Hallo, seperti janjiku di Instagram untuk update Apology. Yuk, mari aku tepati...
Happy reading love
Terkadang aku juga tak percaya sudah menjalani kehidupan rumah tangga, bahkan dengan laki-laki yang dulunya paling tak ingin kutemui lagi. Aku sempat memutuskan untuk tidak akan menikah dengan siapapun ketika Shasa hadir. Bukan karena aku mau mengingkari takdir Tuhan, hanya saja kisah orang tuaku, perlakuan orang lain terhadapku dan luka yang diberikan keluarga Bara sangat membekas. Hingga rasanya, sendiri jauh lebih baik dari pada harus menjalani pernikahan yang belum tentu juga bisa membuatku bahagia.
Entah terlalu bebal atau memang takdirku kembali bertemu Bara. Perjalanan kami hingga kembali bersama juga bukan hal yang kusesali. Hari ini dua tahun pernikahan kami, sejauh ini perlakuannya kian manis meski terkadang aku juga kerap kerepotan jika dia berubah lebih manja dari Shasa. Dia tidak terus begini, ini hanya beberapa kali ketika kita hanya berdua, sebab selebihnya dia bersikap sangat dewasa dan gagah bertanggung jawab atas aku dan Shasa.
Pagi hari, dia tak pernah sekalipun lewat mengantar Shasa. Meski dia baru pulang dari kedai tengah malam dan pagi-pagi harus ke rumah Mbak Hani yang jaraknya lumayan jauh, tapi dia tak keberatan. Atau semisal dia ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan, siangnya dia yang akan menjemput Shasa di sekolah. Mungkin ini terjadi karena Shasa pernah mengadu jika beberapa temannya tak percaya Shasa mempunyai Ayah musisi terkenal. Bara yang memang overprotektif dan terkadang terlalu implusif.
Pernah juga dia mengantarkan Shasa sampai depan kelas dan menyalami satu persatu teman sekelas Shasa. Dia juga tak segan mengambil rapor Shasa saat kenaikan kelas kemarin.Aku tak percaya ini, tapi siapa juga yang tak akan luluh hatinya melihat kesungguhan Bara? Seperti malam ini, dia berkata akan menjemputku di Sleman padahal jarak dengan kedai cukup jauh dan mecet, tapi karena dia bersikeras, aku akhirnya mengalah juga.
Aku selesai merias hingga malam karena kini berada di rumah mempelai laki-lakinya. Acara
Ngunduh mantu baru selesai pukul tujuh malam. Butuh waktu sampai satu jam sampai aku selesai membereskan peralatan make up dan baju yang di pakai keluarga. Bara mengabari kemungkinan datang lebih malam, sehingga selesai beberes aku memilih menemani tim wardrobe membongar mega mendung dan mengangkut kursi.Memasuki usia kehamilan ke tujuh belas Minggu, sebenarnya aku belum merasakan perubahan spesifik, hanya sedikit mudah lelah dan malas membersihkan rumah. Sekali lagi beruntungnya Bara tak mengeluhkan ini. Dia membawa baju kotor kami ke laundry dan membayar orang untuk membersihkan rumah setengah hari.
"Rin, belum balik?" Mas Ardi keluar dari mobil pick up. Dia langsung membongkar tenda karena besok sudah harus memasangnya ke tempat yang lain. Belakangan ini Mas Ardi sering ijin, sesuatu terjadi dalam rumah tangganya. Baru setelah proses persidangan perceraiannya dengan istri selesai kemarin, dia kembali bekerja.
"Nunggu Ayahnya Shasa jemput, Mas. Gimana udah ketemu sama Nilam?" Nilam itu anak Mas Ardi, yang kudengar Mas Ardi tengah memperjuangkan hak asuh untuknya, karena tak ingin anaknya tinggal bersama Ibunya yang sebentar lagi akan menikah dengan lelaki lain. Seseorang yang masuk dalam rumah tangga Mas Ardi hingga mereka sepakat berpisah.
"Alhamdulillah, meski alot hak asuh Nilam ke aku. Gimana pun dia masih di bawah umur kan? Ini agak sulit buat merjuangin hak asuh Nilam."
Aku mengangguk. Karena kalau tak memiliki alasan kuat, anak di bawah umur kemungkinan akan bersama Ibunya sampai dia bisa memilih pada siapa akan tinggal.
"Sini duduk, Rin."
Mas Ardi menarik kursi dan memintaku duduk di sampingnya.
"Cuma aku mikir, apa bisa jadi ayah sekaligus Ibu ya. Tahu sendiri, aku nggak bisa kasih waktu banyak buat dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
APOLOGY [TERBIT]
Чиклит[Selesai, beberapa part sudah di unpublish] Kata Maaf rasanya tidak lagi akan cukup -Bobby A.k.a Barra- Rank 1 in #chicklit 11 maret 2021