Karena votenya di part 40 cepet, aku jadi semangat banget buat ngetik lagi.
Tapi, ini part terakhir sebelum idul Fitri, selamat berkumpul dengan keluarga untuk yang bisa kumpul. Yang lebaran sendirian, tetap jaga kesehatan. Semoga pandemi lekas selesai dan kita bisa kumpul lagi dengan keluarga.
Happy reading love
Kalau ada yang membuat hidupku seketika berubah adalah setelah tiga bulan kemudian Mas Lucas dan Kirana sudah menentukan hari dan tanggal pernikahan. Hal ini sudah kuprediksi sebelumnya, jika mereka sudah setuju menikah, artinya acara itu pasti segera digelar.
Dari hari aku mendengar rencana pernikahan mereka, aku sudah mulai menjaga jarak dari keluarga Mami terutama Mas Lucas. Aku tidak ingin kehadiranku yang terlalu sering membuat rencana Mas Lucas berantakan.
Kalau aku ingin bertemu Shasa, biasanya aku langsung menjemputnya dan kubawa ke rumah. Terlebih kandungan Mbak Hani sudah memasuki bulan ke tujuh, jadi dia mengijinkan ku membawa Shasa ke rumah agar Mbak Hani dan keluarganya lebih fokus mempersiapkan kelahiran anaknya dan rencana pernikahan Mas Lucas.
Pernikahan mas Lucas akan digelar besok. Mengingat bagaimana keluarga Mami, maka wajar jika pernikahan di gelar besar-besaran. Semua staff sanggar diturunkan untuk membantu proses siraman, Midodareni, pengajian, ijab besok pagi dan resepsi lengkap dengan adat Jawa.
Jika ditanya siapa yang paling sibuk, barang kali itu adalah aku. Seperti biasa aku menjadi pemimpin panitia untuk mengurusi segala hal termasuk bagian prasmanan dan pembagian tugas.
Ini menyakitkan memang, terkadang di sela-sela kesibukanku seminggu ini, aku sering menertawakan diriku sendiri, sebab dengan sisa ketegaran yang kupunya aku lah orang yang turut menyempurnakan kebahagian Mas Lucas. Ini seperti kejutan setelah aku gagal mengurusi pernikahan Bara dan Rebecca yang dulu kuperkirakan menjadi hari paling menakjubkan sepanjang perjalanan kehidupanku.
Shasa kutitipkan pada Mbak Tati, aku hanya beberapa kali bertemu karena kesibukanku membuat acara di rumah.
Aku sejujurnya tidak tau kesibukan ini hanya bentuk pelampiasanku atau memang aku tidak ingin membuat Mami kecewa. Yang jelas, malam ini ketika selesai melakukan siraman dan pengajian semua orang tampak sedih dan menangis. Terlebih Nana sampai pingsan saat prosesi sungkem, mungkin karena dia ingat dengan kedua orang tuanya yang sudah tidak ada. Tidak hanya Nana, aku juga terkejut saat Mami langsung memelukku setelah selesai prosesi sungkem. Mami tidak hentinya meminta maaf karena memilih Kirana sebagai istri Mas Lucas.
"Rindu, Mami sangat menyayangimu. Kamu adalah anak perempuan Mami, kalau Mami kemudian meminta Lucas menikahi Kirana, itu karena yang Mami lihat kamu nggak pernah bisa membuka hati untuk Lucas. Sedangkan Mami ingin sekali anak-anak Mami hidup menua dengan perempuan yang mencintai Lucas dengan sangat besar. Mami nggak mau keinginan Mami menjadi beban untuk hatimu jika menikah karena terpaksa."
Gengaman Mami atas tanganku menguat saat kami berbicara berdua di kamar Mami.
"Mami sedih lihat kamu belakangan ini selalu menghindar dari kami, beberapa kali diundang untuk acara keluarga pun kamu nggak pernah mau datang."
Sesungguhnya aku percaya Mami sangat mencintaiku, hanya saja aku tidak ingin membuat susana menjadi canggung ketika aku hadir diantara Mas Lucas dan Nana.
"Rindu juga sayang sekali sama Mami, kalau Rindu belakangan ini mengurangi waktu bersama keluarga ini, Rindu hanya bermaksud tidak mau membuat rencana pernikahan ini kacau, Mi. Mas Lucas sedang belajar mencintai Kirana, sudah semestinya aku tahu diri dan nggak lagi mengandalkan Mas Lucas atas kepentinganku dan Shasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
APOLOGY [TERBIT]
ChickLit[Selesai, beberapa part sudah di unpublish] Kata Maaf rasanya tidak lagi akan cukup -Bobby A.k.a Barra- Rank 1 in #chicklit 11 maret 2021