Jangan lupa tambahin ke perpus kalian, ya
Kenzi menghela nafas capek, memandangi spam chat yang ia kirimkan kepada Mawar. Gadis itu tidak membalas, dihubungi juga tidak diangkat, membuat Kenzi frustasi.
Kenzi menidurkan tubuhnya, ia memandangi langit-langit kamarnya dengan pikiran melayang-layang entah kemana. Lagi-lagi Kenzi menghela nafas panjang. Capek dengan semua drama percintaannya dengan Mawar. Ternyata belajar mencintai itu tidak semudah yang ia bayangkan.
Kenzi ingin menyerah. Kenzi capek, dengan rasa yang tidak kunjung muncul. Dan kini hatinya seakan-akan condong ke gadis yang bernama Melati itu. Kenzi nyaman bersama Melati. Kenzi tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mendekati Melati. Kenzi ingin selalu berada didekat Melati. Apakah ini yang namanya cinta? Tapi bagaimana dengan Mawar? Jika Kenzi menyerah, bagaimana dengan perasaan Mawar yang sudah terlanjut mencintai? Ditambah lagi dengan Kenzi yang telah berjanji untuk terus berjuang belajar mencintai.
Semuanya terasa serba salah, jika Kenzi terus berjuang belajar mencintai Mawar, kapan ia akan bahagia? Dan lagi, kebahagiannya itu terasa ada pada Melati, bukan pada Mawar.
Kini Mawar seakan jadi penghalang untuk Kenzi yang akan memperjuangkan cintanya kepada Melati.
Apakah kali ini Kenzi boleh egois? Demi kebahagiannya sendiri.
Kenzi meraih ponselnya, membuka group chat GGI yang memiliki arti ganteng-ganteng imut. Member group itu adalah beban-beban keluarga yang hampir setiap hari bersama Kenzi.
GGI (ganteng-ganteng imut)
Kenzi: kalian dimana?
Rio: dirumah aa gibran
Otak: ayo kesini
Kenzi: ii nggak mau, nggak suka, gelay
Rio: ANAK BANGSATTTTT
Kenzi membuka pintu kamar Gibran tanpa aba-aba, pria itu langsung menjatuhkan badannya ke kasur empuk milik Gibran. Membuat tiga sahabatnya itu mendelik, bahkan Otak sempat mengumpat, karena minimnya sopan-santun Kenzi.
"Positif thinking aja, mungkin yang ngebuka pintu tadi setan, " sindir Rio melihat sinis Kenzi yang tengah tiduran dengan kaki yang ia angkat ke atas.
Kenzi mengumpat, merubah posisi menjadi tengkurap, kepalanya ia benamkan kedalam bantal Gibran. "Aaa gue capek, " rengek Kenzi, beralih melihat ketiga sahabatnya itu.
Otak mencibir. "Lebai banget lo. Pakai capek segela, jarak rumah lo aja sejengkal sama rumah Gibran," ujar Otak sewot.
"Sejengkal pala bapak lo. " Rio yang kesal langsung mengetuk lambat kepala Otak.
Kenzi bersuara seperti merengek sambil menendang-nendang kakinya keudara. "Kok kayak banci, ya? " ujar Otak jijik melihat Kenzi seperti itu, bahkan Rio dan Gibran tertawa mendengar ledekan dari Otak.
"Dirumah mungkin lebih dari itu," ujar Rio dengan wajah meledek.
"Anak mami biasa. "
Kenzi berdecak keras, pria itu kembali merubah posisi dengan duduk bersila diatas kasur. "Gue lagi bingung, kalian malah ngeledek gue, " ujar Kenzi, terdengar frustasi.
"Bingung kenapa Aa Kenzi? " tanya Otak, masih sedikit meledek.
Kenzi menghela nafas pajang. "Mawar atau Melati? " tanya Kenzi membuat ketiga sahabatnya itu mengerjap-ngerjap karena tidak mengerti.

KAMU SEDANG MEMBACA
KENZI (END)
Ficção AdolescenteCover by: grapicvii "Tapi gue sukanya sama Melati, bukan sama lo, Mawar." -- Kisah cinta remaja itu rumit, tidak tertebak, namun begitu indah. Saking indahnya, perjalanan dari kisah cinta itu tidak segan-segan mengukir luka pada hati kita. Terkadang...