A P O L O G Y|47

6K 808 142
                                    

Devil-Bobby
🔥
🔥

Happy reading, Love...

Bara's POV

"Gimana, Bri?"

"Udah aku urus, Bar. Tapi semua sama, tabungan dan tiga kartu debitmu dibekukan sementara."
Tanganku  mengepal di sisi tubuh. Amarah yang sedari tadi kutahan seperti tidak lagi bisa kukendalikan saat Brian mengatakan kabar buruk tersebut.

Sudah sebulan ini hubunganku dengan Mama kian rumit. Mama membekukan uang tabungan dan uang yang kusimpan dikartu debitku. Semua berawal ketika dua bulan yang lalu aku mengatakan niatku akan mundur dari dunia hiburan.
Mama marah, terlebih dia tahu aku sudah membeli rumah di Jogja dan berencana menetap di sana.

Semenjak hubunganku dan Rebecca selesai, bukan berarti Mama membebaskanku memilih siapa yang akan mendampingi hidupku. Mama tidak berhenti menjodohkan ku dengan perempuan pilihannya dan ketika aku menolak, amarahnya kian memuncak.
Tidak terhitung beberapa kali tim make upku harus kualahan menyamarkan bekas memar yang dibuat oleh orang-orang suruhan Mama, semuanya seperti tidak terkendali lagi.

"Aku ada dua ratus, sisanya kita cari sama-sama."

Suara Brian terdengar lirih, mungkin juga sudah pusing harus membantuku seperti apa lagi karena beberapa menit yang lalu aku memintanya mengambil uang tambunganku untuk menebus Shasa.

"Aku tunggu di panti, Bri. Jangan lupa ambil uangku di tempat biasa, Thank You sebelumnya."

"Bar jangan gegabah, kita cari solusi. Tenang, Oke?"

“Hm."

Bagaimana aku bisa tenang jika aku tidak tahu nasib putriku? Semua orang boleh menyakitiku bahkan membawaku ke neraka sekalian, tapi tidak dengan Shasa dan Rindu. Aku tidak akan pernah mau siapapun menyentuh mereka.

Melihat Rindu yang menatapku kecewa, mungkin dia tahu aku gagal mengumpulkan uang, tapi aku juga nggak pengin menyerah begitu saja.

Aku kembali membuka ponsel, untuk mencari nomer Juni. Sepertinya diantara yang lain, dia lebih bisa membantuku sekarang.
Begitu nada sambung berbunyi, aku berulang kali gelisah menunggunya mengangkat panggilan. Sialnya, hingga dua kali menelpon, dia tidak juga menjawab. Aku benar-benar nyaris putus asa, tapi kemudian mengingat Lucky yang kemarin sempat berniat membeli salah satu mobilku.

Baru hendak mencari nomer Lucky, sebuah panggilan membuatku tanpa sadar menghela napas lega.

"Kenapa beb?"

"Jun, bisa bantu aku?" tanyaku langsung pada intinya, “aku butuh uang."

"What? Bangkrut kamu? Perasaan job lancar."

"Aku lagi butuh Jun, lima ratus juta."

"Anjing! Berapa?" Pekik Jun bersamaan dengan suara pintu yang tertutup keras.

"Lima ratus juta, Jun. Aku jamin pakai apartemen. Kamu bisa ambil kunci aksesnya," ucapku tak kehabisan akal. Apartemenku bernilai tiga kali lipat, setidaknya itu cukup.

"Butuh duit sebanyak itu buat apa sih, Bar? Please, ya. Jangan aneh-aneh lagi."

"Shasa diculik. Mereka minta tebusan satu miliar, sedangkan aku nggak punya cukup banyak uang karena Mama bekuin semua uang tabunganku."

"Anjir nenek lampir!" Maki Jun kasar, "Dia manusia bentukan dajal, ya?"

Aku sudah prediksikan Juni akan bereaksi seperti ini, tapi aku tidak ada pilihan lain selain minta tolong padanya.

APOLOGY  [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang