Hallo, yang nunggu apology. Drop emotion Love dulu di sini bisa?
Terima kasih.
❤️❤️❤️
"Mbak Rindu, terima kasih sudah jauh-jauh datang ke Jakarta menemui kami. Semoga semuanya diberikan kelancaran, ya, Mbak."
Aku mengangguk sopan pada Pak Haris dan istrinya serta anak dan calon menantunya. Kami baru selesai membicarakan perihal persiapan pernikahan anaknya.
"Sama-sama, Pak. Saya juga berterima kasih sudah mempercayakan sanggar Atma untuk melengkapi kebahagiaan Mbak Icha dan suami," balasku kemudian.
"Nanti Icha telepon, Mbak, kalau Icha sudah ada ijin pasti tanggal prewednya, ya."
Aku mengangguk sembari tersenyum untuk menjawab ucapan Icha, "Kabari satu Minggu sebelumnya. Karena kalau kita pilih di tempat umum, biasanya butuh ijin dan nggak bisa dadakan."
"Siap, Mbak Rindu." jawab Icha kemudian.
Setelah berpamitan dengan keluarga Pak Haris, aku dan Mas Lucas segera bergegas menuju hotel di mana acara pernikahan Lala dan Dino diselenggarakan.
Lala ini adalah adik kembarnya Bintang, sebenarnya hubungan kami tidak sedekat itu, kami hanya bertemu beberapa kali dalam artian benar-benar ngobrol, karena meski dulu satu sekolah, kami pisah kelas. Jika ada alasan besar kenapa aku memutuskan untuk datang, itu karena aku berhutang budi pada Bintang. Dan, kurasa tidak ada salahnya juga, sebab di hari yang sama aku ada janji ketemu dengan keluarga Pak Haris.
Hingga di sinilah aku berada sekarang, aku memilih tidak langsung menemui Lala, namun duduk di salah satu meja tamu paling ujung dekat pintu masuk. Antrian cukup ramai, hingga aku memilih menunggu sembari melihat seseorang yang amat kukenal tengah bermain piano di panggung yang sudah disediakan.
"Namanya Gendis, dulu dia temanku semasa SMA."
Mas Lucas mengangguk sembari ikut mengamati Gendis, "Gendis yang katanya kamu sempat menumpang di apartemennya?"
Aku mengangguk, tiba-tiba lintasan saat itu seperti kaset kusut yang berlarian di kepalaku. Begitu permainan pianonya selesai, aku kembali terkejut karena dia mengambil tongkat yang disimpan oleh salah satu pemain musik, lalu memakainya untuk berjalan turun.
Gendis?
Dia kenapa?
"Udah sepi, kita temuin pengantin terus pulang, yuk!" Sentuhan ringan di bahu, membuatku menoleh pada Mas Lucas, menyeret perhatianku dari Gendis "Kita langsung balik ke Jogja, loh. Kecuali kamu mau menginap di hotel ini sekalian."
"Nggak, ah. Aku kepikiran Shasa, Mas. Tadi kita janji sama dia nggak akan nginep, kan?"
"Kalau gitu, ayo!" ajaknya yang langsung kuangguki.
Kami ikut mengantri untuk bertemu dengan Lala, tidak seramai tadi, tapi cukup lama karena beberapa orang mengambil foto selepas memberikan selamat pada Lala dan Dino.
"Rin, aku pikir Bintang bohong kamu akan datang," ucap Lala setelah kami saling peluk, "Terima kasih, ya, udah jauh-jauh."
"Aku sekalian ada kerjaan tadi, La. Selamat, ya."
Setelah berbasa-basi sebentar, lalu mengambil foto dari kamera ponselku, Pandangku sempat terhenti pada sosok Bintang yang ternyata berdiri tidak begitu jauh dari pelaminan. Dia sendiri, mengenakan tuxedo warna hitam dan langsung tersenyum ketika pandangan kami saling bertemu. Aku juga sempat terkejut saat tiba-tiba kurasakan tangan Mas Lucas membelit pinggangku erat. Namun, ketika pandangan Mas Lucas terlihat memperhatikan seseorang, aku baru sadar, ada Bara dan Rebecca yang sepertinya baru datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
APOLOGY [TERBIT]
ChickLit[Selesai, beberapa part sudah di unpublish] Kata Maaf rasanya tidak lagi akan cukup -Bobby A.k.a Barra- Rank 1 in #chicklit 11 maret 2021