(14)Suapan kue dan dansa

166 22 0
                                    

Jangan lupa tambahin cerita itu ke perpus kalian, ya...

"Suapan terakhir buat...Melati. "

Mawar yang mendengar itu tersenyum kecut. Memandangi Kenzi yang tengah menyuapi Melati kue, dan tidak lupa pria itu mengelus lembut rambut Melati.

Mawar tidak mendapatkan suapan kue dari Kenzi, pertanda ia tidak memiliki arti dalam hidup Kenzi. Ternyata Melati lebih berarti dibandingkan dengan dirinya.

Mawar berdiri jauh dari Kenzi, sedangkan Melati berdiri disamping Kenzi. Entah apa yang membuat Melati berdiri disana. Tapi yang jelas pandangan Kenzi sedari tadi hanya tertuju ke Melati. Sedangkan Mawar, sepertinya dianggap tidak ada oleh pria itu.

Baru saja tadi Kenzi meminta maaf, dan sekarang ia mengulangi kesalahannya lagi. Mawar menyesal telah menghadiri pesta ulang tahun Kenzi. Ternyata pesta ini hanya memberikan luka untuk Mawar.

Sesi dansa telah dimulai. Tampak beberapa pasangan tengah berdansa dengan indahnya. Sedangkan yang jomblo tampak berkeliling mencari pasangan.

Kenzi menarik tangan Melati, membuat tubuh gadis itu terdorong ke tubuh Kenzi. Kenzi tertawa kecil. "Mau dansa sama gue? "

Melati berdecak lalu menjauhkan tubuhnya dari Kenzi. "Gue nggak bisa. Ntar gue nginjek kaki lo, " ujar Melati diakhiri dengan menciutkan bibir.

Kenzi menatap Melati dengan senyuman, ada sesuatu yang tidak ditemukan Kenzi pada Mawar ada pada Melati. Kenzi mengerjap sebelum berkata. "Nggak apa-apa kok."

"Gue rela diinjek sama lo." Kenzi mengedipkan sebelah matanya, membuat Melati bergidik jijik dan ingin muntah.

"Tuh liat. " Melati mengikuti arah pandang Kenzi, terlihat Dhita tengah berdansa dengan Otak. "Masak lo kalah sama sahabat lo," ujar Kenzi memancing.

Melati menipiskan bibirnya, seakan berfikir. "Tapi Mawa--" ucapan Melati terhenti ketika mendengar decakan keras dari Kenzi.

"Mawar lagi, Mawar lagi, gue maunya sama lo. " entah mabuk atau bagaimana, Kenzi bisa seberani itu berkata seperti tadi.

Kenzi menghela nafas berat, mengusap mulutnya. Didalam hati Kenzi menggerutu, entah apa yang membuatnya berkata seperti itu. "Ayo dansa sama gue. " suara Kenzi melambat, lalu dengan lembut Kenzi menarik tangan Melati.

Mawar memandangi dengan ekspresi datar dua insan yang tengah berdansa dengan indanya. Perlahan senyuman miris terukir diwajah gadis itu. Hati Mawar terasa sesak, Mawar ingin menangis, tapi ia mencoba untuk menahannya. Membuat hatinya terasa amat sakit.

Ingin Mawar menghampiri dua insan yang tengah berdansa itu, mendorong tubuh gadis itu, dan menggantikan dengan dirinya. Tapi Mawar tidak akan melakukan itu, karena ia masih punya malu.

Seharusnya Mawar tidak menerima ajakan Kenzi dulu. Ajakan yang dimana Kenzi meminta Mawar untuk belajar mencintainya, begitu pun sebaliknya. Mawar berhasil mencintai Kenzi, sedangakan Kenzi perasaannya sekarang masih belum jelas.

"Gue pengen punya pacar cantik kayak lo. Gue tau lo nggak suka sama gue, gue pun begitu. Tapi kita bisa belajar mencintai'kan? Dengan cara saling terbiasa. Saat perasaaan itu udah dateng baru kita menjalin hubungan yang lebih serius. " ujar Kenzi waktu itu didalam ruangan osis yang sengaja dikunci oleh Otak.

Mawar menghela nafas panjang, menyesali dan membenci kanapa ia bisa sebodoh itu. Dan sekarang ia lah yang tersakiti, hatinya kini seakan terjebak dilingkaran yang penuh dengan benda tajam, yang siap untuk menusuk hatinya.

Mawar tersentak, ketika mendengar deheman. "Gibran, " ujar gadis itu lambat, melihat sosok jangkung kini berada disampingnya. "Lo nggak dansa, Bran? "

Gibran menggeleng kecil, sedangkan Mawar membalas dengan anggukan.

"Lo liat'kan, Bran? " entah kenapa suara itu kini bergetar. Gibran mengangguk.

Mawar tersenyum miris. "Padahal tadi dia baru minta maaf. " ujar Mawar dengan suara serak.

Gibran melihat Mawar dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Lo--lo udah makan? "

Mawar mendongak, melihat wajah Gibran. Sedikit kesal, orang lagi sakit hati malah ditanyain udah makan atau belum. "Lo bawa mobil, Bran? " Mawar malah bertanya balik.

Gibran mengangguk. "Mau bareng nanti pulang? "

Mawar tersenyum hambar. "Nggak usah deh, rumah kita nggak searah. Rumah gue jauh banget lagi. Gue suruh bang Cakra aja jemput. "

Mawar mengatupkan bibirnya, matanya masih memandangi Kenzi dan Melati yang tengah berdansa. Kini Kenzi terlihat tertawa, diikuti oleh Melati, entah apa yang tengah mereka bicarakan. "Gue nyesel dateng. "

Gibran menoleh kepada Mawar, mata gadis itu berkaca-kaca, membuat Gibran tersentak begitu saja. "Kita kebelakang aja gimana?" tawar Gibran, karena disini pemandangannya sangat tidak mengenakan untuk Mawar.

Mawar mengangguk kecil, ingin melangkah tapi langkahnya terhenti ketika ada yang menarik-narik dress selututnya.

"Kira, " ujar Mawar sedikit bersemangat, gadis itu tersenyum begitu saja melihat adik Kenzi.

"Kak Mawal kenapa nggak sama Bang Kenzi, " ujar gadis kecil yang belum bisa menyebut huruf R itu.

Ekspresi Mawar berubah drastis, tapi Mawar mencoba untuk mengedalikan dirinya. Ia mencoba untuk tersenyum didepan gadis kecil itu. "Kakak nggak bisa Dansa, " ujar Mawar dengan nada bicara yang dibuat-buat.

Dengan polosnya Kira mencuri pandang ke Gibran. "Kak Giblan ganteng banget," ujar Kira membuat Mawar tertawa. "Sama Kila mau nggak? " tawa Mawar semakin keras mendengar itu. Sedangakan Gibran hanya tersenyum kecil sambil geleng-geleng kepala.

Mawar mencubit hidung Kira gemes. "Ii nggak boleh gitu Kira, kamu masih kecil. Ntar kalau udah gede, baru godain bang Gibrannya. "

Gibran kali ini terkekeh. "Pas Kira udah gede, gue udah jadi om-om dong," ujar Girban, membuat Mawar kembali terkekeh.

"Temenin Kila main dikamal dong Kak. Kila bosen disini, nggak ada temen, " ujar gadis itu dengan polosnya.

"Kila mau main? " beo Mawar dengan mata yang sengaja ia lebarkan.

Kira mengangguk. "Sama bang Giblan juga. "

"Yaudah, kita ke kamar Kira sekarang." Mawar membimbing tangan Kira dari samping, sedangkan Gibran mengekor di belakang.

Senyuman kecil terukir diwajah Gibran. Melihat Mawar yang kini tersenyum lebar, bahkan tidak jarang Mawar berjalan melompat-lompat menirukan gaya Kira.

"Bang Giblan coba kayak kita dong, " ujar Kira sembari berlajan melompat-lompat.

"Hah? " Gibran menekuk dagunya kedalam. "Abang nggak bisa gitu, " ujar Gibran diiringi dengan kekehan gugup.

Mawar terkekeh. "Bang Gibran nggak bakal mau Kira. Dia orangnya jaga image. "

Gibran mendelik. "Siapa juga yang jaga image? "

"Yaudah coba dong. "

"Nggak mau gue," ujar Gibran kesal membuat Mawar dan Kira tertawa terbahak-bahak.

Makasi banyak buat yang udah baca sampai akhir.

Jangan lupa rekomendasiin cerita ini keteman-teman kalian ya

Gibran Mahendra

Gibran Mahendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KENZI (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang