44-Penyesuaian

1.5K 103 7
                                    

Hari kedua Senja setelah kepindahannya ke mansion Adipramana. Sejak kemarin Senja hanya berdiam diri di kamar barunya.

Dia belum berani keluar jika tidak ada yang menemani. Abi pun belum menemuinya sejak pertengkaran kemarin dengan Leta.

Senja sangat bosan di sini, yang ia lakukan hanya bermain ponsel dan menonton TV dengan sesekali ia keluar walau hanya di balkon kamarnya saja.

Tiba-tiba seseorang masuk ke dalam kamarnya. "Senja, kita sarapan dulu!"

"Iya Bang!" jawab Senja.

Mereka berdua pun berjalan menuju lantai bawah, tepatnya di ruang makan. "Bang Varent, lebih baik aku makan di kamar aja deh," ucap Senja yang tiba-tiba ragu.

Varent yang mendengar perkataan Senja pun menangkup wajah adiknya dan menatap matanya dengan lembut seraya mengatakan. "Nggak papa, kan ada Abang, bang Aezar sama Daddy. Kamu nggak perlu khawatir, okey?"

Senja menyakinkan dirinya bahwa apa yang dikatakan Varent adalah benar. Dia hanya perlu tenang dan percaya diri.

"Yuk!" Varent menggandeng tangan Senja masuk ke dalam ruang makan yang sudah ramai orang.

"Selamat pagi semua!" seru Varent.

"Pagi!!"

"Udah tahu numpang, masih aja nyusahin!" ucap Letta dengan pedas.

"Letta!" peringat Abi yang hanya dianggap angin lalu oleh Letta.

Dirinya sudah bertekat akan membuat anak itu diusir oleh  suaminya sendiri. Benar apa yang dikatakan Dena ia harus menggunakan akalnya.

"Maaf," ucap lirih Senja.

"Udah nggak papa, sayang. Sini duduk!" ucap Abi dan mengajak Senja duduk di sampinh Aezar.

Itu yang paling aman, karena rata-rata dari mereka takut dan enggan kepada Aezar yang hanya diam dengan tatapan datar dan tajam.

"Kamu mau  makan apa?" tanya Aezar membuat beberapa anggota keluarga lain terkejut melihat sikap Aezar yang sedikit hangat.

"Aku mau nasi goreng aja, Kak!" dengan telaten Aezar mengambil nasi disertai air minumnya.

Semua makan dengan tenang kecuali tatapan menghunus dari Letta pada Senja yang membuat Senja menjadi tak nyaman.

Rasanya ingin sekali berkata, tapi ia masih belum berani berkata seenaknya di tempat yang menurutnya masih asing ini.

Setelah selesai makan, mereka menjalankan kegiatan masing-masing. Senja diminta Abi untuk beristirahat sehari sebelum berangkat ke sekolah kembali dan Varent diminta untuk menemani sampai Aezar selesai menyelesaikan pekerjaannya.

Senja dan Varent hanya duduk di kamar Senja dengan televisi menyala. Namun, hanya Senja yang melihat karena Varent memainkan ponselnya.

"Bang, keluar yuk!" ajak Senja setelah merasa jenuh.

"Ke mana?" tanya Varent tanpa menoleh pada Senja.

"Ke mana aja, ke mall atau ke cafe juga boleh. Bosen di rumah, yuk Bang!" bujuk Senja dengan mendekat dan bergelayut manja pada lengan Varent.

"Iya-iya, kamu siap-siap gih, Abang juga mau ganti baju dulu ya!" ucapnya seraya mengusak rambut Senja dan berjalan keluar dari kamar adiknya.

Senja berjalan menuju lemari dengan bersemangat. Akhirnya ia keluar dari rumah suram ini! ups ....

Namun, Senja tak berbohong. Suasana rumah yang selalu sepi membuatnya terlihat menyeramkan dan suram. Apalagi para pelayang dan juga penjaga yang sangat menjaga jarak dari majikannya membuat rumah ini semakin sepi.

Senja " Di Siang Hari " Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang