(36) Sekarang kita temen

179 17 0
                                    

Jangan lupa vote...

Kenzi menguap lebar, baru saja ia bangun dari tidurnya, tapi ia sudah mendapatkan pemandangan yang tidak mengenakan. Kenzi bergidik jijik, memandangi Edgar yang berwajah tegas tengah melakukan dance ala-ala girlband korea. Kenzi menghela nafas berat, lalu mengalihkan pandangannya. Pria itu jadi meringis, memandangi dengan malas si tepos Cery tengah berjoget tik-tok bersama Rendi. Terkadang jam kosong pembawa bencana memang.

"Otak sama Rio mana, Bran? " tanya Kenzi, kepada Gibran yang berada disamping Mawar.

Gibran yang tadinya fokus memandangi gambar Mawar kini jadi mendongak. "Kantin kayaknya. "

Kenzi mengangguk-angguk. "Lo kenapa nggak ikut? Oh iya lupa, lagi bucin ya. " Gibran langsung mendelik, lalu kembali memandangi gambar Mawar.

Kenzi mencibir kearah pria jangkung itu. "Mana ada sahabat yang ngambil mantan gebetan sahabatnya sendiri," gumam Kenzi sendiri, sembari mengambil ponsel dari laci mejanya.

Jari Kenzi bergerak, membuka aplikasi instagram. Untuk mengisi kegabutannya, Kenzi memilih untuk melihat-lihat story teman-temannya. Mata Kenzi memicing kecil, mengetahui Gibran meng-update story, cukup jarang pria itu melakukan ini. Tanpa berfikir panjang, Kenzi langsung menekan story milik Gibran. Kenzi menganga kecil dengan mata menyipit, seakan tidak percaya.

"Gila tuh bocah, dia moto Mawar diam-diam? " gumam Kenzi, melihat Gibran sekilas lalu kembali memandangi foto yang menampakkan Mawar tengah fokus menggambar.

Kenzi berdesis tidak suka. "Alay, " ujar pria itu sembari bergidik jijik.

Kenzi berdecak kecil, sembari memasukan kembali ponsel kedalam laci. "Si Rio sama Otak lama banget baliknya." Kenzi kembali bergumam, melihat jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya sekilas.

Pandangan Kenzi kembali tertuju kepada Mawar dan Gibran, kini dua insan itu terlihat saling becanda. Entah apa yang sebenarnya terjadi, yang jelas mereka terlihat tertawa-tawa, membuat jiwa dan raga Kenzi memanas dan terasa tidak tenang.

BRAK!

Semua pasang mata menoleh kearah Kenzi, ketika pria itu menendang kursi begitu saja. Mata tajam Kenzi tertuju kepada Mawar dan Gibran. Kenzi melihat mereka berdua dengan pandangan tidak suka.

"Ini sekolah, tempat belajar, bukan tempat pacaran. " usai berkata seperti itu Kenzi langsung berjalan keluar dari kelas.

"Lah, lah, ini baru dateng udah ngamuk aja." Otak merapikan rambut Kenzi yang menutupi keningnya, Kenzi yang mendapat perlakuan seperti itu hanya diam dengan pandangan tajam kedepan.

"Perlu gue sirem nggak nih, biar apinya padem? " ujar Otak, sembari mengangkat minuman marimas miliknya tinggi-tinggi.

"Lo kenapa? " tanya Rio tenang, sembari menjangkau goreng pisang yang ada didepannya.

Kenzi berdecak keras, pria itu menepis tangan Otak yang tengah merapikan rambutnya. "Kesal gue sama si Gibran. Ngapain coba dia ngepost poto Mawar, lengket banget lagi dikelas. " Kenzi menghela nafas panjang. "Mau manasin gue? "

Rio berdecak lambat. "Dia nggak manasin lo, cuman lo aja yang panas sendiri. Lo cemburu, Ken." Rio menghela nafas berat, pria itu sedikit mendekat ke Kenzi. "Perasaan lo sebenarnya buat siapa sih? "

"Pas ada Melati lo seakan-akan ngelupain Mawar. Bahasa kasarnya, pas ada Melati Mawar lo buang. Pas Melati pergi, lo malah marah ada yang dekatin Mawar, lo malah cemburu." Otak juga tidak mengerti dengan perasaan Kenzi yang berubah-ubah.

