Jangan lupa vote, ya hehehe
Jam istirahat tengah berlangsung, tidak seperti biasanya, Kenzi kini lebih memilih didalam kelas, bermain game bersama Gibran. Sedangkan Otak dan Rio berciloteh soal teori konspirasi kematian michel jackson.
Kali ini Kenzi tampak mengabaikan seorang gadis yang tengah mengintipi dirinya yang bermain game. Gadis itu sedari tadi membujuk Kenzi agar menghentikan gamenya.
Mawar manarik-narik ujung kemeja Kenzi. "Ayo Ken. Gue laper, " ucap Mawar dengan ekspresi lemah.
"Tunggu bentar, ini dikit lagi menang," balas Kenzi dengan pandangan yang masih ke layar ponsel.
Mawar mengerucutkan bibirnya, kembali mengintipi Kenzi yang bermain game dengan wajah ditekuk, pertanda ia kesal.
Gibran menghentikan permainannya, pria itu langsung memasukan ponsel kedalam saku kemeja. "Kantin, yuk ken," ajak Gibran, menoleh kearah Kenzi. Gibran mengajak Kenzi karena dirinya sedikit kasihan ke Mawar, gadis itu sudah menunggu sedari tadi. Dan juga, Mawar punya penyakit magh, tau 'kan akibatnya kalau lambung kosong?
Gibran juga sedikit heran, kenapa sekarang Kenzi jadi sering mengabaikan Mawar. Biasanya tidak begini, Kenzi seakan berubah semenjak mengenal gadis yang bernama Melati itu.
"Oi, " ulang Girban karena Kenzi tidak menyahut.
Kenzi berdecak. "Ntar deh, Bran. Lo duluan aja deh, nanggung nih." pandangan pria itu masih tertuju ke layar ponsel yang ia miringkan.
Kali ini Gibran hanya diam, menyandarkan tubuhnya ke dinding, diam-diam dirinya memandangi Mawar yang terlihat bete, dan jangan lupakan tangan gadis itu yang terletak diperut.
Mawar kembali mengerucutkan bibirnya, memandangi Otak dan Rio yang tengah serius bercerita. Mereka berdua selalu serius dengan hal-hal yang menyangkut teori konspirasi, berbeda ketika mereka belajar, jauh dari kata serius, terakhir mereka tidur saat ulangan berlangsung.
"Eh Bran, lo ngerti yang diomongin mereka? " tanya Mawar, untuk melepas kebosanannya saja.
Sekilas Gibran melihat Otak dan Rio, dirinya hanya menggeleng pelan, seperti biasanya.
"Gibran mah, nggak asik diajak ngomong. Dia cuman bisa ngangguk sama geleng doang, " celetuk Kenzi, walau pandangannya masih ke ponsel, tangan pria itu terlihat lihai menari-nari dilayar ponsel.
Lonceng masuk berbunyi, membuat Mawar mendesah pelan, memandangi Kenzi dengan raut wajah lelah. "Ken, ini masuk, " rengek gadis itu sedikit menarik ponsel Kenzi dari tangannya.
Seketika Kenzi tersentak, dirinya begitu menikmati game yang ia mainkan, membuat dirinya melupakan segalanya. Kenzi menjauhkan ponselnya, lalu berkata. "Gue nggak laper, istirahat kedua aja kita ke kantin,ya?" ujar pria itu, membuat Mawar mendelik kecil. "Lagian ini udah bel, kalau dimarahin gimana? "
Mawar mengangguk-ngangguk pelan dengan bibir yang ia ciutkan. "Iya." walau berkata iya, tetap saja Mawar merasa sedih. Satu hal yang Mawar sadari sekarang, Kenzi yang ini bukan Kenzi yang dulu.
Mawar melongos pelan, bangkit dari duduknya, lalu mulai beranjak ke bangkunya.
"Eh, " celetuk Gibran, membuat Mawar menoleh. "Sama Cery aja ke kantin," ujar Gibran, menyebutkan nama teman sebangku sekaligus sahabat Mawar. "Kayaknya dia belum ke kantin juga deh."
Rio dan Otak menghentikan cerita mereka, lebih memilih melihat Gibran yang tengah berucap ke Mawar. Kenzi pun begitu, ia mengerjap-ngerjap sebelum berkata. "Kok lo perhatian banget? " tanya Kenzi, dengan wajah tak berekspresi.
Rio dan Otak bersorak heboh. Otak mendorong pelan bahu Gibran. "Aduh, Aa Gibran bisa aja, jadi malu aku tu," ujar Otak berlagak sok tersipu malu.
"Sama Gibran aja deh, Mawar." Ujar Rio, membuat Kenzi mendelik, lalu memukul kepala pria itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
KENZI (END)
Teen FictionCover by: grapicvii "Tapi gue sukanya sama Melati, bukan sama lo, Mawar." -- Kisah cinta remaja itu rumit, tidak tertebak, namun begitu indah. Saking indahnya, perjalanan dari kisah cinta itu tidak segan-segan mengukir luka pada hati kita. Terkadang...