Just Go-iKON
💔
💔
Happy Reading, LoveSejak saat kami sudah lebih dulu pamit pulang, kupikir aku akan sebebas itu dari Bara. Nyatanya baru duduk tenang di dalam mobil Mas Lucas, deringan ponsel di tasku membuatku menarik napas panjang karena mengetahui nama yang tertera di layar ponsel.
"Apa?"
"Sudah di mana?"
"Masih di jalan, ada apa?"
"Sampai rumah mandi terus keramas, Aku sudah di bandara, sebentar lagi take off." Kedua alisku refleks terangkat mendengar titahnya.
"Kenapa harus mandi dan keramas?"
"Ada bekas bibir orang di rambutmu. Aku nggak suka! Kalau saja tadi nggak ada Shasa aku yang bakalan bersihin sendiri."
Ya Tuhan, untung saja Mas Lucas sedang keluar untuk membeli kue pesanan Mbak Hani, karena jika dia mendengar ini pasti dia juga akan marah.
"Kamu telepon cuma mau bilang ini? Nggak penting banget tau nggak."
"No, satu lagi, aku kemarin sudah beli rumah nggak jauh dari kompleks rumahmu. Udah aku bayar tinggal ambil kunci, bisa minta tolong ambilkan nanti kalau renovasinya sudah selesai?"
Hah, maksud Bara apa sih?
"Tahun depan kontrakku habis di label musik yang sekarang, aku lagi mempersiapkan diri buat mundur dari panggung hiburan. Aku mau dekat dengan kamu dan Shasa aja, Rin."
Aku tidak langsung menjawab sebab masih benar-benar terkejut dengan pilihan Bara, Ini adalah hal yang sangat mustahil untuknya, selain dia sudah membangun kariernya sejak lama, dia tidak mungkin akan betah di sini yang jauh sekali dengan kemewahan khas kehidupannya.
"Bar, kamu nggak perlu buru-buru, aku nggak bermaksud ikut campur, hanya saja kariermu sudah bagus, selain itu menjadi orang biasa seperti kami bukan hal mudah buat kamu nanti."
"Apa itu artinya kamu nggak bisa terima aku kalau aku bukan artis lagi?"
"Bukan soal itu!" sanggahku cepat, "aku sama sekali nggak permasalahkan kamu akan kerja apa, tapi ini tentang gimana kamu beradaptasi dan gimana tanggapan keluargamu. Ayahmu pejabat negara Mamamu juga bukan orang sembarangan, apa kamu mau hidup mengembel sedangkan kamu sudah terbiasa dangan segala fasilitas yang ada?"
"Untuk apa juga aku mesti mikirin kemewahan kalau hidupku ada di kamu dan Shasa. Aku sama Juni lagi merencanakan buka kedai kopi di sana, aku masih punya banyak waktu untuk belajar mengelola kedai kopi."
Penjelasan Bara seketika membuatku diam, aku tentu tidak bisa meremehkan kemampuan Juni, teman-teman Bara adalah orang mandiri semua, tapi...
"Tante Ajeng nggak akan semudah itu biarin kamu ke sini. Kamu anaknya satu-satunya, Bar."
"Iya, aku tahu. Tapi biarin ini jadi urusanku. Aku sadar, sejujurnya keterlaluan kalau maksa kamu buat tetap terima aku, Rin. Tapi semenjak kita ketemu lagi, aku selalu berpikir jika Tuhan sedang memberikan kita kesempatan untuk memperbaiki diri, kita bisa sama-sama lagi dan bisa menebus kesalahan kita. Makanya, kupikir sudah saatnya aku pindah dekat kalian."
Saat Bara mengatakan itu, aku refleks menoleh ke belakang untuk melihat Shasa, "Sampai sekarang aku masih kebingungan untuk menebus semua kesalahku pada kalian, atau---"
Terdengar hembusan napas keras dari seberang sana, dan hatiku justru kian was-was di buatnya, "Sekarang baiknya aku mulai sadar diri kalau kamu sudah mencintai Lucas, No problem, Rin. Jika kamu mengatakan kamu mencintainya dan lebih memilihnya, aku akan tahu diri untuk menjauhimu tapi jangan paksa aku untuk menjauh dari Shasa juga."
![](https://img.wattpad.com/cover/163695965-288-k980354.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
APOLOGY [TERBIT]
Literatura Kobieca[Selesai, beberapa part sudah di unpublish] Kata Maaf rasanya tidak lagi akan cukup -Bobby A.k.a Barra- Rank 1 in #chicklit 11 maret 2021