65-Kelepasan

603 44 3
                                    

Hari sudah semakin larut, namun Senja justru terbangun. Mungkin karena ia tertidur terlalu awal, sehingga terbangun di malam hari.

"Senja, tidur lagi yuk," bujuk Hayden pada adiknya. Pasalnya jam sudah menunjukkan pukul 02.00 pagi.

Namun, mata Senja sangat segar hingga membuatnya tidak mengantuk. Walau Senja hanya diam sembari menatap langit-langit ruang rawatnya.

"Nanti, Kak," jawab Senja.

Akhirnya Hayden membiarkan Senja hingga mengantuk dengan sendirinya. Tetapi, tidak berselang lama pintu ruangan  Senja terbuka dan nampaknya sosok Aezar dengan raut wajah lelahnya.

"Loh, Bang," celetuk Hayden melihat Kakaknya masuk masih dengan  menggunakan setelan jas rapi.

Tanpa kata Aezar duduk di sofa di depan Hayden. Ia melihat sang Kakak yang seperti sangat lelah dengan pekerjaan kantor. Apalagi Ayahnya sudah melepas satu per satu pekerjaanya untuk diserahkan pada Aezar.

"Mau minum, Bang?" Aezar hanya mengangguk seraya menyandarkan kepalanya di sandaran sofa.

Dengan segera Hayden mengambil segelas air untuk sang Kakak. Setelah memberikannya ia kembali menuju brankar Senja untuk melihat apakah adiknya sudah tertidur.

Hayden mengira adiknya sudah tertidur, namun terlihat mata adiknya yang masih terbuka lebar.

"Senja, ayok tidur. Nggak baik loh buat kesehatanmu," bujuk Hayden seraya mengelus rambut Senja dengan lembut.

"Belum ngantuk, Kak. Sebentar lagi ya," sahut Senja yang masih berada di posisi yang sama.

Aezar yang mendengar hal tersebut pun mulai mendekat ke arah brankar. "Senja, tidur!" titah Aezar tanpa basa-basi.

"Belum ngantuk, Kak," jawab Senja menatap ke arah Aezar.

"Ini udah mau subuh, tapi kamu belum tidur. Cepat tidur!" ucap paksa Aezar.

Hayden yang melihatnya pun mencegah Aezar untuk lebih mendekat. Apalagi posisinya Aezar sedang kelelahan sudah pasti emosinya tidak stabil.

"Nggak mau, Kak. Aku belum ngantuk!"

Hayden menggelengkan kepalanya sambil menatap Senja. Seakan mengatakam untuk menuruti apa yang dikatakan oleh Aezar.

"SENJA! Kalau saya suruh tidur itu tidur kamu tahu saya itu lelah. Tolong jangan menyusahkan!"

"Bang!" tegur Hayden membuat Aezar tersadar akan ucapannya.

Senja yang mendengarnya pun tersentak. "Karena aku anak haram? Makanya nyusahin Kakak? Kalo iya, aku bisa kok ngurus diri aku sendiri. KALIAN NGGAK USAH KE SINI!" sentak Senja menatap keduanya.

Ia mencoba untuk duduk dan menghadap kedua Kakaknya. "Kalian keluar sekarang!"

"Senja, maksud Bang Aezar itu-"

"CEPAT!"

Baik Aezar dan Hayden pun menuruti perkataan Senja. Mereka keluar dengan wajah tertunduk. "Kalo ada apa-apa panggil aja ya," pesan Hayden pada Senja. 

Setelah pintu tertutup, air mata keluar dari pelupuknya dengan deras. Ia menangis menumpahkan semua perasaan yang ia rasakan baik yang sudah ia pendam maupun yang baru saja terjadi.

Senja sangat memahami bahwa hubungannya dengan Kakak yang lainnya tidak akan sama dengan hubungan antara Kakak dan adik kandung yang asli.

Apalagi mereka bertemu di saat usia mereka sudah dewasa. Senja tahu bahwa itu akan berbeda dengan yang sudah bersama sejak kecil.

Maka dari itu, Senja tidak menuntut banyak. Ia tidak pernah meminta suatu hal yang keterlaluan, karena Senja masih mengingat posisinya.

Dalam keluarga ini ia hanya sebatas anak yang terlahir dari kesalahan Ayahnya. Senja tahu hal itu dan ia sangat menjaga perkataanya selama ini.

Selama ia berada di kediaman Ayahnya ia selalu menurut. Tidak pernah meminta yang aneh-aneh atau pun yang lain. Namun, tetap saja ia mendapat perlakuan tidak mengenakan.

Sebenarnya Senja berniat seusai kekuar dari rumah sakit, ia ingin tinggal di rumah lamanya. Walau sendirian menurutnya lebih baik dari pada harus menahan sakit setiap hari.

"Hiks ... Hiks ... Hiks ...."

Ia ingin kehidupan damainya sebelum ia mengetahui semua hal ini. Dimana hanya ada Ibu, Ayah, dan sahabatnya Raina. Itu cukup bagi Senja.

Hidup yang nyaman jauh lebih utama dibanding dengan hidup penuh kemewahan, tetapi banyak kekosongan.

Senja sudah bertekat untuk mengatakan keinginannya ini pada Ayahnya pagi hari nanti. Mungkin karena itu Senja tidak bisa memejamkan matanya.

Ia terlalu takut jika tertidur, pagi hari akan dengan cepat tiba. Senja tidak dapat membayangkan bagaimana hubungannya dengan sang Ayah ketika ia sudah mengatakannya.

Karena itu Senja takut esok hari cepat datang. Ia ingin waktu dihentikan walau itu hanya satu jam.

"Hiks ... Hiks ... Hiks ...."

Sedangkan di luar ruangan Senja, baik Hayden maupun Aezar tidak ada yang membuka suara. Merek hanya duduk diam tanpa bersuara menikmati kesunyian dini hari.

"Sebaiknya Abang tidur di rumah atau ke hotel aja. Mungkin itu yang Abang perluin, untuk Senja biar gue aja yang jaga," celetuk Hayden memecahkan keheningan.

"Tidak, saya ingin di sini. Bukannya siang tadi kamu juga bekerja?"

Hayden menghela napas kasar menghadapi sikap keras kepala Kakaknya itu. "Bang, lo liat sendiri kan tadi. Lo lepas kendali di depan Senja, lo mau kaya gitu lagi?" sahut Hayden yang tersulut emosi.

Mendengar hal itu Aezar terdiam sebelum kembali angkat berbicara. "Baiklah, saya akan ke hotel terdekat. Pagi nanti saya akan ke sini lagi."

Seusai mengatakan itu Aezar berjalan menuju tempat parkirnya. Hayden yang melihat itu pun menghela napas lega.

Ia merasa seperti tercekik dengan kejadian barusan. Hayden memilih untuk duduk sejenak untuk mengatur napasnya sebelum masuk ke dalam ruangan lagi.

Cukup lama waktu yang dibutuhkan oleh Hayden. Setelah dirasa cukup, ia pun memilih masuk ke dalam ruangan dan melihat Senja sedang tidur menghadap ke arah berlawanan dengan pintu masuk.

Hayden masuk dengan perlahan, takut menbangunkan Senja. Ia tahu bahwa ada hal yang sedang dipikirkan Senja, maka dari itu ia tidak memaksa Senja untuk tertidur.

Karena ia tahu bagaimana ketika pikiran sedang kalut. Pasti tidak akan bisa tidur dengan nyaman. Makanya ia hanya diam tanpa mengajak Senja berbicara.

Setelah menutup pintu Hayden berjalan menuju brankar, untuk memastikan Senja benar-benar tertidur.

Namun, ternyata Senja hanya memejamkan matanya. Terlihat matanya yang beberapa kali bergerak. "Senja, Kakak tahu kamu belum tidur," ucapnya seraya duduk di tepi brankar Senja.

"Kakak, nggak tau apa yang kamu pikirin. Mungkin karena kamu bosan di sini terus atau pun yang lain yang pasti kalau kamu butuh teman cerita, kamu bisa bilang ke Kakak dan Kakak nggak akan bilang ke siapapun kalo itu yang kamu mau," lanjut Hayden dengan lembut.

Namun, tidak ada respon dari Senja. Ia hanya diam tanpa mengatakan apa-apa. Melihat hal tersebut pun, membuat Hayden berpikir bahwa Senja benar-benar sudah tidur. Hayden pun memilih bangkit dan berjalan menuju sofa untuk memejamkan mata sejenak.

"Kalau aku bilang mau tinggal di rumahku sendiri gimana?" celetuk Senja membuat Hayden terdiam mendengarnya.

"Ya?"
























Update!

Mendekat UAS tugas makin nggak masuk akal😭.

Maap ya mungkin nggak bisa setiap hari, mungkin kalo udh libur kemungkinan bisa🥹

Doain nugas sama UASnya lancar, aamiin...🤲

Jangan lupa Vote N Komen dan baca story Arissa yang lain🫰
👇👇👇👇👇

Senja " Di Siang Hari " Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang