Tak terasa sudah satu minggu Senja mengalami mimpi buruk ini. Sisa satu minggu sebelum dia bebas.
Kenapa?
Karena minggu depan Abi dan Aezar sudah berada di rumah yang artinya Leta tak akan berani macam-macam padanya.
Mungkin sesekali aksi Leta terhenti karena Gara atau Hayden memergokinya dan Senja bersyukur akan hal itu.
Walau setelah mereka pergi dari rumah, Leta akan mulai kembali aksinya. Sedangkan Dena adik ipar dari Leta sering keluar untuk mengurus pekerjaanya sendiri.
Dan tanpa disadari Senja sedari kemarin Dena terus memperhatikannya. Sampai saat waktu makan malam Dena mulai bersikap aneh yang membuatnya sedikit tak nyaman.
Dena mendekatinya. Bukan seperti Leta, tapi dengan sikap lembut seperti sikapnya pada Varent.
Omong-omong tentang Varent besok adalah hari minggu dan Varent sudah berjanji akan pergi berdua dengan Senja setelah satu minggu disibukkan dengan belajar.
Hari ini pun Senja melewati hari dengan berat. Walau sudah mencoba untuk tetap tersenyum dan tegar, tapi itu bukanlah hal yanh mudah baginya.
Apalagi selama ini ia selalu dimanjakan Abi, walau mereka jarang bertemu. Begitu pun dengan Inez yang selalu memberikan kasih sayang padanya.
Memang terkadang Senja akan membantu, jika ia ada waktu dan Inez mengizinkan. Karena Inez tipe orang yang tidak ingin diganggu dalam melakukan pekerjaan.
"Hah, jadi kangen Ibu," ucap getir Senja. Ia menatap kakinya yang sudah tidak semulus dulu.
Mungkin dulu ia memang tinggal di rumah yang minimalis, tapi ia selalu diperlakukan dengan. Tinggal di sini hanya terlihat di luarnya saja senang, tapi di dalamnya tidak.
Bahkan saat di sekolah kadang Senja harus menahan sakit di kakinya. Apalagi sifat peka Raina membuat Senja semakin sulit untuk menyembunyikannya.
Namun, entah kenapa sampai saat ini Raina belum tahu kebenarannya. Senja terus-terusan menolak, saat Raina bilang ingin mampir ke sini.
"Andai aja Ayah sama Kak Aezar udah di sini," gumam lirih Senja sembari membaringkan tubuhnya di kasur.
Mungkin setidaknya Leta tidak mengusirnya dari kamar ini. Mungkin hanya itu yang dapat Senja syukuri, masih dapat tidur di tempat yang nyaman.
"Senja!"
"Ya, nggak dikunci kok!" seru Senja. Ia bergegas memasukkan kakinya ke dalam selimut.
"Bang Varent!"
"Kamu kok tumben udah mau tidur?" tanya bingung Varent.
Ini baru jam tujuh malam. Tapi, Senja sudah menggunakan selimut. "Apa kamu sakit?"
Senja menggeleng pelan. "Nggak kok, cuma capek aja," ucap Senja beralasan.
"Capek? kamu habis ngapain aja di sekolah. Inget loh, nanti asma kamu kambuh!"
"Iya Bang!" tanpa kata Varent memegang dahi Senja membuat sang empu terkejut.
"Kamu demam Senja!" seru kaget Varent.
"Kenapa nggak bilang? apa asma kamu sempet kambuh?" tanya Varent bertubi-tubi.
Inilah kebiasaan Senja. Jika asmanya kambuh, dari jangka waktu 1-24 jam suhu tubuh Senja akan naik.
"Senja, ayo jawab Abang!" desak Varent.
"Iya, sebentar tapi Abang. Itu pun kemarin," aku Senja. Ya, akhirnya dia mengaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja " Di Siang Hari "
Teen Fiction(FOLLOW AUTHORNYA DULU OKEY!!) Senja seorang gadis berusia 16 tahun, dia adalah gadis yang ceria dan ramah. Ia memiliki orang tua yang lengkap, namun ada yang yang janggal. Ayahnya tak pernah menginap di rumah selama 16 tahun Senja hidup. Memang set...