Jejak Langkah (2)

10.3K 788 26
                                    

       Hari itu aku merasa kurang enak badan. Mungkin karena pagi hingga sore aku sekolah, lalu setelahnya hingga malam aku sibuk kerja.
Yang membuat aktivitasku semakin padat adalah banyak tambahan pelajaran menjelang ujian kelulusan sekolah.
Untungnya Pak Richard -pemilik restoran- tempatku kerja memaklumi kesibukanku menjelang hari ujian.

        Aku yang biasanya kerja tujuh jam tanpa istirahat,  sekarang hanya ditugaskan kerja dari jam setengah enam hingga jam sepuluh malam.

     Aku menghela napas pelan saat mengecek ponsel sebelum pulang.
Sudah dua hari dia tak ada kabar setelah berpamitan hendak syuting ke Surabaya.

     Sesibukkah itu dia sampai tak mengabariku?

       Semua pesanku terkirim dan dibaca, tapi hingga sekarang tak ada satu pesanpun yang terbalas.

"Perlu Abang antar, Dek? "

Aku menoleh kebelakang,  menemukan Bang Amar yang baru keluar dari pintu karyawan.

Aku menggeleng sambil tersenyum "Udah pesan ojek bang," jawabku memperlihatkan ponsel.

"Oke,  Abang tunggu sampai tukang ojeknya datang."

   Kali ini aku tak bisa menolak,  aku menunggu ojek online sambil bercakap dengan bang Amar yang duduk diatas motornya.

"Kalian kenapa belum pulang? "
Kami menoleh kesumber suara.
Pak Richard, baru selesai mengunci pintu bagian depan resto, berjalan menghampiri kami.

"Nunggu Ojek, Pak." Jawab Bang Amar sopan.

"Siapa yang naik ojek?"

"Saya Pak"

Pak Richard diam seperti tengah mencermatiku.
"Kamu pulang aja Mar, biar Rindu saya yang temani."

Aku yang dengar perintah Pak Richard sedikit terkejut, begitu juga dengan Bang Amar yang langsung mendongak ke Beliau.
"Bapak saya nggak apa-apa kok, sebentar lagi drivernya juga pasti datang." kataku tak enak hati.

"Coba telepon posisinya dimana? "

Aku menghembuskan nafas berat, sebab drivernya tadi emang mengabari kalau ban motornya bocor.

"Mungkin masih di bengkel Pak"

Kedua alis beliau menukik tajam sembari melihatku "Bengkel? "

Aku ngangguk membenarkan, "Bannya bocor>" jawabku sambil nunjukin chat an kami.

"Kenapa nggak bilang dari tadi?  Di cancel aja. Saya antar pul___"

Tiin.Tin.

Aku terjengit kaget dengar suara klakson yang dibunyikan keras.

Melihat mobil SUV hitam bernomor plat B 4124 berhenti tepat didepan kami, bikin jantungku rasanya mau copot.
Apa lagi ketika kaca mobil bagian kemudi terbuka.

"Masuk!"

Aku yang masih kaget hanya berdiri mematung.  Antara sadar atau tidak kalau yang sedang duduk dibalik kemudi adalah Bara.

"Rindu Ardhita!"

Mendengar namaku disebut, aku menemukan kesadaranku kembali.
Bara menatapku tajam sambil memberikan kode untukku masuk.

"Pak terimakasih suda__"

"Masuk Rindu!"

Bukan marah karena Bara udah bersikap tak sopan, Pak Richard justru mengulas senyum tipisnya
"Hati-hati." Pesannya tenang.

APOLOGY  [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang