Jejak Langkah |1

14.4K 874 28
                                    

      Tidurku sedikit terusik oleh suara ketukan yang berasal entah dari mana. Awalnya aku hanya diam mengabaikan suara itu,  tapi ketika ketukan terdengar semakin keras, akhirnya aku memilih membuka mata.

         Menata kesadaran yang belum sepenuhnya penuh lalu melirik jam yang berdiri diatas nakas.

00.45 AM

         Aku menarik nafas panjang sebelum kedua kakiku menginjak pada lantai keramik kamar, lalu, berjalan menuju jendela.
Ya, ketukan itu berasal dari sana.

        Sebelum jendela terbuka sepenuhnya, aku terlebih dulu mengintip siapa orang yang tengah malam begini mengetuk pintu.

          "Lama banget," gerutunya sambil mulai memanjat jendela, dengan sepasang sepatunya yang dia tenteng masuk ke dalam kamar.

          Dia adalah Bara.

        Kekasihku.

          Jangan tanya bagaimana orang bisa sepertiku bisa menjadi pacarnya. Karena kalau mengingat itu, aku sendiri tidak percaya.

          Dia aktor sekaligus penyanyi yang karirnya sedang menanjak sekarang.

        Jangan bilang juga aku main dukun atau sebagainya.

      Serius aku tak segila itu.

        Aku juga tak tahu kenapa cowok yang tengah mengenakan kaos polos warna hitam berpadu dengan kemeja motif kotak-kotak warna elektrik ini mendekatiku.

        Awalnya aku curiga hanya dijadikan korban turt or dare atau bahan bullynya, tapi ternyata aku salah.  Satu tahun terakhir ini Bara menunjukan perhatiannya, membuatku lama-lama jadi mulai bisa membuka hati padanya.

     Tuh kan malah bengong."

        Dia datang membawa sesuatu dalam kantung plastik. Seperti kebiasaanya setiap datang ke rumah.

        Aku mengambil alih plastik itu dan berjalan menuju dapur dengan langkah gontai, bermaksud memindahkan makanan kedalam piring.

       Rupanya kali ini dia membawa sebungkus nasi goreng.
Dari aromanya jelas mengoda, hanya saja karena badanku yang lelah dan mataku ngantuk berat.  Aku memutuskan mengangsurkan sepiring nasi goreng untuknya saja.

       Bara masih diam sembari memainkan ponsel di ruang makan. raut wajahnya terlihat sangat lelah, Perlahan Tubuhnya bersandar pada sandaran kursi.

       "Makan!" titahku mendorong nasi goreng ke hadapanya.

        "Sendoknya cuma satu? Mau suap-suapan?" tanya Bara dengan kedua alis naik turun.

        "Kamu aja, aku nggak lapar."

      Kedua alisnya berhenti bergerak, lalu kini malah memincingkan mata padaku,
       "Aku beli ini buat kamu loh, yang."

        "Aku nggak minta," jawabku malas. Tak ingin meladeni kemarahnnya, aku mengambil gelas bersih dan mengisinya dengan air mineral.

         "Sini aku suapin," Ucap Bara sambil memaksaku mendekat.

          "Aku kenyang, Bar."

      Dia mendengkus keras, lalu mendorong piringnya menjauh.

       Ya Tuhan, Jika kalian fans berat Bara pasti tidak akan percaya ini.
Cowok dengan gaya Cool, mandiri dan angkuh itu, berubah menjadi mudah marah dan manja jika sudah di hadapanku.

       Bahkan dia sedikit-sedikit merengek jika aku tidak menurutinya.

       "Oke, aku juga nggak makan! Biarin nanti aku sakit."

      Nah kan.

        Aku mengeram menahan kesal,  segera kutarik piring dan menyendoknya rakus ke dalam mulut.

          Dia tersenyum puas melihatku marah dan melahap nasi gorengnya.

        "Buka mulut!" Pintaku ketus.

        Dia nurut, membuka mulutnya lebar lalu mengunyah nasi gorengnya dengan senyum puas.

         Sekitar lima menit nasi itu sudah tandas oleh kami berdua.

***

        "Kamu nggak mau pulang, Bar?" tanyaku setelah mengecek jam di atas nakas.

Bara, cowok itu sedang bersandar di atas ranjangku dengan asik memainkan ponselnya.

        Sedangkan aku hanya duduk di bangku belajar sambil menunggunya pulang. Sayang pertanyaanku yang entah sudah keberapa kalinya, justru hanya dijawabnya dengan deheman.

         "Sini!" pintanya menepuk bagian kosong ranjangku.

          "Enggak," tolakku keras, "Pulang sana, besok kan masih ketemu di sekolah," lanjutku.

         "Kalau di sekolah kan nggak bisa pacaran, sini, Rin."

         "Nggak mau Bara, kamu mau pulang atau aku tidur di kamar Ibu?"

         "Tidur di sini aja, bareng, yuk!"

          "Sinting!" Umpatku kesal, lalu, meninggalkan Bara di kamarku.
Aku memilih masuk ke kamar Ibu dan tidur di sana,  sambil merasakan aroma wangi khas Ibu yang sudah dua tahun ini tidak kunjung pulang.



Bara a

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bara a.k.a Bobby si Raja gombal yang suka bikin ciwi-ciwi histeris.
💕💕💕

*Maaf untuk typo.

Love,
Rum

APOLOGY  [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang