46-Kesialan

1.3K 106 5
                                    

Tak terasa sudah satu minggu Senja berada di rumah Abi. Selama seminggu ini di masih aman karena Abi selalu berada di rumah. Apalagi Varent yang selalu berada di sekitarnya.

Namun, mulai hari minggu ini Senja akan sendirian. Kenapa? Abi dan Aezar sedang melakukan perjalanan bisnis sejak kemarin hingga dua minggu ke depan.

Varent? dia sedang melakukan persiapan untuk ujian dan tes masuk perguruan tingginya. Apalagi Varent memang mengincar salah satu PTN favorit dan Varent menginginkan lewat jalur undangan. Maka dari itu ia berusaha sekuat tenaga.

Senja juga sudah mulai dekat dengan Gara. Hanya saja sikap Gara padanya membuat Senja menjadi tak nyaman.

Senja tak tahu sikap Gara padanya hanya untuk menggodanya atau sungguhan yang pasti ia tak suka dengan sikap Gara yang memperlakukannya seperti seorang laki-laki kepada perempuan alias pasangan.

Senja hanya tak ingin sikap Gara sekarang justru menimbulkan masalah nantinya.

Sedari tadi Senja hanya berdiam diri di kamar sembari mengerjakan tugas sekolahnya dari pada ia keluar dan justru menimbulkan masalah kembali.

Hari hampir siang dan Senja baru menyelesaikan tugas untuk hari senin besok. Karena merasa lapar, ia pun memberanikan diri untuk keluar kamarnya.

Suasana hening yang pertama kali menyapanya. Senja menghela napas lega saat ia tidak mendapati Leta. Baru saja akan membuka kulkas sebuah suara menghentikannya.

"Enak ya sekarang, kerjaan hanya makan dan tidur!" sinis seorang wanita paruh baya, Senja sangat mengenal suara ini.

"Maaf Tante, aku baru selese ngerjain tugas sekolah," jawab Senja takut.

"Halah, alasan. Bilang aja kamu malas kan? udah sana lebih baik kamu bantu tukang kebun di belakang. Saya akan minta seseorang mengawasi kamu, kalau males-malesan kamu akan dapat akibatnya!" ucap sarkas Leta.

Sambil menahan lapar, Senja berjalan menuju halaman belakang tanpa protes. Ingat, Senja tak ingin semakin menimbulkan masalah!

"Enak aja, cuma numpang. Aku bakalan buat dia berguna di sini!"

Tak butuh waktu lama Senja sampai di halaman belakang dan melihat tukang kebun yang sedang menyapu. "Pak!" seru Senja.

"Iya Non, ada apa?"

"Saya diminta bantu Bapak," jawab Senja.

"A-apa jangan Non, nanti saya kena marah, Tuan," ucap takut tukang kebun itu.

"Tapi kalau saya nggak bantuin Bapak nanti-"

"EH ... MALAH ENAK-ENAKAN NGOBROL, CEPET KERJA!"

"Baik Nya!"

"KAMU JUGA!" Senja segera mengambi gunting kebun dan mulai menggunting beberapa dahan tanaman yang sudah mati.

Non Senja, ucap batin nanar sang tukang kebun.

Dia dengan jelas melihat bibir Nona mudanya yang pucat pasi. Pasti Nona mudanya sedang tidak enak badan, tapi majikannya justru menyuruhnya seperti asisten rumah tangga saja.

Apa dirinya harus mengatakan ini pada Tuan besar atau Tuan muda?

Namun, jika dia mengatakannya apa tidak masalah? nanti dirinya justru dipecat oleh Majikannya. Ia harus bagaimana?

"JANGAN MALES-MALESAN!"

Sang tukang kebun menyelesaikan pekerjaanya dengan cepat bertepatan dengan Leta yang pergi ke dalam mansion.

"Ini kesempatan bagus," gumam sang tukan kebun.

"Non, mending duduk aja," pinta sang tukang kebun yang tidak tega.

Senja " Di Siang Hari " Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang