Jangan lupa vote...
"Ken, kenapa lo doain gue langgeng sama Gibran? Gue nggak jadian sama dia. "
"Hah? L--o" Kenzi tergagap, keningnya yang mengkerut menandakan ia tidak mengerti. "Ma-maksud lo? Bukannya Gibran udah ngungkapin perasaannya ke lo didepan gudang waktu itu?"
Mawar berdecak kecil, terlihat tidak begitu peduli. "Kepo lo! Ayok anterin gue pulang. " Mawar hendak melangkahkan kakinya, tapi dengan lembut Kenzi langsung menahan tangan gadis itu.
Kenzi menatap Mawar dengan mata teduh. "Jelasin sama gue. "
*Flashback waktu didepan gudang.*
Mawar dengan tangan memegang tali tas yang ia sandang melihat kesekeliling. "Ngapain lo bawa gue kesini?" tanya Mawar yang terlihat bingung.
"Kalau gue ngomong gini lo marah nggak sama gue? " perlu diam beberapa saat untuk Gibran bisa mengatakan kalimat barusan.
Perlahan Mawar menggeleng, dengan bibir yang tertutup rapat.
Suasana diam kembali menyapa, membuat alis Mawar terangkat, pertanda ia menunggu Gibran untuk berkata.
Gibran membasahi bibirnya, lalu ia menghela nafas panjang. Pandangan pria itu terfokus pada wajah gadis yang ada didepannya itu. "Eung..." Gibran meneguk ludahnya. "Gue suka sama lo. " usai berkata Gibran menggigit bibir bawahnya kuat-kuat.
"Hah?" Mawar langsung kaget.
Gibran tersenyum miring, lalu ia mengangguk pelan. "Dari dulu, tapi gue banci, nggak berani ngungkapin. Beraninya cuman liatin lo doang, pas kumpul bareng Kenzi. " Gibran tersenyum hambar, didalam hati ia merutuki dirinya yang terlalu pengecut.
Mawar tidak bisa berkata, karena ia benar-benar tidak menyangka ini semua. Mawar hanya menatap Gibran dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Gue tau lo nggak suka sama gue. "
Mawar mencoba untuk tersenyum, walau ia benar-benar gugup. "Lo udah gue anggep kayak abang gue sendiri, Bran. "
Gibran tersenyum, tangannya terangkat mengelus lembut surai hitam Mawar. "Iya, itu udah cukup buat gue. Gue nggak ngajakin lo buat jadi pacar gue, gue cuman ngungkapin perasaan gue ke lo. Karena gue sadar, gue nggak pantes buat lo. Yang pantes buat lo itu sahabat gue, Kenzi. "
Mawar menyerngit. "Kenapa lo bilang gitu? Lo lebih baik dari Kenzi. " ujar gadis itu tenang.
Gibran tersenyum sembari menggeleng. "Kenzi selama ini udah berjuang buat lo."
Mawar tersenyum miris, seakan tidak terima dengan ucapan Gibran. "Berjuang? " Mawar tersenyum miring. "Yang ada dia nyakitin gue, Bran. Lo liat sendiri kan? "
"Didalam perjuangan itu Kenzi memang melakukan kesalahan, ngebuat lo tersakiti. Tapi lo harus percaya sama gue, kalau Kenzi yang sekarang adalah Kenzi yang baru. "
"Iya Kenzi yang baru, Kenzi yang mencintai Melati. " ucapan Mawar bergetar.
"Nggak. Kenzi yang sekarang, Kenzi yang mencintai Mawar."
Mawar berdecak mendengar omong kosong itu, ia kini terlihat malas dan tidak minat. "Udah lah Bran. Lo dibayar berapa sama Kenzi? "
"Kenzi sekarang udah berubah, Mawar. Kalau Kenzi masih kayak dulu, nggak mungkin gue bela-belain kayak gini. Denger gue dulu. " Gibran menghela nafas panjang, lalu kembali berkata. "Pas lo kecelakaan, lo kekurangan darah, lo tau siapa pendonornya? "
"Siapa? "
"Kenzi. "
"Hah?" Mawar seakan tidak percaya. "Dia takut jarum suntik gila. "

KAMU SEDANG MEMBACA
KENZI (END)
Teen FictionCover by: grapicvii "Tapi gue sukanya sama Melati, bukan sama lo, Mawar." -- Kisah cinta remaja itu rumit, tidak tertebak, namun begitu indah. Saking indahnya, perjalanan dari kisah cinta itu tidak segan-segan mengukir luka pada hati kita. Terkadang...