Hallo, selamat pagi❤️❤️
Happy reading love,
Setelah melalui banyak hal, aku ingin melanjutkan kehidupan dengan cara yang lebih baik. Tentang kepergian Ibu meski rasanya sulit kuterima, tapi biarkan segalanya berjalan dengan sendirinya. Aku hanya merasa tidak bisa terus meratapi kehilangan, karena sekarang sudah ada Shasa yang tidak mungkin kuabaikan.
Aku belakangan menyibukkan diri dengan mengurusi sanggar, beberapa pekerjaan yang sempat tertunda kulakukan hingga larut malam. Siangnya aku berburu berbgai kebutuhan sanggar yang sudah saatnya ganti.
"Mbak Rindu, mas Ardi belum bisa ke lapangan, sedangnya timnya Satya besok ada peresmian tempat wisata baru sama Bupati Bantul. Mbak bisa gantiin Mas Ardi dampingi tim? atau aku aja?"
"Yang di pangenrejo, ya?"
Riska mengangguk sembari memeriksa catatannya, "Mbak ke salatiga hari rabu paginya, yang ini biar aku aja deh. Bisa aku ketimbang lihatin orang pasang tenda."
"Nggak apa-apa, besok kamu nyusul aja sore bawa kebaya yang mau dipakai di mbak Denti, sama alat-alat biasa. Jemput Mbak Diah kita nginep aja biar nggak buru-buru."
"Tapi rabu Mbak perjalanan jauh lagi, lagian mbak kalau ikut sekarang naik apa? mobil truck gitu?
"Loh, ya engga apa-apa, biar mobilnya kamu bisa pakai besok." Aku kemudian mengemasi beberapa berkas laporan keuangan, karena sebelum berangkat aku ingin lebih dulu bertemu dengan Shasa. "Kamu beliin makan tim dekorasi dulu ya, kita berangkat jam satuan aja, aku ambil baju ganti sama pamitan sama Shasa"
"Mbak yakin?" Melihat Riska yang menatapku cemas membuatku akhirnya berjalan mendekat padanya. "jangan khawatirkan aku, Ris. Aku kan udah biasa se hictic ini kalau musim hajatan. Kita hidup di lingkungan yang reserpsi dengan hari baik bukan hari libur. Bahkan dalam sehari aku pernah pindah dua lokasi kan?"
"Tapi Mbak lagi berduka," jawab Riska dengan memandangku sendu.
"Sudah lewat tujuh hari pengajian Ibu, lagi pula aku harus lanjutin ini secara profesional. Mereka hanya mau yang terbaik untuk hari bahagianya, dan sudah kewajibanku melengkapi kebahagiaan itu, tidak peduli bagai mana keadaan kita. Kita kerja untuk membahagikan orang lain, kan?"
Wajah Riska yang tadinya masam, kini berubah menjadi senyum meski tidak selebar biasanya, "pengin peluk. Aku tahu anak kecil seperti aku belum paham kehidupan, tapi Mbak Rindu nggak sendirian, kami semua sayang Mbak Rindu."
Dengan senyum yang refleks tercetak karena Riska, aku kemudian merentangkan tangan untuk memeluknya, "Makasih ya, Ris udah mau gantiin aku dua minggu terakhir ini."
"Kan udah kewajibanku, mbak," balasnya kemudian melepas pelukan kami.
"Mereka suruh makan dulu, nanti sebelum jam satu aku balik ke sini."
***
Aku pulang ke rumah Mami karena memang beberapa baju gantiku masih di sana. Ku pikir dari pada aku pulang ke rumah, mengambil baju seadanya di rumah Mami sekalian berpamitan dengan Shasa jauh menghemat waktu.
Sesampainya di rumah Mami, aku di sambut Mbak Tati yang sedang membersihkan ruang tamu, begitu melihat aku datang Mbak Tati menghentikan kerjaannya dan menyambutku sopan sekali.
"Kok udah pulang, Mbak? masih pusing, ya?"
"Enggak, Mbak. Mau ambil baju ganti, ada kerjaan di Purworejo."
"Oh, pantas Mas Lucas pulang lagi, mau antar Mbak Rindu?"
Ucapan Mbak Tati membuatku mengeryitkan dahi, "Mas Lucas pulang?"
"Baru sampai sejam yang lalu, sekarang kayaknya di ruang keluarga sama Kanjeng Mami."
"Oke, deh. Aku ke sana dulu. Kalau Shasa di mana Mbak?"
"Main sama Mbak Kirana di kamarnya, Mbak."
Aku lantas mengangguk, kemudian berniat menemui Mas Lucas dan Mami untuk mengatakan aku akan pergi selama beberapa hari. Begitu langkahku mulai dekat dengan pintu yang tidak sepenuhnya tertutup, samar-samar aku dapat mendengar suara Mami tengah berbicara, sepertinya benar Mas Lucas di dalam.
"Jadi gimana? Kamu sudah pikir ini baik-baik, kan?" Barusan suara Mami, entah apa yang mereka bicarakan awalnya, tapi mendengar ucapan Mami selanjutnya membuat pergerakanku hendak mengetuk pintu mendadak terhenti, "Yang penting sah dulu, Cas. Kalau kamu dan Kirana mau resepsi bisa kita bicarakan nanti. Mami cuma pengin lihat kamu menemukan pasangan hidup yang akan jaga kamu nantinya. Mami kenal baik sama orang tua Kirana, banyak hutang budi ke mereka juga, jadi nggak salah kalau kita turuti kemauan almarhum keluarga mereka. Apa lagi Kirana anak baik-baik, dia lebih mengerti agama, Mami yakin dia bisa jadi istri yang baik."
"Tapi aku masih mencintai Rindu, Mi. Dosa kalau pada akhirnya aku masih memikirkan perempuan lain selama aku berumah tangga."
Tubuhku rasanya Kaku setelah mendengar sepenuhnya apa yang mereka bicarakan.
Mas Lucas akan menikahi Kirana?
"Untuk mencintai Kirana itu bukan hal sulit, dia cantik kalau kamu melihat rupa, dia salihah kalau kamu melihat agama dan dia juga terlahir dari keturunan baik." Ungkap Mami sepertinya tengah membujuk Mas Lucas, ucapan Mami seperti menamparku, "Mami sayang sekali sama Rindu. Sama besarnya rasa sayang Mami ke kalian. Tapi sudah bertahun tahun berlalu, hatinya masih belum terbuka untuk kamu. Melihat dia memeluk mantan kekasihnya, Mami dan Hani mengambil kesimpulan jika bencinya Rindu terhadap mantan kekasihnya sebesar cinta dia juga. Wajar itu sudah ada Shasa, Mami nggak mau kamu nantinya di sakiti oleh ambisimu, Mas."
Entah sudah berapa detik Mas Lucas tak kunjung menjawab, membuatku akhirnya hanya bisa mengigit bibir sebab tidak menyangka jika Mami menganggap aku masih mencintai Bara.
"Kasih aku waktu, Mi. Setidaknya sampai bulan depan, aku akan coba membicarakan ini dengan Rindu tapi jangan sekarang."sampai di situ aku akhirnya memilih untuk mundur, tidak sanggup mendengar obrolan Mas Lucas dan Mami.
Apa aku harus perlahan mundur karena ternyata bagi Mami, Kirana jauh lebih pantas untuk Mas Lucas?
Rin, come on, bukankah kamu sudah tau jika perempuan seperti kamu ini tidak pantas untuk orang sebaik Mas Lucas?
Mas Lucas berhak bahagia, Rin. Bukan selalu mengurusi hidupmu saja!Maaf untuk tipo!
Love
Rum
KAMU SEDANG MEMBACA
APOLOGY [TERBIT]
ChickLit[Selesai, beberapa part sudah di unpublish] Kata Maaf rasanya tidak lagi akan cukup -Bobby A.k.a Barra- Rank 1 in #chicklit 11 maret 2021