus bareng sahabat kamu?" Buk Ida sengaja menekan'kan ucapannya pada kata sahabat.
Rio berdecak pelan. "Kita sehina itu ya, Buk? " tanya Rio, membuat Mawar terkekeh, padahal dirinya sudah setengah mati menahannya. Tapi tidak apa, Mawar itu anak emas, ia tidak akan dimarahi.
"Aa Gibran udah gede, Buk. Jadi malu berangkat sama Mama nya, " ujar Otak menepuk-nepuk bahu Gibran, yang langsung ditepis oleh Gibran.
Buk Ida geleng-geleng kepala, tidak habis pikir dengan anak remaja jaman sekarang. Seketika ibuk Ida mendelik, menyadari rambut Kenzi yang sudah tidak memenuhi aturan sekolah.
"Kenzi, rambut kamu udah panjang, " tunjuk Buk Ida, ke kepala Kenzi. "Contoh rambut Edgar. " tidak mau panjang lebar, membuat Kenzi hanya membalas dengan anggukan saja.
Otak mencibir. "Ini rambut anak muda jaman sekarang, Buk. Belah tengah, ala-ala oppa korea."
"Nah, ini tinggal diwarnain aja udah keren banget nih, " lanjut Otak, merapikan rambut Kenzi yang ala-ala oppa korea. Sedangkan Kenzi, mengangguk setuju, membiarkan Otak merapikan rambutnya.Rio juga ikut mengangguk. "Edgar rambutnya botak namanya tuh, Buk." celetuk Rio sembarang, membuat Edgar mendelik.
Gibran berdecak, kalau begini kapan masuk kelasnya. "Bisa diem nggak sih? " kesal pria itu, membuat ketiga sahabatnya bersorak heboh. Inilah yang membuat Gibran malas untuk berbicara, setiap ia mengeluarkan suara pasti ketiga sahabatnya itu bersorak heboh.
"Buk--" gadis itu berhenti, tepat dibarisan Kenzi dan teman-temannya, nafas gadis itu terengah-engah, pertanda ia habis berlari.
"Melati, " ujar Kenzi begitu saja, membuat Mawar mendelik, terlebih Kenzi tersenyum kecil ke gadis itu.
Rio dan Otak saling pandang, lalu mereka ber oh ria. "Ooh...Namanya Melati. Udah kenalan, ya? " ujar Otak sembarangan.
"Melati, lo dibilang cantik kemarin sama Kenzi." Rio juga ikut-ikutan menggoda Melati.
Tanpa mereka sadari ada seorang gadis yang langsung menciut. Gadis itu hanya terpaku, diam, mendengarkan cilotehan dari mereka.
"Kenzi bilang gini, Dia seperti bunga melati, sederhana tapi cantik, membuat orang yang melihatnya merasa tenang, " ujar Otak, menirukan gaya bicara Kenzi kemarin.
Hanya Gibran yang menyadari ekspresi Mawar. Cemburu? Jelas, perempuan mana yang tidak cemburu kalau prianya sendiri seperti itu.
Gibran menyenggol siku Rio, yang tengah menggoda Melati dan Kenzi. Rio jadi tersentak, menyadari keberadaan Mawar yang duduk dikursi. Pria itu langsung diam, diikuti oleh Otak.
Tapi tidak dengan Kenzi, Kenzi seakan-akan tidak menyadari keberadaan Mawar.
Kenzi meringis. "Kok telat? Berangkat pake apa tadi? "
Melati tersentak, dirinya melirik Mawar yang seolah acuh. "Gue...naik ojek. "
"Langsung deh, Gar. Kasih hukuman, jam berapa masuk kelas kalau gini," ujar Rio merasa bersalah kepada Mawar, ia juga merasa tidak tega melihat wajah gadis itu yang ditekuk pertanda ia kesal.
"Ibuk bagi jadi dua kelompok, ya? Kelompok satu bersihin gudang, kelompok dua nyabutin rumput ditaman, " ujar Buk Ida.
Kenzi mengangguk-angguk sebelum berkata. "Saya sama Melati aja, Buk. Mereka bertiga, nggak apa-apa kok. " lagi-lagi Kenzi tidak menyadari kebaradaan Mawar.
Mawar tersenyum miris mendengar itu, tidak percaya Kenzi berkata seperti itu. "Iya, Kenzi bareng Melati aja, Buk." kali ini Mawar bersuara, suaranya sedikit bergetar, seakan menahan sesuatu, air mata mungkin. Raut wajahnya terlihat cemburu.
Kenzi mendelik, salah tingkah begitu saja, ingin berkata tapi ia tergagap seakan ter tangkap basah.
Edgar berdecak keras. "Siapa lo ngatur-ngatur kelompok? " ujar Edgar kepada Kenzi. "Otak, Rio, Melati, kalian bersihin gudang. Menuju ketempat sekarang, " ujar Edgar, membuat ketika remaja itu langsung beranjak.
"Lo dan Gibran nyabut rumput ditaman," lanjut Edgar, membuat Kenzi langsung beranjak. Sedangkan Gibran melihat Mawar beberapa saat. Gibran tersenyum kecil kearahnya. Mawar membalas senyuman itu, seakan berkata 'Gue nggak apa-apa. '
Dan juga, Edgar tidak akan berlagak sok kepepimpinan jika situasi tidak seperti ini. Edgar mengerti perasaan Mawar saat ini, makanya ia tadi mengatur.
Semua sayang Mawar. Mawar memang pintar dalam pelajaran, tapi gadis itu terlalu bodoh dalam urusan percintaan. Mau menunggu perasaan Kenzi tumbuh untuknya, entah sampai kapan. Yang jelas sekarang perasaan itu belum tumbuh, dan sekarang seakan-akan Kenzi malah tertarik ke gadis yang bernama Melati itu.
TERIMA KASIH BANYAK TELAH MEMBACA SAMPAI AKHIR:)
JANGAN LUPA REKOMENDASIIN CERITA INI KETEMAN-TEMAN KALIAN, YA...
Ig: biling_31
LUV💜

KAMU SEDANG MEMBACA
KENZI (END)
أدب المراهقينCover by: grapicvii "Tapi gue sukanya sama Melati, bukan sama lo, Mawar." -- Kisah cinta remaja itu rumit, tidak tertebak, namun begitu indah. Saking indahnya, perjalanan dari kisah cinta itu tidak segan-segan mengukir luka pada hati kita. Terkadang...