(12)Lupa sama janji

246 20 1
                                        

Jangan lupa vote...Dan jangan lupa tambahin cerita ini ke perpus kalian, ya...

"Iya, gue denger-denger Kenzi emang lagi deket sama Mawar. Udah lama malahan, " ujar Dhita, teman Melati.

Melati mengangguk mengiyakan. "Iya, gue tau itu. Gue jadi nggak enak, gue seakan-akan jadi perusak gitu, " ujar Melati jadi menciutkan bibir.

Dhita seakan berfikir, tapi perlahan mata gadis itu membesar. "Atau jangan-jangan Kenzi suka sama lo. "

Melati berdecih. "Jangan ngadi-ngadi lo." Melati berdecak sebal. "Mana Mawar nangis kemarin lagi."

Mata Dhita kembali membesar. "Mawar nangis? " tanya gadis itu kaget.

Melati mengangguk. "Iya, gue jadi takut. Ntar gue dilabrak gimana? "

"Mawar nggak mungkin ngelakuin itu. Perasaan gue dia orangnya baik banget, mudah senyum lagi."

Mereka terus melewati koridos ips, membicarakan Mawar. Terlebih Dhita, gadis itu tampak begitu bersemangat bercerita tentang Mawar. Bukan tentang keburukan, melainkan tentang kebaikan dan keramahan Mawar. Sedangkan Melati, menceritakan rasa bersalahnya terhadap Mawar. Menurut Melati, Mawar itu terlalu baik untuk disakiti.

Sampai perhatian mereka teralihkan, keseorang gadis yang ia bicarakan. Tidak biasanya Mawar melewati koridor Ips, gadis itu tampak memegangi beberapa kertas.

"Mawar ngapain kesini, tumben banget. Tapi dia cantik banget gila!." sepertinya Mawar memiliki posisi spesial di hati Dhita, atau hampir seluruh hati anak sma ini. "Eh, jangan-jangan di mau ngelabrak lo "

Melati berdecak. "Gue mau samperin dia. "

"Lo mau ngelabrak dia?"

"Nggak, gue mau minta maaf. "

Melati berjalan mendekati Mawar, diikuti oleh Dhita mengekor dibelakang.

Melati meneguk ludahnya, sebelum benar-benar memanggil nama Mawar. "Mawar!" panggil Melati kepada Mawar yang berada didepannya.

Mawar membalikkan badan, mendapati dua gadis dibelakangnya. Alis Mawar terangkat. "Ada apa, Melati? "

Melati tersenyum gugup. "Soal kemarin--"

"Nggak apa-apa kok." Mawar tersenyum, sambil menepuk bahu Melati beberapa kali. Dhita yang ada disamping Melati menganga kecil. Yang dikatakan semua orang benar, Mawar benar-benar ramah.

"Yang deketin lo duluan 'kan Kenzi," ujar Mawar, seakan menyimpat rasa sakit tapi gadis itu masih tersenyum.

Melati menipiskan bibirnya sebelum berkata. "Gue nggak enak sama lo."

Mawar menggeleng kecil. "Nggak apa-apa. "
"Eh, ips satu ketua kelasnya siapa? " tanya Mawar, mengalihkan pembicaraan. Hati Mawar terasa sakit, mengingat persoalan kemarin.

"Risky, " jawab Melati.

Mawar mengatupkan bibirnya, sambil mengangguk. "Gue duluan, ya."

Mawar hendak melangkah pergi, tapi terurungkan karena orang yang berada disebelah Melati menyebut namanya.

Mawar mengangkat dagunya sebagai tanda tanya.

"Eung...gue boleh nggak jadi temen lo?" tanya Dhita hati-hati. Melati yang berada disampinnya mendelik, bahkan sempat menyikut sahabatnya itu.

Mawar mengerjap, lalu ia tertawa pelan. "Kita satu sekolah, kita semua teman. "

Dhita mengerjap-ngerjap lalu mengangguk pelan, membuat Mawar geleng-geleng kepala lalu melangkah pergi.

Dhita melompat-lompat kegirangan. "Tuh, lo liat'kan? Dia baik banget gila!"

Melati berdecak acuh. "Lebai lo! "

"Nggak nyangka aja gue, orang sekaya,  secantik dia baik gitu."

Melati mencibir. "Lo kira ini dunia wattpad, orang kaya jadi antagonis. "

Sampai kepada ekspresi Melati berubah menjadi datar, ketika sosok pria berjalan mendekatinya. Melati hendak melangkah cepat, tapi pria itu langsung menarik tangannya.

Melati menghela nafas panjang. "Apalagi sih, Ken? " ujar Melati seakan capek.

Kenzi cengengesan, melepaskan cekalan tangannya pada pergelangan Melati. Beberapa detik Kenzi melihat wajah Melati yang tampak kesal. Begitu menenangkan, sampai Kenzi tersenyum kecil dibuatnya.

"Gue nggak gaggu lo. Gue mau ngasih undangan. " Kenzi memberikan undangan itu kepada Melati, dan gadis itu menerimanya dengan kening mengkerut.

"Lo ulang tahun?" tanya Melati seakan kaget, dan kini mulut gadis itu bergerak kecil, membaca tulisan yang ada di undangan tersebut.

Kenzi mengangguk. "Dateng, ya." sekilas Kenzi melihat Dhita. "Lo--" Kenzi menunjuk gadis itu dengan wajah menyerngit dan jangan lupakan mata yang ia sipitkan.

"Dhita," ujar Dhita cepat.

"Lo juga dateng, ya. Nih buat lo." Kenzi mengambil satu undangan lagi dari tangan Gibran yang ada disampingnya, lalu memberikannya kepada Dhita.

Iya, Kenzi datang bersama Gibran.

Sebenarnya Gibran dan yang lainnya memprotes Kenzi yang memiliki niat untuk mengundang Melati. Tapi Kenzi menjawab, Melati itu temannya, jadi wajarnya saja ia mengundang gadis itu.

"O iya, ntar ada sesi dansanya juga. " Kenzi menggaruk-garuk pipinya. "Lo sama gue ya, dansanya. "

Sontak Dhita kaget mendengar itu, mulut gadis itu terbuka, lalu ia berkata. "Mau, mau, mau dong Melati," ujar Dhita semangat ke Melati, membuat Kenzi terkekeh kecil.

Melati mengerjap-ngerjap seakan berfikir, gadis itu menggaruk-garuk tekuknya yang tidak gatal. "Tapi gue nggak bisa dansa. "

"Pasti bisa, mudah kok."

Gibran yang berada disamping Kenzi menghela nafas berat. Ketika bersama Melati Kenzi selalu melupakan janji-janji yang ia ucapkan kepada Mawar.

"Lo lupa, Ken? Lo juga ngajak Mawar tadi dikelas buat dansa ntar malem. Udah janji juga 'kan? " ujar Gibran tampak tenang.

Kenzi meringis pelan, sambil menggaruk-garuk tekuknya. "Iya, ya, " ujar Pria itu, terdengar kecewa. Membuat Gibran tidak habis pikir dengan pria itu.

"Yaudah nggak usah aja. Nggak jadi, ya." tangan Kenzi terangkat, lalu menepuk-nepuk pucuk kepala Melati beberapa kali.

Bersamaan dengan itu, Mawar yang keluar dari kelas ips melalui mereka begitu saja.

Mawar melihat Kenzi menepuk-nepuk kepala Melati.

Kenzi yang melihat Mawar mendelik lalu mengumpat kecil. Kenzi langsung pergi, berjalan cepat menyusul Mawar.

Kenzi berusaha menyamakan langkah nya dengan Mawar, Mawar berjalan begitu cepat, membuat Kenzi kesusahan.

"Gue tadi cuman ngasih undangan, " ujar Kenzi diakhiri dengan kekehan hambar, pria itu menggaruk-garuk tekuknya seperti orang bodoh.

"Ngasih undangan harus banget ngelus-ngelus kepalanya?

  

Terima kasih banyak buat yang udah baca sampai akhir. Maaf banget kalau jelek.

O iya, jangan lupa rekomendasiin cerita ini keteman-teman kalian, ya...

KENZI (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang