A P O L O G Y|46

3.3K 684 47
                                    

Menepati janji... Doubel update!
Bobby-Koo Junhoe of iKON
In love with you





Pukul sepuluh pagi, kami diajak Bara untuk pergi ke salah satu Yayasan Yatim piatu. Sejak aku mengatakan padanya jika kami tidak pernah mengadakan pesta di setiap ulang tahun Shasa dan punya kebiasaan meyantuni anak yatim di hari ulang tahun keluarga, Bara langsung mengatakan jika dia juga bisa melakukan hal yang sama.

Lebih dulu Bara memesan lebih dari 50 box makanan siap saji untuk dibawa ke rumah yatim tersebut, semua ditata rapi dalam box dan dikemas menjadi lima belas plastik.

Sekitar dua puluh menit kemudian, kami sudah tiba di tempat tujuan. Rumah yatim bernama cinta kasih itu tidak begitu luas, hanya ada dua rumah dan halaman di depan tempat anak-anak main. Di antara dua rumah itu ada gazebo cukup besar bertuliskan 'ruang baca'. Puluhan buku berjejer rapi di rak dan beberapa meja kecil juga berada di sana.

Aku mengulas senyum tipis karena ketika mobil Bara sudah berhenti di halaman rumah, beberapa anak langsung memusatkan pandangan pada kami.

Shasa juga terlihat tidak sabaran melihat anak-anak seusianya tengah bermain di halaman rumah tersebut.

Satu pertanyaan yang tiba-tiba muncul dalam benakku adalah sejak kapan Bara tidak asing dengan rumah ini?

Bahkan setelah memastikan kami sudah turun,  Bara langsung mengandeng Shasa untuk menghampiri anak-anak.

Namun salah satu anak laki-laki berusia kira-kira tiga tahun itu yang paling menarik perhatianku. Di antara mereka semua yang memanggil Bara Om, anak itu memanggil Bara, "Papa kanapa lama-lama ke sininya?"

"Maafin Papa, kemarin Papa banyak kerjaan. Sini, kenalin ini Kak Shasa," ucap Bara sembari menunjuk Shasa yang kini sama tingginya dengan Bara karena Bara merendahkan tubuhnya ketika anak kecil itu lali tergopoh menghampiri Bara dengan antusias.

"Kak Shasa ini adik Daneil," begitu Bara memperkenalkan anak kecil itu, Shasa terlihat mengeleng dan merapatkan badannya padaku. Tanganku yang sedari tadi bebas di sampingnya, kemudian Dia pegang dengan kuat.

"Ini kakaknya Niel, Pa?" Anak kecil itu kembali bersuara tapi sepertinya membuat Shasa tidak nyaman karena dia semakin merapat padaku.

"Sudah sampai? Bukan langsung masuk," suara seorang perempuan paruh baya membuat Bara langsung berdiri dan mengendong Daneil. Pergerakan Bara mencium punggung tangan perempuan itu membuatku ikut melakukan hal yang sama.

"Ini pasti Rindu," sapa beliau sembari tersenyum padaku dan kujawab dengan anggukan meski sedikit bingung bagaimana bisa beliau tahu namaku.

"Yang cantik ini Mayesha?"

Sepertinya mood Shasa masih buruk, dia tidak menjawab dan malah merentangkan tangan memintaku mengendongnya.

"Iya Ibu, ini Mayesha," aku menjawab tidak kalah sopan, "Sha, Salim sama Ibu, Kak?"
Namun Shasa justru mengeleng dan memelukku kian erat.

"Maaf ya Bu, Mayesha kurang nyaman sama orang yang baru dilihat."

"Ngak apa-apa, ayo diajak masuk. Di luar panas." Ucap Ibu tersebut, "Bar ajak Rindu masuk."

“Yuk, masuk, Rin."

Mengikuti Bara dari belakang aku berusaha menenangkan Shasa. Mungkin nanti aku perlu bicara dengan Bara untuk tidak terlalu dekat dengan anak lain semisal di depan Shasa.
Ini tidak bagus untuk mental Shasa ke depannya, dia banyak diam sepanjang kami di dalam mengobrol.

Namanya Ibu Diana, dia pengurus panti asuhan ini. Selama Bara dan beberapa anak yang lain menurunkan makanan dari mobil, Ibu banyak bercerita tentang Bara. Sementara Shasa memilih menunggu di ruang tamu sembari bermain boneka pemberian Bara tadi pagi.

APOLOGY  [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang