Senja duduk dengan cemas di sebelah Ayahnya. Dia terus memegang erat tangan besar milik Abi. "Ayah ... Ibu pasti baik-baik aja, kan?"
"Tentu sayang, kamu lebih baik kamu istirahat ya," ucap Abi mengelus lembut rambut Senja.
Bukan hanya Abi dan Senja rupanya Gara dan Aezar pun merasakan hal yang sama. Apalagi ketika mereka melihat suster yang terburu-buru keluar dan masuk kembali membuat pikiran mereka ke mana-mana.
"Ayah, Gara izin ke toilet!" Abi mengangguk mendengar ucapan Gara.
Selang kepergian Gara Dokter keluar dengan kepala tertunduk ke bawah. Senja sontak bangkit dari duduknya dan menghampiri sang Dokter.
"Dok, Ibu saja baik-baik aja kan?"
"Pasien ingin bertemu dengan keluarganya!" Gara yang baru saja tiba pun mengikuti langkah yang lain.
Mata Senja membulat ketika melihat Ibunya menahan sakit. "Ibu!"
Senja memegang tangan Inez dengan erat. Ia memandang khawatir Ibunya yang sangat kentara menahan sakit.
"Bu-"
"S-Senja dengerin I-Ibu ngomong. Mulai sekarang ka-kamu baik-baik ya, sa-sama A-Ayah. Janji sa-sama Ibu k-kalau kamu nggak akan ngerepotin," ucap Inez dengan terbata.
"Apa maksud Ibu hiks ...."
Air mata Senja sudah mengalir dengan deras. "Say-sayang, ingat per-perkataan Ibu ya, kalau I-Ibu akan se-selalu ada di h-hati Senja."
Tepat setelah mengatakn Itu mata Inez terpejam dengan senyuman terukir di bibirnya. Senja histeris melihat Ibunya sudah tergolek lemas.
"NGGAK!! IBU BANGUN!!"
Abi menahan tubuh Senja yang terus berontak saat ia menahan tubuh Senja. "Sayang ikhlaskan Ibu kamu." Sungguh hati Abi seperti tertusuk beribu jarum ketika melihat keadaan Senja sekarang.
"Sabar, sayang. Kamu harus tetap tenang."
"NGGAK!! IBU BANGUN!!"
"Waktu kematian pasien 22.34!" Dokter sibuk melepas alat yang berada di tubuh Inez.
"Dokter, ada yang ingin saya tanyakan," celetuk Aezar membuat Dokter itu mengangguk.
Kedua sudah berada di luar ruangan. "Bagaimana hal ini bisa terjadi?"
"Saat kami akan memberikan obat bius tiba-tiba saja tubuh pasien melemah dan saat kami berhasil pasien justru meminta saya memanggil keluarganya dan anda mengetahui apa yang terjadi selanjutnya. Jika tidak ada pertanyaan, saya pamit undur diri, Tuan!"
Aezar masih termenung, memikirkan perkataan Dokter yang terus terngiang-ngiang. Jika begitu berarti Inez belum sempat menjalankan operasinya.
"Bang, lo nggak papa?" tanya Gara yang melihat Aezar duduk sendiri.
"Hah ... nggak kok. Gimana sama Senja? dia baik-baik aja kan?" Gara mengangguk membuat Aezar mengehela napas lega.
"Iya, tadi sempet pingsan karena shok. Jadi, setelah ini apa yang akan terjadi. Semua dugaan Daddy benar adanya, apa Senja akan tinggal bersama dengan kita? kalau gue sih nggak terlalu masalah, begitu pun Varent. Tapi, apa Papa, Mama, dan Mommy mampu menerimanya? justru gue takut kalau Senja nggak nyaman tinggal sama kita."
"Akan saya bicarakan pada Daddy, karena semua keputusan ada di tangannya. Kita tidak bisa protes jika Daddy sudah berbicara, bukan?" Gara pun menyetujui perkataan Kakaknya itu.
"Saya akan mengurus administrasi dan kamu menemani Daddy dan Senja," ucap Aezar sebelum pergi meninggalkan Gara.
Gara kembali menghampiri Ayahnya yang sedang menggendong Senja. Gara dapat melihat pandangan mata Senja yang kosong dan terus menggumamkan kata 'Ibu'.
Jika seperti ini Gara dapat menyimpulkam bahwa Abi akan membawa Senja ke masion. Apalagi saat ini Senja sendirian jika terus menetap di rumah lamanya.
"Gara, kamu tolong belikan air mineral dan roti ya!" pinta Abi.
Dia masih sibuk menenangkan Senja yang sesekali masih sesenggukan itu. "Sayang, kamu tahukan setiap makhluk akan selalu kembali ke sisinya, termasuk kamu dan Ayah. Jadi, Senja harus ikhlas ya, demi kamu dan Ibu juga!" celetuk Abi dengan nada selembut mungkin.
Senja tidak menjawab, ia hanya mengeratkan pelukannya pada leher Abi. Dia hanya masih belum menyangka bahwa Ibunya akan pergi secepat ini tepat seminggu sebelum hari ulang tahunnya.
"Dad, saya sudah mengurus semuanya. Jenazah sudah bisa dibawa pulang!" ucap Aezar yang baru saja mengurus administrasi dengan berkas lainnya.
"Kamu ikut mobilnya ya, Daddy dan Gara akan mengikuti dari belakang," sahut Abi dan Aezar pun menurut saja.
"Gara, ayok ke mobil Daddy kita sudah bisa pulang!"
Senja sekarang sadar bahwa mulai hari ini ia tidak akan melihat senyum indah milik Ibunya. Ia tidak akan bisa bercerita ataupun membuatkannya bekal ke sekolah.
Akan banyak hal yang berubah mulai saat ini di kehidupan Senja dan itu karena Ibunya telah meninggalkannya selama-lamanya. Mungkim benar Senja harus mulai menerima bahwa sekarang dia tidak akan mendapat pelukan hangat dari seorang Ibu.
Maaf pendek, lagi ada kepentingan lain.
Doakan lancar ya😊Siapa yang nggak sabar kehidupan Senja di mansion? bab-bab berikutnya adalah bab yang sudah kalian nantikan😄
Tetap tunggu ya😘
Jangan lupa Vote N Komen dan baca cerita Arissa yang lain.
Order Novel Arissa yuk, judulnya "WHERE IS MY DADDY, MOM?" tertarik😉? bisa pesan dengan :
Form pemesanan
•> Nama lengkap :
•> Alamat lengkap:
• Jalan :
• Rt/Rw :
• Kelurahan :
• Kecamatan :
• Kota/kabupaten :
• Provinsi :
•> Judul buku :
•> Nama paket :
•> No hp :
•> Ekspedisi :Kirim ke no +62 857-3351-8064
Yuk buruan diorder!!😇
ORDER Novel Arissa YUK!!🎉🎉
Judul : JENDELA KAMAR
Tertarik? pesan dengan
Yang mau ikutan bisa isi form di bawah!!👇
Format pemesanan:
Nama :
Alamat lengkap :
No. Hp :
Judul Buku :
Jumlah Pemesanan :
Ekspedisi :Kirim form di atas ke nomor +62 858-7559-8283
Yuk buruan order😇
👇👇👇👇👇👇👇👇👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja " Di Siang Hari "
Teen Fiction(FOLLOW AUTHORNYA DULU OKEY!!) Senja seorang gadis berusia 16 tahun, dia adalah gadis yang ceria dan ramah. Ia memiliki orang tua yang lengkap, namun ada yang yang janggal. Ayahnya tak pernah menginap di rumah selama 16 tahun Senja hidup. Memang set...