16-Fakta pertama

2.4K 145 7
                                    

"Abang, nggak balik ke sekolah?"

"Nggak, Abang mau nemenin kamu aja," jawab singkat Varent.

"Tapi kan, Bang Varent masih bisa ikut pelajaran!!" bujuk Senja yang masih terus berusaha.

"Abang nggak akan balik lagi."

"Tuh Yah, masa Abang bolos!!" adu Senja pada Abi membuat Varent tersenyum kikuk.

"Loh, bukannya Senja sekarang juga iya?" goda Abi membuat Varent menyeringai, merasa dirinya menang.

Mata Senja membulat ketika mendengar perkataan Ayahnya. Sepertinya inilah karmanya karena menggoda Varent.

"Senja kan bolos, karena mau lihat Ibu," bela Senja.

"Berarti Abang boleh. Karena Abang bolos karena mau mastiin kamu baik-baik aja!" ucap Varent membalikkan keadaan. Tidak lupa kerlingan di matanya membuat Senja mendengus kesal.

Inez hanya diam memperhatikan mereka. Ia bahagia karena bisa melihat putrinya begitu akrab dengan Ayah dan Kakaknya.

Sungguh Inez merasa hari ini adalah hari yang paling membahagiakan. Melihat Senja yang tertawa bahagia tanpa beban seperti ini.

Bukan hanya Inez, Abi pun merasa demikian. Sungguh Abi senang melihat Varent yang tulus menerima Senja menjadi adiknya.

Padahal Abi tahu pasti Varent masib syok dengan fakta yang baru saja ia terima, tapi dengan tulusnya Varent mampu menahannya di depan Senja.

Sungguh sikap seorang Kakak yang sangat bijak dan Abi bangga dengan keponakan yang sudah ia anggap sebagai anaknya itu.

****

"De, kamu pulang dulu, ya. Mba masih ada urusannya."

"Beneran mbak nggak papa sendirian?""

"Nggak papa kok. Mbak juga nggak akan lama."

"Ya sudah, hati-hati!!" ucapnya sebelum pergi meninggalkan Leta sendirian.

Setelah melihat Dena menjauh, Leta pun pergi menuju tempat yang membuatnya penasaran.

Saat ini Leta memandang gedung besar bercat putih itu. Ia sudah bertekat akan mencari tahu semuanya hari ini. Untuk Dena tadi dia sudah meminta untuk kembali terlebih dahulu.

Dia masuk ke dalam dan menanyakan nama pasien yang ia cari. Benar saja, ternyata orang yang dirinya cari berada di rumah sakit ini.

Bahkan dari luar dia bisa mendengar gelak tawa mereka yang seperti sangat menikmati waktu. "Pintar sekali putri ayah!!"

Samar-samar sebuah suara yang tidak lagi asing lagi bagi Leta terdejangar. Matanya mulai berkaca-kaca menahan air matanya keluar. Dia harus kuat jika sudah berada di dalam. Dia tak boleh memperlihatkan kelemahannya pada orang lain.

Perlahan Leta mengetuk pintu membuat suara di dalam berhenti. "Silahkan masuk!!" Leta membuka pintu perlahan membuat semua orang kecuali Senja terkejut.

"Varent, bawa Senja keluar!!" titah Abi. Varent pun mengangguk dan menarik Senja yang bingung. Namun, tangan Leta mencegah keduanya keluar membuat Varent dan Abi menegang.

"Maaf menganggu waktu kalian, tapi saya harap tidak ada yang keluar ruangan ini!!"

"Ada apa anda kemari?" tanya Inez setelah tersadar dari lamunannya.

"Saya ingin berbicara dengan kalian semua terutama gadis cantik ini," ucap Leta dan menyentuh dagu Senja.

"Sebenarnya ada apa Mommy ke sini?" ucap Varent yang merasa atmosfer di ruangan berubah serius.

Senja " Di Siang Hari " Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang