Haaaiiii, ending dari killing Part nih. Spesial part buat kesayangan Yayah dan Ibuk.
Aku tak tahu apa yang terjadi pada Bara. Sekarang sudah nyaris pukul dua belas malam dan tak biasanya dia belum pulang.
Aku Khawatir sesuatu terjadi karena panggilanku tak juga dia jawab, beruntungnya sebelum aku memutuskan tidur lebih dulu, suara mobilnya terdengar memasuki halaman rumah.Hari ini sejujurnya aku terlalu lelah untuk berdebat atau meladeni mood nya yang sepertinya kurang baik. Tapi aku juga tak bisa acuh meski aku sangat tak ingin istirahat, karena seluruh badanku sakit serta rasa tak nyaman di bagian perut bawahku.
Melihat Bara banyak diam sedari masuk ke dalam rumah, aku akhirnya mengalahkan egoku dengan menunggunya di tempat tidur.Segelas kopi hangat sudah ku letakan di atas nakas, bersandingan dengan segelas air mineral penghantar tidur. Tapi, sudah nyaris tiga puluh menit, dia tak juga keluar dari kamar mandi.
Bukan kebiasaannya akan lama-lama di kamar mandi, dia tak begitu suka air dingin terlebih malam begini.
Sampai kemudian dia keluar kamar mandi entah pada menit ke berapa aku juga masih terjaga sembari bersandar pada hard board agar pinggangku sedikit rileks. Kami saling bertemu pandang, dia keluar dengan rambut basah dan handuk kecil yang dia pakai untuk mengusap rambutnya, serta setengah badannya telanjang tanpa kaos.Aku masih dia menunggunya bicara, tapi sepertinya dia masih betah diam meski sudah selesai mengambil kaos dan memakainya hanya dengan tiga kali gerakan saja.
"Aku bikin kan kamu kopi," ucapku memecah keheningan di antara kami. Pandanganku kemudian teralih ke arah nakas, bermaksud memberi tahukan Bara jika kopi itu kuletakan di sana. Seakan langsung mengerti, dia kemudian berjalan ke arah nakas dan mengambil cangkir keramik itu.
"Aku minum di luar, kamu tidur udah malam." Hanya begitu kalimat yang dia lontarkan, seketika membuatku bingung apa yang membuat Bara menjadi sedingin ini.
"Aku ada salah ya, Bar? Atau ada sesuatu di kedai? Mau cerita nggak?"
Dia menggeleng untuk menjawab rentetan pertanyaanku. Kemudian tanpa berkata apa pun lagi, dia keluar dari kamar dengan membawa gelas kopi miliknya. Begitu pintu kamar tertutup, aku menghela napas keras. Ini kali pertama dia bersikap seperti ini, apa yang sebenarnya terjadi?
Alih-alih cari tahu masalah apa yang terjadi, badanku malah rasanya kian tak mau diajak berdiri. Lelahnya hingga tulang pinggang dan merambat kram pada perutku.
***
Pagi harinya, aku masih melihat Bara terlelap di atas ranjang. Sepertinya hari ini aku harus memberi kabar ke mbak Hani kalau kami nggak bisa antar Shasa ke sekolah. Pagi ini aku ada jadwal ketemu salah satu calon customer jam sembilan pagi, sedangkan aku juga nggak tega harus bangunin Bara karena tidurnya masih pulas.
Selesai membuat sarapan, aku bergegas mandi dan berganti pakaian. Yang membuatku terkejut, bahkan sampai jam delapan aku mau berangkat ke Sanggar, Bara juga tak mau bangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
APOLOGY [TERBIT]
Chick-Lit[Selesai, beberapa part sudah di unpublish] Kata Maaf rasanya tidak lagi akan cukup -Bobby A.k.a Barra- Rank 1 in #chicklit 11 maret 2021