9-Penjelasan

3.1K 169 2
                                    

"Jadi apa yang ingin kau jelaskan?" ucap Abi menatap dingin keponakannya.

"Gini Dad-"

"Kenapa kamu ke sini? gimana kalau ada yang curiga?" potong Abi.

"Bang Ezar udah tahu."

"Daddy udah duga, apalagi abang kamu punya kekuasaan jadi Daddy nggak heran lagi," ucap Abi sembari mengehala napas.

"Apa ada lagi yang tahu hal ini?" tanya Abi.

"Sepertinya belum ada lagi, Dad," ucap ragu Varent.

"Daddy mohon kamu tutup mulut dulu, ya? bukannya Daddy mau nutupin, tapi Daddy mau cari waktu yang tepat aja," ucap Abi menjelaskan alasannya.

"Iya Dad, aku juga ngerti, Daddy pengen yang lain tahu dari mulut Daddy sendiri kan?" Abi mengangguk memberi tanda bahwa ia membenarkan ucapan ponakannya.

"Makasih kamu udah ngertiin Daddy, son."

"Ngertiin apa?" suara tiba-tiba muncul dari belakang mereka.

"Ezar!"
"Abang!"
Ucap kompak Varent dan Abi.

"Kamu-"

"Udah paham, jadi tak perlu dijelaskan. Lalu bagaimana kondisinya?"

"Bisa dibilang parah, Daddy nggak tahu bakal jelasin gimana ke Senja yang pasti Daddy tak ingin mengecewakannya."

"Lalu apa Daddy sadar selama ini sudah mengecewakan Mommy?"

"Iya, tapi Daddy masih memiliki waktu banyak dengan kalian. Berbeda dengan Senja, Daddy nggak bisa bayangin gimana nanti reaksi Senja akan hal ini." Ketiganya tiba-tiba terdiam mendengar seseorang berbicara.

"Reaksi Senja kenapa, Yah?" ucapan itu sukses membuat ketiganya menegang hebat.

"Gimana sama masalah lo, Rent?"

"Udah mending, walau keadaanya sempet tegang," jawab Varent.

"Oh iya Tha, gimana menurut pnedapat lo tentang ini?" tanya Varent meminta pendapat pada sahabatnya itu.

"Gue juga sebenarnya nggak terlalu yakin sih, tapi lagi-lagi balik ke keluarga lo sama lo nya," sahut Athaya berpendapat.

"Bener sih, mungkin memang belum kesempatan aja kali ya," ucap Varent mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

Memang ini hal sulit untuk diputuskan, apalagi yang mengetahui hal ini hanya sedikit orang. Hal itu membuat yang mengetahuinya harus berhati-hati dalam melangkah. Varent yang sudah terlibat harus ikut memikirkan caranya.

Usia boleh saja masih muda, tapi jika sudah ikut seperti ini Varent akan sangat serius. Kadang saja ia akan jauh lebih serius dari pada kakaknya Gara.

"Udah Rent, sekarang lebih baik kita fokus dulu sama sekolah apalagi kita mau lulus kan?"

Varent pun akhirnya setuju dengan pendapat Athaya. Mereka pun kembali fokus kepada guru yang sedang menjelaskan di depan. Walau tanpa mendengarkan pun sebenarnya Varent dan Athaya sudah paham.

Namun keduanya menghormati guru yang berada di depan. Mereka terkadang memilih diam untuk memberi kesempatan pada siswa lainnya. Jika yang lain belum ada yang mengerti keduanya mengalah.

Guru saja sampai hafal dengan pola dari kelas ini. Tapi, guru tak ada yang memarahi karena menurut mereka itu bagus. Apalagi untuk toleransi dan kepercayaan sesama.

Walau terkadang Varent dan Athaya memiliki sikap yang membuat jengkel para guru. Masih dapat dimaklumi karena prestasi mereka jauh lebih banyak dari kenakalannya.

