A P O L O G Y | 32

2.9K 675 46
                                    

Dear, selamat menjalankan ibadah bulan suci Ramadhan untuk kamu yang menjalankan, Maaf untuk segala kesalahan yang Rum lakukan terutama ketika Rum selalu bikin kalian nangis karena baca cerita-cerita Rum ini.

Terima kasih atas segala apresiasi kalian, entah itu berupa vote atau komen di tiap lapak Rum.

Spoiler lapak-lapak Rum ada di Instagram @Siirum18, ya. Jadi silahkan follow dan kita ngobrol di Instagram aja.

Happy reading, Love.

Dalam hidup ini, benar jika tidak ada satu hal pun yang akan abadi, terlebih jika kita berbicara soal manusia. Aku terpisah dari Ibu sudah dari kecil, di saat aku belum bisa melakukan sesuatu jika sendirian. Tapi, hidup seperti tidak punya pilihan.

Aku selalu merasa jika dalam perjalanan hidup, aku dipaksa menerima kepahitan lagi dan lagi.

Sama sekali aku tidak pernah berpikir, jika Ibu sudah tidak ada di dunia ini, terlebih kematiannya karena beliau bunuh diri dengan cara loncat dari sebuah gedung tinggi bangunan apartemen, padahal Ibu sedang mengandung. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan Ibu waktu itu, pantas saja setelahnya Ibu susah sekali di hubungi, bahkan terkesan menghilang. Kupikir Ibu marah karena aku hamil di luar nikah tapi ternyata lebih dari itu. Ibu putus asa dan merasa tidak bisa jika harus menanggung hidupku, anakku, serta adik yang waktu itu masih di kandungan Ibu.

Seandainya Ibu tahu, aku mampuh bertanggung jawab atas diriku sendiri, mungkin ini tidak akan terjadi. Aku akan meminta Ibu pulang supaya kita bisa hidup sama-sama, sayangnya Ibu memilih menyerah.

Sekarang, aku tidak punya siapa-siapa lagi selain Shasa. Jika mbak Hani dan Mas Tama nanti memisahkan kami, maka aku tidak punya apa-apa lagi.

Ah, tapi sepertinya itu tidak mungkin. Mbak Hani tidak akan memisahkan kami.

Setibanya di Indonesia Mas Lucas dan Mami memintaku untuk tinggal sejenak di rumahnya, padahal aku ingin sekali pulang dan menangis sepuasnya di rumah. Aku ingin berbicara dengan Ibu lewat jaket cardigan yang Ibu tinggalkan.
Aku ingin sekali meminta maaf pada Ibu, karena jika mungkin tidak ada aku, Ibu tidak akan mengalami ini.

Aku ingin sekali meminta maaf pada Ibu, karena jika mungkin tidak ada aku, Ibu tidak akan mengalami ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Ibuk, sedih? Iya?"

Aku mengangguk, kemudian membelai kepala Shasa yang kini bersandar di pelukanku. Kami tengah berada di belakang kamar Shasa, duduk bersebalahan dengan posisi saling peluk.

Anak gadisku ini sudah tahu jika aku sedang kehilangan Ibu, semalam kami melakukan doa bersama sesampainya di Jogja, dan ini akan dilakukan hingga tujuh hari ke depan.

“Karena Ibuk udah nggak punya Ibuk?"

Sekali lagi aku mengangguk, bahkan tidak lagi bisa mencegah air mata ketika Shasa menanyakan ini.
Saat Shasa menjauhkan badannya lalu mencari mataku, aku berusaha secepat mungkin menghapus jejak air mata.

APOLOGY  [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang