68-Kehidupan Baru

185 20 1
                                    

Hari ini adalah hari Senja Kembali bersekolah. Hari yang sangat Senja nantikan, Dimana dia bisa bertemu dengan sahabatnya. Sahabat yang selalu ada bersamanya bahkan di masa tersulitnya. Senyum simpul terbit di wajah Senja sembari menatap foto dirinya bersama Raina yang berada di meja riasnya. Setelah Bersiap ia turun ke bawah dan menyiapkan sarapan untuk dirinya, karena mulai hari ini dirinya resmi seorang diri di rumahnya.

Sedih? Sudah pasti dirasakan Senja, ada sebuah lubang besar menganga lebar di hatinya. Apalagi tidak pernah sekalipun dalam hidupnya Senja tinggal sendiri, karena ada sang Ibu yang selalu menemaninya. Walau ini merupakan hal baru baginya yang selalu Bersama kedua orang tuanya, tetapi mulai sekarang ia akan mulai belajar mandiri agar tidak mengusik kehidupan Ayahnya lagi. Setidaknya Senja hanya akan mengabari Ayahnya tentang kondisinya saja dan berusaha sebisa mungkin untuk tidak menganggu kehidupan rumah tangga Ayahnya.

Seusai sarapan Senja bergegas berangkat sekolah karena jam sudah semakin bertambah. Tidak berselang lama Senja tiba di sekolahnya, mungkin karena sudah lama tidak bersekolah membuat perasaan asing timbul dalam dirinya. Ketika kakinya perlahan memasuki gerbang sekolah suara riuh para siswa yang sedang masuk gerbang sepertinya atau yang sedang mengobrol mulai memenuhi telinganya, sudah lama sekali rasanya ia tak melihat suasana sekolahnya. Perasaan asing yang timbul membuat Senja seakan kembali menjadi siswi baru.

"Senja!" panggil seorang siswi yang suaranya sangat Senja kenali.

"Hai, Raina!" sahut Senja ketika sahabatnya sudah berada di sampingnya.

"Gue seneng banget akhirnya lo bisa berangkat sekolah lagi. Maaf ya pas lo pulang dari rumah sakit gue nggak bisa ikut nganter lo," ucap Raina menyesal.

"Nggak papa aku juga tau kalo kamu sibuk, lagian kan kita selalu videocall itu aja udah buat aku seneng banget. Karena kamu aku jadi punya temen ngobrol di rumah," jawab Senja membuat Raina terharu.

"Lo bisa aja, udah ah... mending kita masuk kelas," ucap Raina malu.

Keduanya berjalan dengan diselingi dengan obrolan kecil, apalagi mereka sudah jarang bertemu sehingga selalu ada cerita baru di antara mereka yang membuat persahabatan mereka semakin seru. Namun, tanpa mereka sadari ada yang sedang menatap Senja dengan tatapan sendu, ia rindu dengan Senja tetapi dirinya tidak bisa membantah keputusan Senja. Walau ia tidak setuju, tetapi ia tidak menemukan alasan agar Senja tidak pergi yang bisa dilakukan sekarang adalah menerima keadaan yang sudah terlanjur terjadi.

"Rent, ngapain lo bengong!" seru Athaya yang membuat Varent terkesiap.

Setelah sadar Varent bergegas menuju kelasnya karena sudah berbunyi. "Woy, tungguin gue!" seru Varent pada Athaya yang meninggalkan dirinya.

"Ngapain lo tadi?" ujar Athaya memancing.

"Nggak ngapa-ngapain kok," elak Varent.

"Halah! Gue heran sama lo yang Cuma ngeliatin. Apa dengan begitu keadaan bakal makin baik? Menurut gue sih nggak karena dengan kalian menjauh justru ngebuat hubungan kalian merenggang. Bukannya gue menggurui lo, gue cuma ngasih pendapat gue doang. Ya udah, gue duluan ya!" ucap Athaya sebelum meninggalkan Varent yang termenung.

Athaya meninggalkan Varent bukan tanpa alasan, ia ingin memberi waktu untuk Varent berpikir dengan benar. Sebab Athaya merasa bahwa selama ini Varent hanya mengikuti perkataan yang lebih tua darinya. Apalagi Athaya merasa bahwa sahabatnya seakan menyembunyikan sesuatu darinya, tetapi ia tidak bisa terlalu ikut campur pada urusan keluarga Varent walau mereka bersahabat,

Varent Kembali ke kelasnya setelah bel berbunyi cukup lama, artinya iia terdiam cukup lama hingga ditegur oleh Guru BK. Namun sesampainya di kelas Athaya merasakan perbedaan sikap daari sahabatnya itu, Varent hanya terdiam hingga kelas berakhir. Hingga membuat Athaya bingung harus berbuat apa. Athaya takut tindakannya akan semakin memperburuk keadaan. Apalagi mereka hanyalah sahabat bukan keluarga dekat.

Senja " Di Siang Hari " Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang