10-Siuman

2.5K 158 0
                                    

"Eungh."

"Ibu, sebentar Senja mau panggil dokter," ucap Senja seraya menekan tombol.

Senja juga menelpon Abi, mengabari bahwa Inez telah siuman. Abi menjawab ia akan ke sini setelah selesai meeting, tanpa banyak kata Senja mengiyakan dan mematikan sambungan telpon.

"Bagaimana, dok?"

"Apakah ayah anda ada?"

"Ayah saya kemari setelah meeting," jawab Senja.

"Baiklah, setelah datang katakan bahwa ada yang ingin saya katakan, saya permisi," pesan Dokter itu sebelum pergi meninggalkan Senja yang penasaran.

"Gimana perasaan ibu?"

"Ibu, baik-baik aja," jawab lemah Inez. Sayangnya perkataan dan keadaan Inez sangat jauh berbeda dan Senja tahu bahwa ibunya hanya tidak ingin membuatnya khawatir.

"Ibu mau apa?"

"Mau duduk." Secara perlahan Senja membantu ibunya untuk duduk, ia juga membetulkan bantal agar nyaman.

"Kenapa tidak sekolah?" tanya lembut Inez dengan tangan menggenggam jemari kecil Senja.

"Senja mau ngerawat ibu," jawab Senja membuat Inez tersenyum haru.

Bagaimana jika dirinya diambil nanti? sehancur apa putrinya nanti? Inez tak dapat membayangkan hal itu, semoga Abi dapat membuat Senja tersenyum kembali hanya itu harapan Inez.

Bukannya ia putus asa tak dapat sembuh, tapi kemungkinannya sudah mustahil. Maka dari itu Inez sudah pasrah, jika diberi umur ia akan bersyukur dan sebaliknya jika tidak maka ia sudah ikhlas.

Senja berceloteh tentang kegiatannya dan sesekali Inez menanggapi. Hingga Senja menangkap ekspresi ibunya yang seperti menahan sakit, belum lagi genggaman ibunya secara reflek mengencang.

"Ibu sakit?" ucap khawatir Senja membuat Inez tersadar.

"Nggak kok, tapi Senja bisa panggil dokter nggak?" Senja segera melakukan titah ibunya dengan perasaan cemas.

"Nak, silahkan keluar!" tepat saat Senja keluar Abi tiba.

"Ada apa, sayang?"

"Nggak tau, Yah. Tadi dokter minta ayah ketemu, tapi sebelum ayah dateng ibu udah sakit lagi," ucap Senja lemah sambil menahan tangis.

"Sayang, kamu tenang aja. Ayah yakin kalah ibu nggak papa," ucap Abi menenangkan putrinya. Ia memeluknya dengan lembut, membuat Senja sedikit tenang.

"Maaf siapa keluarga pasien?"

"Saya dok!" dokter tadi meminta Abi untuk ikut ke ruangannya. Tanpa Abi sedari awal ada anaknya yang mengikuti dirinya sampai ke sini.

"Ja!" Senja pun mendongak mendengar namanya dipanggil.

"Kak Varent!" seru Senja dan langsung memeluk erat Varent.

Tanpa banyak kata Varent memeluk lembut Senja. Ia tak menanyakan kenapa Senja seperti ini. Bahkan Senja sampai menangis, yang bisa Varent lakukan adalah memeluk Senja dan menenangkannya.

"Kita duduk dulu!" Varent memangku Senja membuat Senja membenamkan wajahnya di ceruk Varent hingga terlelap.

Varent akhirnya menyadari bahwa Senja sudah tidur dari deru napas Senja yang teratur. "Rent!"

"Daddy," gumam Varent.

"Kenapa ada di sini?"

"Hanya ingin menjenguk, lagi pula aku adalah kakak kelas Senja," sahut Varent.

Senja " Di Siang Hari " Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang