(1)Gadis itu

884 42 1
                                        

SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA VOTE AND COMENT HEHEHE:)

Kenzi menerima jaket yang diberikan Mawar kepadanya. "Gue balik dulu, " ucap Kenzi, tidak lupa tersenyum kecil.

Mawar membalas senyuman pria itu, mengangguk kecil, lalu melangkah masuk kedalam rumah.

Mawar menghela nafas panjang, mendudukan bokong diatas sofa abu-abu. Dirinya merasa capek, digantung tanpa kepastian oleh Kenzi. Ingin pergi, tapi hatinya berkata tidak. Hati Mawar menangis ketika jauh dari Kenzi, Mawar tidak mau menyakiti hatinya. Ia memilih untuk tetap disisi Kenzi, walau dengan status yang tidak jelas. Hati Mawar selalu berkata, suatu saat Kenzi akan mencintainya. Kali ini Mawar mengikuti kata hatinya, menunggu waktu indah itu tiba.

Setidaknya, Mawar mendapatkan kenyamanan ketika berada disamping Kenzi. Untuk saat ini itu sudah cukup.

Kenzi tersenyum miring, matanya menyipit melihat jalanan yang begitu sepi. Kenzi mengulum bibir bawahnya, lalu melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata.

"Aw..." ucap pria itu ketika lututnya hampir saja menyentuh aspal saat melalui sebuah belokan. Pria itu melewati belokan layaknya pembalap profesional. Mendadak ia merasa menjadi valentino rossi.

"AWAS WOI!! " teriak Kenzi keras. Pria itu menarik rem secara mendadak, membuat badannya terdorong kedepan dengan keras. Untung ia tidak jatuh. Tapi bagian depannya terasa sakit karena beradu keras dengan tang motornya.

"MAU MATI LO?! " marah Kenzi ke gadis yang hampir ia tabrak. Gadis itu menyebrangi jalan raya tanpa melihat kanan kiri, siapa yang tidak marah kalau begini?  Gadis itu tidak hanya membahayakan dirinya, tapi juga Kenzi.

Gadis itu tidak berkutip, ia berjongkok, dengan tangan menutupi telinganya.

Kenzi tidak ambil pusing soal siapa gadis itu, pria itu menghidupkan kembali mesin motornya. "Minggir! Gue mau lewat, lo pikir ini jalan nenek moyang lo?! "

Gadis itu mendongak, melihat Kenzi dengan mata tajam, mata itu terlihat menyeramkan karena tidak hanya berair tapi juga merah. "TABRAK AJA GUE! GUE MAU MATI! " teriak gadis itu keras, bahunya naik turun, karena nafas yang tidak teratur.

Kenzi mendelik, secara reflek menekuk dagu karena terkejut mendengar itu. Tapi perlahan senyuman miring terukir dibibir Kenzi. "Kalau mau mati tinggal gantung diri aja, jangan nyusahin orang kayak gini, " ucap Kenzi santai, dengan wajah tak berekspresi.

Mata Kenzi menyipit, memandangi gadis aneh itu. Sepertinya Kenzi tahu siapa gadis ini. "Lo--" Kenzi melihat gadis itu dengan lekat.

"Lo satu sekolah sama gue 'kan? " Kenzi tidak mengenali gadis itu, tapi ia tahu gadis itu. Kenzi sering melihat gadis itu disekolah, membuat wajah gadis itu cukup familiar bagi Kenzi.

Kenzi tertawa renyah, lalu berkata, "Berat banget masalah hidup lo, sampai mau mati gini? " tanya Kenzi dengan bibir terangkat.

Gadis itu menghela nafas panjang, ia berdiri lalu menghapus sisa-sisa air matanya. "Pergi lo sana! " usir gadis itu masih menyeka air matanya, lalu ia berjalan menjauh dari Kenzi.

Kening Kenzi mengkerut, ia merasa penasaran akan gadis itu. Dirinya seakan-akan ingin kenal lebih dekat dengan gadis itu. Kenzi memilih untuk menepikan motornya, lalu berlari kecil menyamakan langkahnya dengan gadis itu. "Lo mau kemana? Ini udah malem. Lo nggak punya rumah? "

Gadis itu mendelik, lalu mengumpati Kenzi. "Bukan urusan lo. "

Kenzi mencibir. "Lo kenapa nangis tadi? Abis putus? " tanya pria itu, lagi.

Gadis itu berdecak, menghentikan langkah, lalu melihat Kenzi dengan wajah capek. "Bukan urusan lo. Lo ngapain ngikutin gue?! "

"Bukan urusan lo," ujar Kenzi menirukan ucapan gadis itu.

KENZI (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang