47-Semakin menjadi

1.3K 112 7
                                    

Setelah kejadian yang cukup membuat Senja terguncang itu membuat keadaan mansion sedikit berubah.

Hawa di dalam menjadi lebih suram dan gelap. Akan berubah jika anggota keluarga yang lain pulang ke rumah.

Leta benar-benar menjaga sikapnya di depan yang lain, walau tanpa disadarinya bahwa ada seseorang yang sudah menyadari sikapnya.

Gara memang belum melakukan apapun, karena ia belum memiliki cukup bukti untuk membuat Leta mengaku dan semua orang percaya.

Semakin ke sini Gara merasa kehilangan sosok Mommynya yang dulu. Mungkin dirinya tak akan pernah merasakannya lagi.

Sebenarnya hari ini Gara berencana untuk diam di rumah, tapi sialnya pagi tadi dosennya menelpon untuk urusan. Membuatnya tak bisa berbuat apa-apa.

Akhirnya Gara pergi ke kampusnya. Walau sebenarnya ia melalukannya dengan setengah hati.

"Ngapain sih, tuh dosen manggil di hari libur gue?" gerutu Gara.

Sedangkan Senja masih berada di kamarnya dengan keadaan dikunci dari dalam.

Entahlah Senja merasa trauma dengan perlakuan Leta kepadanya. Mungkin karena Ibunya tak pernah berlaku kasar padanya, hingga kejadian kemarin membuatnya terkejut.

Seharusnya Senja hari ini berangkat sekolah, apalagi ini adalah hari senin. Namun, kondisi tak mendukungnya, membuatnya terpaksa untuk libur selama satu hari.

"Semoga hari ini lebih baik."

Namun, harapan hanyalah sebuah harapan. Semua bayangan kedamaian Senja lenyap begitu saja saat melihat Leta sudah berada di dalam kamarnya.

Bagaimana bisa?

Senja menatap pintu kamarnya yang sudah rusak itu. Sekarang dia tahu jawabannya.

"Ada apa, Tante?"

"Ada apa? lebih baik kamu bersihan seluruh lantai dua ini!"

"Ta-ta-"

"Nggak ada tapi-tapi, cepat lalukan sekarang atau kamu akan mendapat akibatany!" sarkas Leta sebelum berjalan dengan angkuh keluar kamar.

Bahu Senja merosot. Padahal dia sudah membuat antisipasi dengan mengunci pintu, tapi sepertinya itu belum cukup.

Ingin rasanya ia mengatakan ini pada Abi, tapi dirinya tak memiliki cukup bukti. Ia harus melakukan sesuatu, sebelum semuanya semakin memburuk.

"CEPAT PEL LANTAINYA!"

Dia pun segera berdiri dan berjalan cepat menuju kamar mandi belakang. "Bik!"

"Iya ada apa, Non?"

"Aku cari pel-an, Bik. Ada?" pembantu itu pun mengambilkannya.

"Ini Non, memangnya untuk apa?"

"Nggak papa kok, Bik."

Senja segera mengambilnya dan membawanya ke kamar mandi untuk mengambil air.

Setelah dirasa cukup Senja kembali ke lantai dua. Dia mulai mengepel lantai yang memang sudah disapu itu.

Ia memulainya dari dekat tangga hingga ujung. Senja melakukan berulang-ulang. Sayangnya lantai dua ini cukup luas, karena di lantai ini memang untuk tempat istirahat alias semua kamar anak di tempatkan di lantai dua ini.

Bahkan hampir dua jam Senja mengepel di lantai dua ini baru sekitar setengah lebih yang dia pel. Keringat bercucuran di wajah dan tubuhnya.

Rasa lapar dan haus menyerangnya sejak satu jam yang lalu, tapi ia harus menahannya hingga dia menyelesaikan pekerjaannya.

Senja " Di Siang Hari " Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang