(21)Kenzi vs Gibran

206 17 0
                                    

Makasi banyak buat yang udah sampai disini.

Bang Cakra: Dek, abang nggak bisa jemput lo

Mawar: trus dedek pulang sama siapa?

Bang Cakra: abang masih dikampus

Bang Cakra: nebeng aja sama teman

Mawar menghela nafas panjang, lalu menyimpan ponselnya kedalam saku. Didalam hati ia menggerutui Cakra yang terlalu lambat memberi kabar, padahal beberapa teman Mawar tadi menawarkan tumpangan. Dan kini sekolah sudah tampak sepi, entah bersama siapa Mawar balik kerumah.

Mawar menghentakkan kakinya ke tanah, lalu berjalan ke halte. Tidak ada pilihan lain, selain naik angkutan umum.

Mawar melipat tangannya didada, gadis itu meringis, merasakan semilar angin menyapa kulitnya. Hari tampak gelap, bukan karena sudah petang, tapi karena awan hitam yang menutupi matahari.

Mata Mawar memandangi awan hitam pekat, Mawar berharap hujan tidak turun sebelum ia mendapatkan angkutan umum. Mawar sendiri duduk dihalte, membuat dirinya sedikit ketakutan.

Mawar ingin menelpon orang, siapapun itu, untuk minta tolong menjemputnya, tapi sayang batrai hp mawar habis.

Mawar mencoba acuh dan tenang, ketika ada beberapa motor besar dan mobil berhenti tepat didepannya. Mereka semua serentak membuka helm, menampakkan kepala botak mereka. Mawar tidak mengenali mereka, yang jelas mereka mengenakan jaket levis dan kalung serta anting yang besar. Mereka tampak seperti preman.

Mawar meneguk ludahnya, merasa curiga dengan mereka semua. Mawar ingin berlari menjauh, tapi dengan sigap salah satu diantara mereka langsung mencekal tangan Mawar. Sebelah tangannya lagi melingkar dileher Mawar, membuat Mawar tidak bisa bergerak.

Mawar menggigil, air matanya sudah berderai. Ingin memberontak, tapi pada akhirnya ia lah yang merasakan sakit.

Salah satu diantara mereka memutari Mawar yang tengah dicekal. Pria itu tersenyum miring. "Boleh juga, " ujar pria itu, membuat Mawar menggeleng cepat.

"Lepasin gue! " Mawar kembali mencoba untuk memberontak.

Mereka semua tertawa melihat Mawar yang memberontak. Terlihat salah satu diantara mereka maju, lalu tersenyum menggoda ke Mawar. "Cantik," ujarnya mencolek lengan Mawar. "Ayo main sama abang. "

Mawar mengumpat keras. "Lepasin gue, apa masalah lo sama gue hah?! "

Lagi-lagi mereka tertawa. "Nggak ada, kita cuman butuh kamu buat main malam ini. "

"Brengsek! Lepasin gue! " Mawar terus berteriak, membuat tenggorokannya terasa sakit. Halte kali ini benar-benar tidak ada orang, motor atau mobil entah kenapa tidak terlihat melalui jalan ini. Mawar menangis, tidak tahu kepada siapa ia meminta tolong. Beberapa kali Mawar menggigit lengan pria yang mencekalnya itu, tapi itu tidak mempan. Bahkan Mawar juga sempat menginjak kaki pria itu.

Dan kini lihatlah, mereka semua mencolek-colek lengan dan pipi Mawar. Mawar hanya bisa menggeleng sembari mengeluarkan air matanya yang amat deras.

"Gue udah nggak sabar, bawa dia ke mobil." mendengar intruksi itu, orang yang mencekal Mawar langsung berjalan, membuat Mawar mau tidak mau ikut terseret, padahal ia berusaha untuk memberatkan badannya.

"Masuk! " perintah orang itu kepada Mawar.

"Gue nggak mau--GIBRAN TOLONGIN GUE!! " mata Mawar tidak sengaja menangkap Gibran dan tiga sahabatnya yang baru saja keluar dari perkarangan sekolah. Mawar terus berteriak walau tenggorokannya terasa sakit dan perih, sampai ke empat pemuda itu turun dari motor dan berlari mendekat ke Mawar.

KENZI (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang