36-Tanpa Ibu

1.9K 134 13
                                    

Pandangan matanya kosong, seperti tidak memiliki hasrat untuk hidup. Mulutnya terus bergumam, tapi orang sekitarnya masih mendengar apa yang dikatakannya.

Pikirannya sekarang hanya tertuju pada Ibunya. Ia rindu Inez dengan segala kasih sayangnya. Senja takut kehidupannya menjadi semakin sulit saat Ibunya tidak ada.

Senja takut!

"Senja!" ucap lirih seorang pria berjas.

Senja tak bergeming atau bahkan menoleh ke samping.

"Mau sampai kapan kamu seperti ini?" ia perlahan mendekat dan memegang kedua tangan Senja sembari duduk di tepi kasur.

"Bang Aezar!" ucapan itu membuat sang empu menoleh.

"Ada apa, Rent?"

"Daddy ...." Aezar mengangguk dan meminta Varent untuk menemani Senja.

Ini sudah tiga sehari semenjak kepergian Inez dan keributan dengan Leta. Sejak itu pun Abi belum menampakkan dirinya. Ia hanya mengatakan pada Aezar ingin menenangkan dirinya.

Mau tak mau Aezar menuruti apa yang Abi lakukan. Lagi pula jika dipikir, mungkin ini waktu untuk Abi berpikir langkah selanjutnya.

Dua hari lalu tepatnya satu hari setelah keributan Leta kembali datang dengan berteriak marah memanggil nama Abi. Aezar yang memang menginap pun mencegah Leta untuk semakin masuk ke dalam.

Bahkan ia meminta pengawalnya untuk membawa Leta keluar rumah. Mungkin perilaku Aezar akan membuat Leta semakin membenci Senja.

Memang berhubungan? tentu.

Leta berpikir bahwa sikap Aezar berubah semenjak mengenal Senja. Menurutnya itu pengaruh yang buruk. Memikirkannya saja membuat Aezar pusing.

"MAS ABII!!"

"AEZAR!!" teriak Leta dari luar rumah.

Aezar yang mendengar keributan di luar pun segera berjalan mendatangi teras. "Ada apa ini?"

Mata Aezar menangkap sosok Leta yang sedang marah itu. Bahkan pengawalnya memegang kedua tangan Leta agar tidak terus histeris.

"Mom, saya tidak meminta Mommy untuk menerima semuanya. Tapi, apa Mommy bisa ngertiin keadaan sekarang?" ucap Aezar berusaha untuk berkata lembut.

"KAMU SEKARANG BERUBAH!!" Leta menyentak tangan kedua pengawal tersebut dan menatap nyalang Aezar.

"Sejak kamu kenal mereka, kamu udah jadi anak PEMBANGKANG!"

"MOMMY!!" sentak Aezar terbawa emosi.

"Ka-kamu?" ucap Leta tak percaya.

"Maaf Mom. Tapi satu hal yang perlu Mommy tahu, bahwa saya kecewa dengan sikap Mommy," ucap lirih Aezar dan pergi masuk meninggalkan Leta yang terdiam.

"SEMUA UDAH NGGAK PEDULI SAMA AKU!!" ternyata Aezar masih menatap Leta dari balik jendela hingga sosok Ibunya pergi dengan perasaan campur aduk.

Aezar tahu ini hal sulit bagi Leta untuk menerima sebuah kenyataan. Namun, yang Aezar minta hanyalah sebuah pengertian untuk sementara waktu saja hingga keadaan kembali membaik.

"Tuan!! Tuan!" panggilan itu membuat Aezar tersentak kaget.

Matanya menangkap sosok Abi yang tampak kacau dan berantakan?

"Daddy, dari mana aja?"

Aezar pun menuntun Abi untuk duduk. "Jadi, apa Daddy bisa jelaskan?"

"Zar, Daddy mau istirahat dulu ya?" Aezar yang tidak tega pun lantad mengangguk dan memapah tubuh Abi menuju kamarnya.

"Kalau Ayah sudah baikkan, kita akan berbicara tentang Senja!" Abi mengangguk pelan sebelum menutup pintu kamar.

"Bang, gimana?" ucap Varent yang baru saja datang.

"Rumit, lebih baik kamu pulang. Kalau kamu terlalu lama di sini yang ada Mommy bakal buat kekacauan lagi. Saya yang akan menjaga Daddy dan Senja. Katakan juga pada Gara kalau dia tidak perlu kemari sebelum saya memberi izin," ucap panjang Aezar.

"Tapi Bang-"

"Sudah Rent, saya mohon kali ini aja turutin perkataan saya. Saat ini kita tidak boleh gegabah dan membuat semua masalah menjadi semakin rumit," ucap Aezar.

"Okey, gue pulang dulu dan kalau ada apa-apa telpon ya, Bang!" Aezar hanya mengangguk.

Aezar menghela napas berat setelah Varent pergi. Dia duduk di sofa meraup wajahnya kasar. "Hallo!!"

****

Di kamar Senja hanya diam tanpa melakukan pergerakan sama sekali. Tanpa sadar dia tangannya terkena gelas hingga pecah berantakan.

Tatapan Senja terus menatap pecahan kaca dengan pandangan sulit diartikan. Namun, hanya satu hal yang ada dibenaknya saat melihat pecahan itu.

Mirip seperti ... hatinya.

Dari luar Aezar mendengar pecahan kaca pun segera datang dengan perasaan cemas luar biasa. Ia takut adiknya melakukan hal yang di luar batas.

Tangan gemetar Aezar membuka kenok pintu dan melihat Senja memegang salah satu pecahan. Sontak Aezar menyentaknya membuat Senja terkejut.

"Kenapa?" ucap lirih Senja.

"KENAPA?"


































Maaf lama updatenya😭

Tiba-tiba aja mood nulis hilang dan pas mau update giliran hapenya ngambek, suka keluar sendiri😭

Siapa yang sama?😁

Insyaallah besok langsung up lagi, tapi nggak janji soalnya mau tryout. Arissa sekarang udah kelas 12 tolong ngertiin ya🙏

Jangan lupa Vote N Komen dan baca cerita Arissa yang lain.

Order Novel Arissa yuk, judulnya "WHERE IS MY DADDY, MOM?" tertarik😉? bisa pesan dengan :

Form pemesanan

•> Nama lengkap :
•> Alamat lengkap:
• Jalan :
• Rt/Rw :
• Kelurahan :
• Kecamatan :
• Kota/kabupaten :
• Provinsi :
•> Judul buku :
•> Nama paket :
•> No hp :
•> Ekspedisi :

Kirim ke no +62 857-3351-8064

Yuk buruan diorder!!😇




ORDER Novel Arissa YUK!!🎉🎉

Judul : JENDELA KAMAR

Tertarik? pesan dengan

Yang mau ikutan bisa isi form di bawah!!👇

Format pemesanan:

Nama :
Alamat lengkap :
No. Hp :
Judul Buku :
Jumlah Pemesanan :
Ekspedisi :

Kirim form di atas ke nomor +62 858-7559-8283

Yuk buruan order😇
👇👇👇👇👇

Senja " Di Siang Hari " Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang