Part ini khusus untuk kamu, yang sudah membawa apology ke rank 1 chicklit. Untuk kamu yang sudah mencintai tulisan sederhana Rum dan selalu mengingatkan readers lain untuk tidak berkomentar kasar di lapak Rum.
Dear, I love you dan tetap bersama Rum, ya.Happy reading love
Ketika Shasa sudah berhasil lari dengan langkah kecilnya untuk menyambut Mas Lucas, aku bisa melihat raut wajah Bara seketika berubah pias. Pandangannya tidak teralih pada Shasa yang kini sudah memekik senang di gendongan Mas Lucas. Aku bukan senang melihatnya begini, tapi bukankah ini belum sebanding dari apa yang kualami selama ini?
Sakitnya hamil sendirian tanpa dukungannya berbulan-bulan kujalani. Aku sering menahan diri ketika menginginkan sesuatu, takut jika nanti akan merepotkan keluarga Mbak Hani. Emosiku naik turun di saat-saat tertentu dan itu cukup merepotkan.
"Kenapa belum ganti seragamnya?" Kalimat itu yang kudengar saat langkah Mas Lucas sudah mendekat ke arah kami. Bara langsung berdiri dan bergerak salah tingkah saat Mas Lucas menatapnya datar.
"Shasa baru sampai rumah. Kenapa Papa nggak jemput Shasa tadi?" tanya Shasa.
"Papa kan baru pulang, tadi mandi dulu baru ketemu si cantik."
Begitu langkah Mas Lucas tinggal beberapa jengkal dariku, aku baru bersuara, "Kok, nggak bilang kalau pulang?"
Oh, ya ampun, ada apa sama mulutku? Untuk apa juga Mas Lucas harus wajib lapor padaku.
"Dadakan, harusnya jadwalku libur besok," jawabnya kemudian.
Mas Lucas terlihat sekali enggan melihat Bara, "Sudah makan, Shasa?""Belum," jawab Shasa cepat, "Shasa mau nasi goreng bikinan Papa, boleh nggak?"
Mendengar permintaan Shasa pada Mas Lucas, aku lantas mengeleng, "Papa capek, Sha. Nanti Ibu aja yang bikinkan nasi goreng, ya."
"Nggak mau, Shasa maunya bikinan Papa." Jawab Shasa bersikukuh.
"Oke, Papa bikinkan, sekarang ganti seragam Shasa sama Ibu dulu."
Shasa kembali memekik senang, lalu dia berusaha turun dari gendongan Mas Lucas. "Ibuk, ayo kita ganti baju."
Saat Shasa menyeret tanganku untuk masuk ke dalam rumah, aku tidak lagi bisa menoleh pada Bara. Tidak tahu juga bagaimana reaksinya setelah ini.
Tunggu, ini kenapa aku jadi memikirkan perasaan Bara?
Tapi, apa yang akan mereka lakukan setelah dipertemukan lagi sekarang? Bagai mana jika mereka kembali berkelahi dan membuat keributan.
Bagai mana jika nanti Bara lebih tidak bisa menahan diri lagi."Sha, Shasa tunggu Ibu sebentar di kamar, bisa?"
Langkah Shasa ikut terhenti, dia mendongak padaku, lalu kemudian mengangguk mantap.
Aku lantas bergegas ke depan, untuk memastikan tidak ada lagi keributan.Namun kemudian langkahku terhenti saat sudah mau mencapai pintu, aku mendengar Bara tengah berbicara pada Mas Lucas.
"Saya salah karena sudah bertindak kasar. Bahkan sama sekali tidak menyadari jika apa yang saya lakukan menyakiti Shasa sampai sekarang."Aku menelan salivaku kasar, rasanya napasku seperti terhenti berembus.
"Saya mencari mereka selama ini, meski semua bukti sudah menunjukan jika Rindu mengugurkan anak kami, saya masih berharap akan ada keajaiban. Sampai kemudian saya lelah berharap karena jejak Rindu tidak lagi terbaca, sehingga saya sangat membenci dan mencintai Rindu dalam waktu yang bersamaan."Bara masih melanjutkan kalimatnya sepertinya, Karena tidak ada tanda-tanda Mas Lucas akan menanggapi. "Terima kasih karena kalian sudah menjaga Rindu dan Shasa dengan sangat baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
APOLOGY [TERBIT]
ChickLit[Selesai, beberapa part sudah di unpublish] Kata Maaf rasanya tidak lagi akan cukup -Bobby A.k.a Barra- Rank 1 in #chicklit 11 maret 2021