Dua minggu pergi meninggalkan Senja terasa berat bagi Abi. Walau di rumah ini adalah anaknya yang akan menjaga Senja, tapi tetap saja dia risau
Apalagi ini pertama kalinya Abi meninggalkan Senja setelah pindah ke mansion. Abi hanya takut terjadi sesuatu pada Senja apalagi Leta belum menerima Senja sepenuhnya atau memang belum?Namun, mau tidak mau Abi harus tetap pergi. Jika Abi ke sana sendiri mungkin tidak apa-apa, karena di sini masih ada Aezar yang bisa Abi percaya.
Sayangnya untuk kali ini Aezar diharuskan untuk ikut. Apalagi Aezar justru berperan lebih besar darinya dalam proyek kali ini.
"Jadi, apa tidak papa meninggalkan Senja begitu saja?" tanya Aezar pada Abi.
"Tidak, Daddy sudah meminta Varent dan Gara untuk menemani secara bergantian. Daddy juga meminta Hayden untuk sesekali memeriksa kondisi Senja."
"Tapi, Varent sedang persiapan ujiannya. Dia jika sudah ada targetnya pasti akan fokus. Mungkin jika Gara bisa saja dan Hayden juga, karena setahu saya dia sedang longgar jadwal operasi," sahut Aezar.
"Memang, tapi Varent berkata akan berusaha sesering mungkin dengan Senja."
"Maaf Tuan!" ucap seseorang dari luar ruangan.
"Masuk!"
"Ada apa?" tanya Abi.
"Pesawat sudah siap, Tuan. Sebaiknya kita berangkat sekarang, karena klien meminta Tuan untuk rapat besok pagi."
Abi mengangguk paham sebelum berdiri. Ia juga meminta seseorang untuk memeriksa barang bawaannya dan juga berkas-berkas yang dibutuhkan.
"Aezar, bagaimana laporan yang saya perintahkan?" tanya Abi dengan formal.
Beginilah komunikasi antara Abi dan Aezar ketika sedang membahas pekerjaan atau berada di lingkungan kantor.
"Sudah siap, sekertaris saya sudah membawanya. Akan saya tunjukkan ketika sudah berada di pesawat," jawab Aezar.
Abi pun mengangguk sebagai jawaban. Mereka pun masuk ke dalam mobil masing-masing menuju bandara.
Abi dan Aezar tidak lewat jalur umum, melainkan melewatu jalur privat yang jelas sangat sepi. Ini memudahkan mereka berjalan dan membuat musuh terkecoh dengan keberadaan mereka.
Pesawat melaju meninggalkan bandara dan mulai mengudara tinggi. "Jadi, mana laporan yang ingin kau tunjukkan?"
Aezar pun meminta sekertarisnya mengambil berkas di tasnya. Sebuah map berwarna hijau Aezar serahkan pada Abi.
Dengan serius Abi meneliti hasil kerja Aezar. Senyum terukir di wajah Abi setelah selesai membaca laporannya.
"Kemampuanmu memang tidak diragukan lagi. Dipastikan klien akan senang dengan hasil kerjamu," puji Abi membuat Aezar senang bukan main.
"Terima kasih. Ini semua juga berkat bimbingan Daddy."
"Oh ... iya, Aezar tolong kamu tempatkan salah satu bodyguard untuk Senja, hanya saja awasi dari jarak jauh tidak usah secara terang-terangan."
Aezar mengernyit bingung sebelum mengangguk setuju. Kenapa tidak dekat? bukannya akan jauh lebih aman?
Sepertinya Abi sudah merencanakan suatu hal. Aezar yakin apa yang Abi lalukan adalah jalan terbaik dan sudah dipikirkan matang-matang.
Aezar yakin itu!
Seminggu berlalu begitu saja. Abi memantau Senja sesuai dengan laporan bawahannya dan Abi selalu menerima laporan baik.
Hal itu membuat hati Abi tenang, walau entah kenapa ia tetap merasakan cemas pada anak perempuan satu-satunya itu.
Mungkin nanti malam ia akan mencoba untuk menelpon Senja dan melihat kondisi Putrinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja " Di Siang Hari "
Teen Fiction(FOLLOW AUTHORNYA DULU OKEY!!) Senja seorang gadis berusia 16 tahun, dia adalah gadis yang ceria dan ramah. Ia memiliki orang tua yang lengkap, namun ada yang yang janggal. Ayahnya tak pernah menginap di rumah selama 16 tahun Senja hidup. Memang set...