Hari ini Senja berniat untuk menjenguk Ibu tirinya. Selain kondisinya yang sudah membaik, dia juga ingin memperbaiki hubungan mereka berdua.
Dia ingin menjelaskan bahwa keberadaan bukan untuk mengancamnya melainkan dirinya hanya ingin mendapatkan kasih sayang yang semestinya oleh Ayahnya.
Secara perlahan ia meraih tiang infus yang tersambung dengan tangannya. Sekarang dirinya sedang sendirian karena yang lain sedang sibuk dengan kerjaan mereka dan Varent dan Gara sedang mengurusi sekolah dan kuliah mereka.
Sehingga membuat Senja sendiri. Walau sebenarnya Abi tidak ingin ke kantor, namun Senja memaksa agar membuatnya mampu berbicara dengan Ibu tirinya lebih intens.
Tidak berapa lama, ia telah sampai di depan pintu kamar inap Leta. Senja mempersiapkan hatinya sebelum mengetuk dan masuk ke dalam.
"Loh kamu-!" ucap Leta terkejut melihat sosok yang masuk ke dalam kamarnya.
"Ada apa?" ucap ketua Leta saat Senja mendekat.
Semakin Senja mendekat ke arah brankar semakin terasa suasana dingin dan mencekam Membuatnya tidak nyaman ingin segara keluar.
"Aku ke-ke sini-"
"Bicara yang jelas, saya nggak mau buang waktu dengan kamu!"
"Aku cuma mau bilang kalau aku bersama Ayah cuma mau kasih sayangnya, bukan untuk harta atau mengharap yang lainnya. Karena sampai kapan pun aku akan tau kalau di hati Ayah cuma ada Tante," ucap Senja dengan lirih tetapi masih dapat terdengar.
"Itu aja yang mau aku bilang, maaf udah ganggu waktunya," lanjut Senja setelah terdiam beberapa saat. Tanpa melihat Leta ia bergegas berjalan keluar dengan perlahan.
Aku tahu, batin Leta.
Setelah keluar Senja tidak menuju kamarnya ia justru berjalan ke arah taman rumah sakit untuk mencari udara segar. Setelah melihat kursi kosong ia pun duduk dan memandangi langit yang cukup mendung.
Semilir angin yang mampu menyejukkan membuat Senja kembali merenungkan apa alasan dari istri Ayahnya begitu membecinya. Senja menjadi berpikir apakah ini karena kehadiran dirinya?
Apakah ini karena dirinya yang tiba-tiba hadir di tengah-tengah keluarga mereka?
Tetapi, apakah salah jika dirinya mengambil sedikit waktu Ayahnya untuk bersamanya. Lagipula Abi juga merupakan Ayah kandungnya. Menurut Senja dia juga berhak atas waktu yamg dimiliki oleh Ayahnya.
"Sebenarnya kenapa ya dia nggak suka sama aku, apa iya cuma karena aku bersama Ayah atau ada alasan lain?"
Sebenarnya ada sesuatu hal yang mengganjal bagi Senja. Namun, ia tidak berani untuk menggali lebih jauh. Ia merasa tidak memiliki hak untuk terlalu mencampuri masalah rumah tangga Ayahnya. Walaupun dirinya terlibat, tetapi ia hanya anak haram yang tiba-tiba muncul.
Senja hanya ingin meluruskan masalah di antara mereka saja, tidak lebih dari itu. Karena dia tidak ingin terlalu ikut campur pada hal yang bukan menjadi kepentingan baginya.
"Mikirin apa sampai serius banget," celetuk seseorang membuat Senja terkejut dan melihat seorang pria yang sangat familiar baginya.
"Loh, Kak Athaya. Kok bisa di sini?" tanya Senja dengan ekspresi terkejut.
"Emangnya nggak boleh ya jenguk cewek cantik kaya lo?" goda Athaya.
"Ihh ... Jangan gitu deh, Kak."
"Kamu ke sini sendirian sambil bawa infusnya?"
"Iya, soalnya bosen di kamar," jawab Senja seraya menggeser badannya dan mempersilahkan Athaya duduk.
"Kakak ke sini sama Bang Varent?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja " Di Siang Hari "
Teen Fiction(FOLLOW AUTHORNYA DULU OKEY!!) Senja seorang gadis berusia 16 tahun, dia adalah gadis yang ceria dan ramah. Ia memiliki orang tua yang lengkap, namun ada yang yang janggal. Ayahnya tak pernah menginap di rumah selama 16 tahun Senja hidup. Memang set...