Senja sedang bersiap untuk pulang ke rumah. Seperti biasa Senja akan menunggu ayahnya menjemputnya. Saat Senja berjalan ke halte dirinya bertemu dengan siswa yang menghampirinya saat istirahat tadi.
"Hai Ja!!" sapa Varent.
Senja hanya melihat sekilas lalu memperhatikan jalan kembali. Senja adalah anak yang tidak suka basa-basi apalagi di mood yang sedang tidak baik. Untuk saat istirahat itu hanya obrolan semata dan setelah itu selesai. Itu adalah prinsip Senja dan tidak akan berubah. Suara klakson membuat perhatian ketiganya teralihkan, Senja langsung mengenali mobil itu. Berbeda dengan Varent yang seperti mengenal mobil itu.
"Kenapa lo, Rent?"
"Nggak papa, cuma gue kaya pernah liat tuh mobil sama platnya."
"Mobil gituan kan banyak kali," celetuk Athaya.
"Tapi apa sampe platnya? ngak mungkin kali. Kalau diinget-inget tuh mobil mirip kaya punya ... BOKAP GUE ANJIR!!" ucap heboh Varent membuat Athaya langsung meninggalkan temannya karen malu diliati.
Bukan temen gue, batin Athaya.
"Woy!!"
"Kenapa?"
"Tapi gue serius, memang sih bokap gue punya banyak mobil dan mobil yang gue liat itu adalah mobil yang sering dipake kalau mau perjalanan bisnis keluar kota," ucap Varent serius dan Athaya merasakan hal itu.
"Serius lo? terus bokap lo sekarang dimana?"
"Di kantorlah, mobil itu jarang ada di rumah makanya gue asing sama tuh mobil. Tapi waktu beli gue inget banget gimana cirinya. Lo tahukan kalau bokap gue beli mobil langsung ada platnya?"
"Iya gue tahu kok, mungkin kebetulan," ucap Athaya mencoba berpikir positif.
"Ya udahlah, kita pulang aja!!"
Di lain tempat Senja sedang senang karena dapat bertemu dengan ayahnya. "Ayah kenapa selama liburan semester tidak pernah ke rumah? padahal Senja mengharapkan untuk kita bertiga liburan," adu Senja pada ayahnya yang tanpa sadar membuat Abian nama ayah Senja menyesal. Sampai sekarang ada suatu hal yang tak bisa ia ceritakan pada Senja. Abi dan Inez sudah sepakat akan menceritakannya saat umur Senja 17 tahun
"Maafin Ayah ya. Kalau tidak ada pekerjaan pasti ayah akan menginap," ucap sesal Abi.
"Apakah malam ini ayah menginap?"
"Maaf Senja, jika weekend ayah pasti menginap," ucap lirih Abi. Sebenarnya dirinya tak tega mengatakan ini, namun ada hal penting yang harus ia lakukan.
"Iya sudah. Ayah kita makan dulu yah?" Senja kecewa itu pasti entah saat liburan gagal atau ayahnya yang tak menginap. Sebelum libur semester ayahnya pernah berjanji akan liburan bersama, namun selama iburan tiba Senja selalu menunggu ayahnya di depan rumah dan nyatanya ayahnya tak pernah datang ke rumah. Lagi dan lagi Senja harus menelan rasa kekecewaan saat ayahnya mengatakan tak bisa menginap.
Jika saja ayahnya peka bahwa Senja sangat merindukan dirinya, pasti ia akan menginap. Namun Senja tak boleh egois, karena ayahnya juga memiliki tanggung jawab di pekerjaanya.
"Sampai, yuk makan." Abian melepas seatbealtnya dan Senja. Ia lalu keluar dan menggiring Senja masuk ke sebuah restoran.
"Jadi mau makan apa?" Senja pun menunjuk makanan yang ia mau.
"Jadi bagaimana hari pertama sekolah?" tanya Abi.
"Baik," jawab singkat Senja membuat Abi paham bahwa putrinya ini masih ada rasa kesal padanya.
"Kau tidak bertemu dengan teman atau bahkan pacar?" goda Abi membuat Senja cemberut.
"Ayah!! bukannya ayah yang mints Senja nggak pacaran?" ucap kesal Senja. Abi yang melihat itu justru tertawa melihat tingkah lucu putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja " Di Siang Hari "
Novela Juvenil(FOLLOW AUTHORNYA DULU OKEY!!) Senja seorang gadis berusia 16 tahun, dia adalah gadis yang ceria dan ramah. Ia memiliki orang tua yang lengkap, namun ada yang yang janggal. Ayahnya tak pernah menginap di rumah selama 16 tahun Senja hidup. Memang set...