"Baik sampai di sini dulu. Ingat kalian akan menhadapi tryout pada bulan depan!" ingat sang guru sebelum keluar kelas.

"Ngapain dingetin sih?"

"Gue udah tenang, jadi stres lagi kan!"

"Tahu nih, padahal baru aja berenti tuh omelan!"

Gerutu para murid, tapi ini sangat umum terjadi. Ketika guru mengingatkan kapan terjadinya ujian para siswa akan langsung berpikir bahwa dirinya sudah belajar atau belum. Hanya saja itu sesaat, saat akan istirahat atau pulang mereka akan melupakan apa yang guru itu katakan.

"Ke kantin yuk!" ajak Athaya. Varent pun hanya mengikuti langkah sahabatnya. Hingga kini ia masih memikirkan kemungkinan yang akan terjadi.

Mungkin saat ini Daddynya sedang menunggu ibu Senja. Walau memang tak ada hubungan, Ayahnya itu sudah sayang kepada Ibu Senja seperti adiknya. Jadi, selagi tak melenceng Varent akan diam.

Namun, entah apa yang dirasakan oleh Mommynya. Pasti hatinya hancur ketika melihat bahwa suaminya memiliki yang lain. Tapi, hingga sekarang Mommynya terlihat sangat kuat dan Varent sangat mengagumi hal itu.

Varent berjanji akan melindungi Mommynya, walau ia hanya keponakannya. Apalagi dalam keluarganya walau hanya keponakan akan dianggap seperti anak sendiri. Apa jadinya jika Senja masuk?

Varent bukan khawatir apakah kasih sayangnya akan berubah. Bukan, namun bagaimana reaksi mereka? apakah sikap mereka akan berubah? apakah mereka akan mulai menyayangi Senja? Varent hanya dapat berdoa.

Varent harap semua dapat menerima Senja walau itu pun belum pasti. "Lo kenapa, Rent?"

"Maaf Tha, gue pesen mie ayam aja!"

"Oke, bentar ya!" Athaya pun berjalan menuju ke tempat pedagang.

Varent menatap sekeliling apakah ia akan menemukan Senja. Sayangnya hal itu tidak terjadi, sepertinya Senja masih izin tak masuk sekolah. Itu memang hal wajar, apalagi Senja adalah anak satu-satunya.

Varent ingin sekali bertemu mereka secara langsung dan mengatakan bahwa mereka masih memiliki hubungan darah. Walau dari tubuh, kulit, mata, dan bentuk wajah mirip dengan ibunya. Senja masih memiliki kemiripan dengan Abi.

Hal ini juga dapat memberikan bukti jika ada orang yang masih tak percaya. Varent pernah membayangkan ketika ayahnya dulu tidak bertanggung jawab, kehidupan apa yang akan dijalani oleh keduanya. Varent sangat bersyukur ayahnya memilih jalan itu, walau harus ada yang tersakiti. Tapi, bagi Varent itu adalah jalan terbaik pada saat itu.

Apalagi ibu Senja yang berani memilih jalan itu untuk masa depan anaknya. Senja pasti sangat bangga memiliki ibu sepertinya. "Nih Rent!" mereka pun akhirnya makan terlebih dulu, sambil sesekali mengobrol.
















Jangan lupa Vote N Komen dan baca cerita Arissa yang lain.

Order Novel Arissa yuk, judulnya "WHERE IS MY DADDY, MOM?"  tertarik😉? bisa pesan dengan :

Form pemesanan

•> Nama lengkap :
•> Alamat lengkap:
• Jalan :
• Rt/Rw :
• Kelurahan :
• Kecamatan :
• Kota/kabupaten :
• Provinsi :
•> Judul buku :
•> Nama paket :
•> No hp :
•> Ekspedisi :

Kirim ke no +62 857-3351-8064

Yuk buruan diorder!!😇

👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇

Senja " Di Siang Hari " Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang