Sudah empat hari Senja dirawat, padahal seharusnya sejak kemarin rabu Senja pulang. Namun karena ayahnya dirinya harus berbaring sehari kembali dan sore nanti Senja akan kembali.
Saat ini Rai yaitu sahabat Senja sedang menjenguk Senja. Belum lagi sudah seminggu mereka tak bertemu, jadi sekalian kangen-kangenan. Walau orang kurang ekspresif, tetap saja Senja kangen dengan Rai.
"Rai!!"
"Apaan sih, Ja?" kesal Rai, pasalnya sedari tadi Senja terus memanggil namanya.
"Nggak papa," cengir Senja membuat Rai kesal setengah mati.
"Sayang!"
"AYAH!!" seru Senja, ia merentangkan tangannya pertanda meminta peluk. Abi yang paham pun memeluk putri satu-satunya itu.
"Tadi bilangnya mau ke sininya sore, kok udah ke sini?"
"Emang nggak boleh?"
"Boleh dong, pake banget!" ucap semangat Senja.
"Jadi, Senja boleh pulang sekarang?" ucap Senja antusias.
"Emm ... gimana yah?" ucap Abi menggoda putrinya.
"Ayah!!" rengek Senja membuat Abi dan Rai tertawa geli.
"Iya, sayang kamu boleh pulang!" Abi menuntun Senja turun dari brankar.
"Oh iya, ibu mana?"
"Ibu ada di mobil, lagian kalau ke sini kan nanti balik lagi ke mobil," ucap Abi padahal sebelum ke ruangan Senja terjadi suatu hal membuat Inez tak ikut keluar mobil.
"Jadi kamu belum bilang Senja kepulangannya dipercepat?" tanya Inez.
"Belum, mau kasih kejutan. Yuk keluar." Saat Inez baru beberapa langkah dari mobil tiba-tiba perutnya nyeri.
"Awh! shss!" ringis Inez membuat Abi reflek memegangi pundak Inez.
"Nggak papa? kamu belum minum obat?" tebak Abi yang tepat sasaran.
"Udah dibilang harus rajin minum obat juga! kamu tunggu aja di mobil dan minum obatnya!!" setelah memastikan Inez nyaman Abi berjalan menjauhi mobil dan masuk ke dalam rumah sakit.
"Ayah!!"
"Hah? iya yuk!!" Rai mengikuti langkah dari samping, sedangkan Abi mendorong kursi roda.
"Oh iya, Rai ikut ke rumah kan?" tanya Senja seraya mendongakkan kepalanya.
"Iya, ada yang mau aku omongin juga!"
Saat mereka menuju parkiran mata Abi menangkap dua orang pemuda yang tak asing baginya. Mereka berdua menatap ketiganya dengan tatapan sulit diartikan.
"Rai, tolong ke mobil dulu yah! nggak dikunci kok." Rai pun mulai mendorong kursi rodanya.
"Loh itu bukannya ...."
"Siapa, Ja?"
"Mirip kakak kelas aku, Rai." Rai hanya menjawan dengan ber-oh.
"Kenapa kamu bisa di sini?"
"Bukannya harusnya aku yang bilang gitu ke Daddy?" ucap seorang pemuda yang mukanya agak mirip walau hanya beberapa persen karena mereka hanya paman dan keponakan.
"Rent, Daddy tolong kamu jangan salah paham apalagi menyalahkan perempuan yang berada di kursi roda tadi!" ucapnya memohon.
"Lebih baik kita berbicara di taman rumah sakit!"
"Jadi?"
"Dia putri Daddy, dia anak kandung Daddy. Dulu saat kamu masih setahun datang seorang perempuan mengatakan bahwa dirinya mengandung putri Daddy, ini murni kesalahan Daddy, karena meminum alkohol dan akhirnya lepas kendali. Semua marah dan kecewa dengan Daddy, apalagi abangmu yang tertua saat itu usianya sudah 6 tahun jadi ia yang paling mengerti hal ini. Tapi setelah mendengar penjelasan perempuan itu, sebenarnya ia tidak ingin mengatakan bahwa ia hamil, niat awalnya ia ingin merawatnya sendiri." Kedua pemuda itu mendengarkan dengan seksama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja " Di Siang Hari "
Teen Fiction(FOLLOW AUTHORNYA DULU OKEY!!) Senja seorang gadis berusia 16 tahun, dia adalah gadis yang ceria dan ramah. Ia memiliki orang tua yang lengkap, namun ada yang yang janggal. Ayahnya tak pernah menginap di rumah selama 16 tahun Senja hidup. Memang set...