Dear, please drop emotion love before start reading. ❤️❤️
Thank you.
Entah telingaku salah mendengar, atau memang ada yang di sembunyikan dari Bara selama ini. Aku sangat terkejut sewaktu dia mengatakan gagal menjadi anak angkat. Kepalaku sibuk merangkai puzzle kenangan kami dulu, lalu mengingat apa dia pernah bercerita soal ini.
Tidak.
Setahuku Bara anak kandung Tante Ajeng, kami tidak pernah menyingung perihal seluk beluk keluarganya. Apa lagi hal sesensitif ini.
Lalu tadi apa? Karena setelah mengatakan dia hendak menyerah, Bara langsung meninggalkanku dengan pikiran mendadak kacau.
Aku meremas tangan di pangkuan, sejujurnya aku kurang nyaman naik pesawat di malam hari. Entah kenapa aku merasa seperti ketakutan di tengah ketinggian dan gelap.
"Dari tadi diam aja, kenapa?"
Sentuhan Mas Lucas di tanganku membuatku akhirnya menoleh padanya sembari mengeleng, "cuma lagi capek."
"Mas tadi udah nawarin untuk nginep aja, loh. Kita bisa ikut penerbangan pagi."
"Mas, kan, kerja."
"Masih keburu kalau ikut penerbangan paling pagi."
"Capek, Mas," jawabku kemudian, "Aku juga udah janji mau antar Shasa ke TPA besok."
Mas Lucas tidak menjawab apa-apa lagi, tapi tangannya bergerak mengambil tanganku yang berada di pangkuan, lalu membawanya ke dada. Kebiasaanya ketika ingin tidur dan ada aku di sampingnya.
Bukan, maksudku bukan seperti itu. Dalam sesekali waktu perjalanan entah kemana dan dia tidak sedang menyetir, lalu lelah dan tidur. Dia akan mengengam tanganku dan meletakan di dadanya.
Dan biasanya Mas Lucas langsung tertidur dan tidak akan bangun lagi sebelum sampai tujuan.Melihat Mas Lucas sudah tidur, jujur mematik rasa bersalahku. Hubungan ini tidak jelas, sisi hatiku yang lain belum siap membuka hati untuknya. Tapi di sisi lain sudah banyak hal yang Mas Lucas dan keluarganya korbankan untukku dan Shasa.
Aku mengigit bibirku, kemudian kembali teringat ciuman yang Bara lakukan tadi. Rasa itu masih menempel di bibirku, menggelitik hingga perut sampai membuatku hilang kendali.
Menginginkannya lagi.
Padahal, tidak ada makna apapun dari ciumannya selain meluapkan emosi saja. Bara merasa kalah, sedang aku merasa salah karena ada sisi rindu disetiap sentuhannya.
Ini tidak benar, Bara sudah mau menikah. Sedang aku, ingin berusaha membuka hati untuk Mas Lucas.
***
Kami sampai rumah nyaris pukul sebelas malam. Selama perjalanan Mas Lucas mengatakan jika Mami akan pulang bulan depan dan ada sedikit masalah yang menganggu beliau. Tadi Mami menelpon karena terjadi sesuatu dengan salah satu temannya di Godean.
Aku tidak tahu ada masalahnya apa karena Mas Lucas tidak begitu paham dengan apa yang sebenarnya terjadi. Mas Lucas hanya diminta Mami untuk ke rumah sakit menjemput anak sahabatnya yang baru saja selamat dari kecelakaan, tapi karena di Jakarta maka Mbak Hani yang mengurusi semuanya.
Setibanya di rumah, aku menemukan Mbak Hani sedang berkutat di dapur.
Dia langsung menoleh saat aku memberikan salam."Wallaikumsalam,"
Aku lebih dulu mencium tangan Mbak Hani kemudian diikutin Mas Lucas.
"Mbak bikin apa tangah malam gini?"
![](https://img.wattpad.com/cover/163695965-288-k980354.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
APOLOGY [TERBIT]
ChickLit[Selesai, beberapa part sudah di unpublish] Kata Maaf rasanya tidak lagi akan cukup -Bobby A.k.a Barra- Rank 1 in #chicklit 11 maret 2021