Jangan lupa vote...
"Sejak kapan Gibran ikutan olimpiade? " tanya Kenzi, baru mendapat kabar kalau Gibran dan Mawar hari ini tengah mengikuti perlombaan olimpiade kimia.
"Dia udah lama daftarnya, udah latihan-latihan juga bareng Mawar di lab kimia pulang sekolah," ujar Rio menjelaskan, membuat Kenzi langsung mendesah pelan.
"Kok dia nggak bilang sama gue? " tanya Otak.
Kenzi mencibir. "Tu orang emang agak tertutup, sok sok misterius. "
"Eh buaya! Lo kenapa seakan-akan naruh dendam gitu sama Gibran? " Otak mendorong kursi Kenzi dengan kakinya, jika Kenzi tidak bisa menjaga keseimbangannya mungkin ia sudah jatuh.
"Lo suka sama Mawar, Ken? " tanya Rio, terlihat serius.
Kenzi menghela nafas berat, lalu menjatuhkan kepalanya kemeja. Diam-diam Kenzi menghapus air matanya yang jatuh, mengingat kejadian tadi malam. "Nggak tau gue, nggak suka aja gue ngeliat dia dekat sama Gibran. "
"Ini namanya lo cemburu. " Otak kembali mendorong kursi Kenzi, tapi sekarang sedikit lebih lambat.
Rio mencibir, seakan tidak percaya. "Alah! Ntar kalau Melati balik lagi pasti lo bakal bilang 'hati gue buat Melati, gue selalu mau deket sama dia karena kebahagian gue ada pada dia' " Rio menirukan gaya bicara Kenzi, membuat Otak tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Kenzi hanya diam, menenggelamkan kepala kedalam lipatan tangannya.
😂😂😂
Upacara sudah selesai, tapi barisan belum dibubarkan. Terlihat dua piala didepan, pertanda akan ada siswa yang dipanggil kedepan, dan menerima piala itu karena telah memenangkan suatu perlombaan.
Tampak seorang pria paruh baya tengah mengetuk mic, ia adalah kepala sekolah yang biasa dipanggil Pak Retno. "Baik, seperti biasanya yang dimana jika ada siswa atau siswi yang memenangkan perlombaan akan dipanggil kedepan, sebagai bentuk apresiasi dari kita. " terdengar tepuk tangan dan sorakan yang gemuruh dari para siswa-siswi.
"Kemarin sekolah mengirimkan lima perwakilan untuk mengikuti olimpiade di SMA Galaksi. Dan Bapak sangat senang karena murid-murid bapak berada diperingkat atas. Langsung saja Bapak panggil ananda Gibran Mahendra dan Mawar Cassandara Marva untuk kedepan, buat ngambil piala. " tepuk tangan gemuruh kembali terdengar, terlebih dikalangan kelas sebelas ipa satu, mereka semua bersiul dan bersorak heboh.
"GUE SAHABATNYA GIBRAN!" teriak Otak membuat Rio yang ada disampingnya menghadiahi ia dengan jitakan.
"Mawar mendapat juara satu, seperti biasanya dia selalu ngebuat kita bangga. " Pak Retno tersenyum bangga, melihat Mawar yang menerima piala yang diberikan Ibu Ida.
"Gibran Mahendra juara dua, jujur Bapak nggak nyangka. " ujar kepala sekolah itu diiringi dengan kekehan kecil. "Dan buat tiga perwakilan lagi, Bapak juga bangga sama kalian, karena kalian masuk peringkat sepuluh besar. "
"Mawar, Gibran, ada yang mau kalian sampai'kan? " Gibran langsung maju, membuat Mawar menganga dan tertawa kecil.
Gibran menerima mic dari Pak Retno, jujur ia sedikir gugup. Pria itu meneguk ludahnya, lalu mulai membuka mulut. "Eung...gue tau kalian samua pasti nggak nyangka, jujur gue sendiri juga nggak nyangka. Gue daftarin diri karena gue saat itu pengen ngebuat Mawar seneng aja, soalnya pas itu dia lagi sedih. Eung...ternyata ini semua nggak semudah yang gue bayangin, gue harus latihan disekolah sampai sore, jujur itu ngebuat gue capek banget. Tapi..." Gibran tersenyum kearah Mawar. "Ada Mawar, dia selalu nyemangatin gue, dia selalu sabar buat ngajarin gue kalau ada materi yang nggak gue ngerti. Jadi...gue bisa kayak gini karena Mawar. "
"UWU BANGETTT!! " Teriak Otak, memancing orang-orang ikut berteriak juga.
"COCOK! JADIAN-JADIAN! "
"BRAN! MAMA LO LIAT GILA! " Otak kembali berteriak , membuat Gibran langsung mendelik, lalu sekilas ia menoleh kearah sang Mama.
"BUK ROSE! IZININ GIBRAN SAMA MAWAR! "
"GUE DUKUNG LO! " Cery juga ikut berteriak.
Kenzi mengumpati Cery yang ada disampingnya. "Dukung-dukung bapak lo!" kesal Kenzi, membuat Cery mendelik lalu mencibir.
Kenzi berdecak kesal, melihat Mawar tersenyum kearah Gibran. "Yo, kelas yuk. " Kenzi terlihat benar-benar malas.
"Lo nggak liat? " Rio mengarahkan dagunya kearah beberapa anak Osis yang berjaga dibelakang, membuat Kenzi mendesah pelan.
Kenzi meneguk ludahnya, matanya kini tertuju kearah Mawar dan Gibran yang tengah difoto oleh Ibu Fahmi, foto itu biasanya akan dimasukan kedalam instagram sekolah. Berfoto biasa saja boleh, ini Gibran malah merangkul bahu Mawar, membuat Kenzi merasa tidak terima, dan mata pria itu terlihat menajam menyaksikan itu semua.
"Tahan...ini ujian...tahan... ini ujian..." Kenzi langsung melayangkan tinjuan pada lengan Otak yang mengusilinya.
"Bener-bener lo, ya? Gue sumpahin lo makin sakit hati liat Mawar sama Gibran. " Otak berciloteh sembari mengusap-ngusap lengannya yang terasa sakit.
Melihat Mawar yang menuju kebarisan membuat Kenzi berusaha untuk mengendalikan ekspresinya sebaik mungkin, pria itu berusaha untuk tersenyum.
Kenzi berjalan mendekat kearah Mawar yang tengah dikerumuni anak kelas sebelas ipa satu, mereka semua memberikan ucapan selamat.
"Mawar, selamat ya. " Kenzi tersenyum kegadis itu.
Garis wajah Mawar langsung berubah, tapi perlahan ia kembali tersenyum ketika Edgar memberinya ucapan selamat. "Makasi, Edgar." ujar gadis itu, membuat Kenzi tersenyum kecut.
Ternyata diabaikan rasanya sakit juga.
"Foto dong, foto dong. " ujar Cery sembari menarik tangan Mawar dan Gibran. "Pake hp iphone lo dong Mawar. "
Mawar mencibir, lalu mengeluarkan ponsel dari saku kemaja sekolahnya. "Yang motoin siapa? "
"Biar gue yang motoin. " Kenzi mengulurkan tangannya, berharap Mawar memberikan ponsel kepadanya.
"Ren, Ren potoin dong. " lagi-lagi Mawar mengabaikan Kenzi, gadis itu malah meminta Rendi untuk mengambilkan foto.
Kenzi terdorong kebelakang, ketika ada yang menarik lengannya, pelakunya adalah Rio. "Ck. Kita ke kelas aja deh, kasian gue liat lo. " ujar pria itu, membuat Kenzi mengumpat.
Maaf jelek.
Dan terima kasih buat yang udah baca sampai akhir.

KAMU SEDANG MEMBACA
KENZI (END)
Ficção AdolescenteCover by: grapicvii "Tapi gue sukanya sama Melati, bukan sama lo, Mawar." -- Kisah cinta remaja itu rumit, tidak tertebak, namun begitu indah. Saking indahnya, perjalanan dari kisah cinta itu tidak segan-segan mengukir luka pada hati kita. Terkadang...