"Tumben lo pinter. " Rio menepuk bahu Otak, membuat pria itu mengumpat dan membuang muka.

"Waktu itu lo bilang cintanya sama Melati, pas Melati pergi lo seakan-akan langsung bisa ngelupain dia gitu aja. Itu namanya perasaan lo belum serius, perasaan lo masih labil, Ken. "

Kenzi hanya bisa menghela nafas berat, dirinya yang terasa kacau semakin kacau mendengar ceramah yang sangat tidak berbobot dari kedua sahabatnya itu.

🐭🐭

Kenzi merubah posisinya menjadi duduknya, pria itu terlihat gelisah sedari tadi. Matanya tertuju kelayar ponsel yang menyala, menampakkan room chat nya bersama Mawar. Kali ini entah kenapa hati Kenzi begitu ingin menghubungi gadis itu, membuat Kenzi benar-benar tidak nyaman.

Kenzi membasahi bibirnya, kali ini ia harus mengumpulkan keberaniannya dulu sebelum mengirimi Mawar pesan singkat. Sangat berbeda dengan dulu, yang dimana ia selalu malas-malasan membalas pesan singkat dari Mawar.

Kenzi mengigit bibirnya bawahnya, dan mulai mengetikan tulisan.

Kenzi: p

Baru satu huruf yang ia kirimkan, tapi lihatlah ia sekarang. Pria itu langsung berdiri, dengan gigi mengigit kuat bibirnya. Pria itu meringis, lalu kembali mengetikan pesan.

Kenzi: Mawar

Mawar: apa?

Kenzi: lo marah sama gue?

Mawar: perasaan lo udah nanya itu deh

Kenzi: lo belum jawab, makanya gue nanya lagi

Mawar: kalau iya lo mau apa?

Kenzi: gue mau minta maaf

Mawar: iya

Kenzi: iya apa?

Mawar: gue maafin. Lagian kita sekelas juga, nggak enak rasanya saling diem gitu

Secara tiba-tiba senyuman kecil terukir diwajah Kenzi, ketika membaca pesan singkat itu.

Kenzi: hehehe

Kenzi: sekarang kita temen, ya

Mawar: iya

Kenzi: kalau lebih gimana?

Mawar: bct

Kenzi: hehehe

Kenzi: becanda doang

Perlahan senyuman itu memudar, ketika Mawar tidak kunjung membalas, padahal lima menit telah berlalu.

Kenzi: lo marah?

Kenzi menghela nafas berat, mencoba untuk berfikir positif, mungkin Mawar sudah tidur. Dengan wajah sendu, Kenzi turun dari ranjangnya. Pria itu tampak melangkah keluar dari kamarnya.

"Papa, " ujar Kenzi, menyapa sang Papa yang hendak melalui kamarnya.

Papa Kenzi melihat Kenzi dari atas sampai bawah, membuat Kenzi sedikit kebingungan. "Kamu mau kerumah teman kamu? " Kenzi mengatupkan bibir, lalu ia menggeleng.

"Ooh, soalnya Papa ngeliat Mawar sama--" mata Papa Kenzi menyipit, pria paruh baya itu seakan berfikir. "Siapa itu temen kamu, yang tinggi itu. "

"Gibran?"

"Nah, iya. Papa liat mereka berdua tadi, Papa pikir kamu mau kesana." usai berkata seperti itu Papa Kenzi langsung berlalu.

Kenzi melemaskan bahunya, ia menghela nafas berat. Niatnya yang ingin mengusili Kira lenyap begitu saja, kini pria itu memilih kembali melangkah masuk kedalam kamar.

Kenzi berdecak, sembari menyeka wajahnya dengan kasar menggunkan telapak tangan. "Pantesan Mawar nggak balas chat gue. " pria itu bergumam, sembari menidurkan dirinya.

Kenzi menatap langit-langit kamarnya dalam keheningan, tapi seketika ia mengumpat sembari merubah posisi. Menggerutui dirinya sendiri, yang tiba-tiba memikirkan Mawar yang jelas-jelas sudah ia buang.

Maaf banget kalau jelek.

Dan terima kasih banyak ya buat yang udah baca sampai akhir.

KENZI (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang