12-Mencoba menerima

2.6K 145 6
                                    

Ini sudah hari ke sekian, tapi mata Inez belum terbuka juga. Untuk hari ini Abi akan memaksa Senja untuk berangkat sekolah. Ia sudah banyak izin semenjak Inez masuk rumah sakit.

"Senja!!" panggil Varent.

"Hai bang!"

"Gimana kondisi ibu kamu?"

"Masih sama," jawab lirih Senja membuat Varent tak enak.

"Yuk, abang antar ke kelas!" Varent pun merangkul pundak Senja.

"Udah sarapan atau mau mampir ke kantin dulu?" 

"Udah bang, makasih. Langsung ke kelas aja." Varent hanya mengikuti perkataan Senja, tapi tanpa Senja sadari Varent telah mengirimkan pesan pada Athaya untuk membelikan roti dan air mineral.

Bertepatan dengan sampai di kelas Athaya pun tiba dengan membawa dua bungkus roti dan sebotol air mineral. "Nih Rent."

"Thanks ya!" Senja hanya melihat apa yang berada di depannya.

"Ini!" Varent mengulurkan tangannya menyodorkan roti dan air mineral.

"Tadi kan-"

"Abang tahu kamu bohong, dimakan mumpung masih ada waktu ya," ucap Varent sebelum meninggalkan Senja dirinya menyempatkan untuk mengecup kening Senja. Membuat sang empu membatu.

(Ternyata pas Arissa cek, panggilannya masih ganti-ganti😭. Nggak sadar haduh😥)

"Makasih kak," gumam Senja dan membawa masuk roti yang diberi Varent.

Senja segera duduk di kursinya. Senja duduk persis di depan guru dan ia pun duduk sendiri karena tak ada yang mau duduk dengannya.

Senja memakan selagi menunggu bel masuk. "Vie!" tapi Senja hanya melihat tanpa membalasnya.

"Dih sombong banget."

"Tahu, tuh disapa aja nggak nengok."

"Pantesan nggak punya temen."

"Iya tuh.

Senja hanya diam mendengarkan dirinya yang dibicarakan. Senja tak memusingkan tentang dirinya yang digosipkan. Saat ini yang berada di pikirannya hanyalah kondisi ibunya.

Senja takut ibunya akan meninggalkannya. Senja tak ingin hal itu terjadi, sungguh sampai kapan pun Senja tidak akan rela.

Bell masuk sudah berbunyi. Tak lama guru yang mengajar masuk ke dalam. "Baik kita akan melanjutkan pelajaran minggu lalu!"

Semua pun kompak menjawab, "baik bu!"

"Baik cukup sampai di sini! oh iya, ibu mau kasih tahu kalau ada pertemuan lagi ibu akan mengadakan ulangan harian secara lisan. Persiapkan diri kalian, jangan coba-coba tanya ke kelas lain. Karena setiap kelas, bahkan setiap siswa memiliki pertanyaan yang berbeda."

Siswa yang tadinya memiliki niat seperti itu pun mengumpat dalam hati. Sepertinya mereka hanya bisa pasrah dengan hasil ulangan kali ini.

"Baik ibu akhiri, wassalamualaikum wr.wb!"

Sepertinya pelajaran selanjutnya jam kosong. Karena sudah 30 menit menunggu guru yang mengajar belum datang juga. Maka dari itu Senja memutuskan untuk keluar menuju perpustakaan.

Saat dalam perjalanan ke perpustakaan Senja bertemu dengan Varent yang sepertinya juga jam kosong atau malah bolos? entahlah. "Hai bang!" sapa Senja.

"Hai Senja, kok di luar kamu bolos ya!"

"Enak aja, Abang mungkin," sindir Senja dan Varent hanya cengengesan diikuti Athaya yang mengangguk kecil.

Melihat tingkah Athaya membuat Varent membulatkan matanya. "Owh, jadi bener ya kalian bolos!"

"Lo sih!"

"Loh, kan memang bener," jawab santai Athaya membuat Varent ingin sekali memukul sahabatnya ini yang kelewat jujur.

"Kalian ikut aku!" Senja menyeret Athaya dan Varent ke perpustakaan.

Keduanya pun diberi selembar kertas bersama latihan soal kelas 12. "Kalian kerjain! aku memang nggak akan tahu mana yang bener, tapi kalau ada yang belum dikerjain nggak boleh keluar dari sini!"

"Ja!" Senja pun menengok ke arah Varent.

"Kenapa?"

"Abang minta tolong ya, jangan nangis lagi!" ucap Varent membuat Senja membeku.

Ia sungguh tak menyangka bahwa ia akan mendapat perlakuan seperti itu dari Varent. "Iya!"

Senja pun kembali duduk di tempatnya, yaitu berada di sebelah meja Varent dan Athaya. "Tha!" Athaya hanya menoleh sambil menaikkan salah satu alisnya.

"Tolongin nomor ini dong," pinta Varent dengan muka memelas membuat Athaya memandangnya jijik.

"Jijik gue lihatnya. Lagian ini tuh soalnya masih gampang kali. Lo juga waktu ditanyain bilangnya udah paham, kenapa pas ngerjain nggak bisa?"

"Beda itu Tha. Kalau yang ini gue belum terlalu paham banget, tolonginlah!" paksa Varent membuat Athaya mau tak mau menolong sahabatnya ini.

"Jadi tuh gitu, paham nggak?" Varent memgangguk-angguk, tapi perkataanya selanjutnya membuat Athya ingin memukulnya.

"Nggak."

Sabar dah gue punya sahabat bentukan kek gini, batin geram Athaya.

Dari jauh Senja melihat kelakuan mereka pun tertawa kecil. Apalagi melihat raut kesal dari Athaya tang jarang sekali di keluarkan. "Mereka lucu," gumam Senja.

Senja sudah selesai mengerjakkan tugasnya, dia pun menghampiri Varent dan Athaya. "Gimana udah kan?" keduanya mengangguk kompak dan memberikan selembaran pada Senja.

"Okey deh. Bang, Kak aku pamit ke kelas. Mapelnya juga udah ganti, bye!" Senja meninggalkan keduanya yang terdiam dengan mulut terbuka.

Bagaimana tidak, Senja hanya berkata 'okey'. Padahal keduanya berharap mendapat  pujian dari Senja terutama Varent. Namun, sayangnya itu tak ada dalam kenyataan.

"Udah capek-capek mikir, nggak dapet apa-apa?" ucap tak sangka Varent setelah sadar.

"Udahlah, yuk ke kantin!" Athaya pun bangkit dan keluar dari perpustakaan. Sepertinya Athaya akan menandai hari ini termasuk hari sialnya.

Senja kembali ke kelasnya, tapi dia masih kepikiran dengan kondisi ibunya yang sampai saat ini belum sadarkan diri. Ia khawatir ibunya akan meninggalkannya.

Sampai kapan pun Senja tidak akan rela hal itu terjadi. Senja masih ingin terus bersama dengan ibu dan ayahnya. "Aku harap ibu cepat sadar," harap Senja.

Saat sudah di depan kelas, dering ponsel membuatnya berhenti dan mengangkatnya terlebih dulu. Senja melihat username nya, ternyata ayahnya uang menghubungi dirinya.

"Iya Yah, ada apa?"




















Jangan lupa Vote N Komen dan baca cerita Arissa yang lain.
Maaf baru sempet update😭
Makasih ya yang udah mau nungguin🤗

IKUTAN OPEN PRE ORDER YUK!!🎉🎉
OPEN PO 1-20 MEI 2021!!

Jangan sampai ketinggalan open pre ordernya.

Harga only 70K😚

Yang mau ikutan bisa isi form di bawah!!👇

Format pemesanan:

Nama :
Alamat lengkap :
No. Hp :
Judul Buku :
Jumlah Pemesanan :
Ekspedisi :

Kirim form di atas ke nomor +62 857-0724-8868

👇👇👇👇👇👇👇

Senja " Di Siang Hari " Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang