3-Sakit

3.4K 233 7
                                    

Suara dobrakan pintu terdengar keras, Inez segera memasuki kamar putrinya itu dan benar saja, sesuatu telah terjadi pada Senja.

"Mang, cepet panggil ambulan!!" laki-laki itu mengangguk dan segera menghubungi ambulan untuk datang ke rumah. Inez menatap khawatir putrinya, memang ini bukan kejadian pertama, namun perasaan khawatir jelas ada dalam hatinya.

"Gimana, Mang?" tanya tak sabaran Inez.

"Sebentar lagi, bu." Tak berselang lama bunyi sirine terdengar, laki-laki yang biasanya dipanggil Mang atau Mang Aji itu pun segera keluar untuk menuntun petugas.

Inez mengikuti langkah kaki petugas yang membawa putri dengan tergesa-gesa. "Bu!!" Inez menoleh dan mendapati asisten rumah tangganya yang membawa tasnya. Setelah mengucapkan terima kasih ia segera masuk ke dalam mobil dan mobil pun melaju meninggalkan kediaman itu.

"Bik, tuan sudah dihubungi?" tanya Mang Aji.

"Astagfirullah, lupa Mang. Untungnya kamu ingetin," ucapnya yang biasa dipanggil Bik Ati itu.

"Assalamualaikum, tuan."

"...."

"Begini tuan, non Senja masuk rumah sakit."

"...."

"Baik tuan."

Tut tut

"Bagaimana?"

"Katanya menyusul ada pekerjaan," jawan Bik Ati. Mang Aji hanya mengangguk walau dalam hati sebenarnya ia tahu mengapa atasannya beralasan seperti itu.

"Ya sudah, saya kembali ke depan." Mang Aji pun keluar dan Bik Ati kembali untuk membereskan rumah. Rumah ini memiliki enam kamar dan empat kamar mandi, namun tidak terlalu luas. Tiga kamar di atas dan tiga kamar di bawah.

Di dalam mobil ambulan Inez menceritakan kejadian yang Senja alami, namun hanya saat ia menemukan Senja sudah tergeletak. Ia juga mengatakan tidak mengetahui mengapa anaknya bisa sampai pingsan seperti ini.

Setelah sampai di rumah sakit Senja segera dilarikan ke IGD untuk segera ditangani. Inez pun duduk di depan ruang tunggu. Kenapa dia tak menelpon ayah Senja? karena ia merasa tak berhak. Kenapa ia berkata seperti itu? dirinya dan ayah Senja terlibat suatu hubungan yang cukup rumit dan hingga kini Senja belum mengetahui kebenaran yang sebenarnya. Keduanya sepakat akan mengatakannya ketika Senja berusia 17 tahun atau saat keadaan di luar kendali.

Namun, Inez merasa dirinya tak akan bertahan hingga saat itu. Ia takut dirinya tidak sempat mengatakan yang sebenarnya pada Senja. Padahal dulu ia sempat ingin mengatakannya, tepat saat Senja masuk SMP. Namun, dirinya dicegah oleh pria itu membuatnya harus menahan diri.

Sebenarnya setiap hari Inez dirubungi rasa bersalah. Ia tak akan mampu membayangka bagaimana raut wajah Senja nanti ketika mengetahui segala kebenarannya. "Maafkan ibu, sayang," lirih Inez.

"Bagaimana, dok?"

"Mari anda ikut saya!"

Sedangkan di tempat lain terdapat dua anak muda yabg sedang duduk di sebuah mobil. "Jadi beneran nih?"

"Iya, gue penasaran banget sama tuh mobil yang kemaren kita liat," ucap Varent yakin, sembari melihat ke arah gerbang.

"Liat mobilnya keluar!!" Athaya segera menjalan mobil dan mengikutinya dengan jarak aman.

"Ke kantor, kok!!" ucap Athaya melihat pria itu keluar, namun ternyata pria itu justru berdiri di depan kantor dan memasuki mobil yang keduanya lihat kemarin.

"Tuh kan bener!! itu mobil bokap gue!!" seru Varent melihat ayahnya memasuki mobil tersebut.

Athaya tak menanggapi ucapam sahabatnya, ia masih fokus mengikuti mobil di depannya hingga berhenti di sebuah rumah sakit. "Ngapain bokap kemari?"

Athaya dan Varent turun dan melihat pria itu bertanya kepada resepsionis. Setelah pria itu pergi, keduanya menghampiri resepsionis. "Permisi!!"

"Iya, ada yang bisa dibantu?"

"Mau tanya sus, pria tadi ingin menjenguk siapa, yah?"

"Ada hubungan apa, yah dengan pria tadi?  karena kami tidak dapat sembarangan memberi informasi."

"Saya putranya, sus," jawab Varent.

Saat suster itu menjawab Varent dan Athaya shok mendengar jawabannya. Setelah mengatakan 'terima kasih' keduanya memilih kembali ke mobil karena masih belum percaya sepenuhnya.

"Gue nggak yangka!!" ucap Varent masih tidak percaya.

"Sekarang kita pulang dulu!!"

























Jangan lupa Vote N Komen dan baca cerita Arissa yang lain.

Order novel Arissa yuk. Judulnya "WHERE IS MY DADDY, MOM?"

 Judulnya "WHERE IS MY DADDY, MOM?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👇👇👇👇👇👇👇👇👇

Senja " Di Siang Hari " Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang